84
diperoleh dari ekspor komoditas benih ikan patin pada kondisi finansial dan ekonomi, nilai keunggulan komparatif dan kompetitif, serta nilai untuk mengukur
pengaruh kebijakan pemerintah pada output dan input. Berdasarkan Tabel 12 dan Tabel 13, diperoleh indikator-indikator Policy Analysis Matrix yang disajikan
pada Tabel 14.
Tabel 14. Indikator-indikator dari Policy Analysis Matrix
Indikator 2008 2009
Keuntungan Privat - PP Rp 64.494.080
53.264.680 Rasio Biaya Privat – PCR
0,548 0,597
Keuntungan Sosial - SP Rp 61.991.489
57.633.122 Biaya Sumberdaya Domestik - DRC
0,567 0,572
Transfer Output - OT Rp Koefisien Proteksi Output Nominal – NPCO
1 1
Tingkat Proteksi Ouput Nominal - NPRO Transfer Input - IT Rp
567.067 2.267.524
Koefisien Proteksi Input Nominal – NPCI 1,024
1,102 Tingkat Proteksi Input Nominal - NPRI
2,4 10,2
Transfer Faktor - FT Rp -3.069.657
2.100.918 Koefisien Proteksi Efektif - EPC
0,996 0,983
Persentase EPC - EPR -0,4
-1,7 Transfer Bersih - NT Rp
2.502.591 -4.368.442
Koefisien Keuntungan – PC 1,04 0,924
Rasio Subsidi Produsen – SRP 0,015
-0,028
Sumber : Pengolahan Data 2010
6.1. Analisis Keuntungan
Analisis keuntungan terdiri dari keuntungan privat dan keuntungan sosial. Keuntungan privat dilihat berdasarkan harga yang terjadi di pasaran. Keuntungan
sosial dilihat berdasarkan harga bayangan.
6.1.1. Analisis Keuntungan Privat
Tabel PAM menunjukkan besarnya keuntungan privat yang diperoleh tahun
2008 dan
2009 yaitu
sebesar Rp
64.494.080tahun dan
Rp 53.264.680tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan patin memiliki keuntungan privat. Tingkat keuntungan privat yang positif disebabkan
karena hasil penerimaan perusahaan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang
85
dikeluarkan dalam proses produksi komoditas benih ikan patin. Keuntungan privat tahun 2008 lebih besar dibandingkan tahun 2009. Hal ini disebabkan harga benih
patin tahun 2008 lebih tinggi dibandingkan 2009 sehingga penerimaan tahun 2008 lebih besar daripada tahun 2009 walaupun kuantitas antara kedua tahun sama.
Penurunan harga benih patin pada 2009 disebabkan karena permintaan konsumen terhadap benih patin berkurang sehingga petani harus menurunkan harga. Selain
itu biaya tahun 2009 lebih tinggi daripada 2008 karena harga-harga input tahun 2009 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya akibat adanya inflasi.
6.1.2. Analisis Keuntungan Sosial
Tabel 12 dan 13 menunjukkan keuntungan sosial yang diperoleh tahun 2008 dan 2009 sebesar Rp 61.991.489tahun dan Rp 57.633.122tahun
.
Hal ini menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan patin memiliki keuntungan sosial.
Keuntungan sosial yang bernilai positif tersebut karena penerimaan sosial lebih besar dibandingkan dengan biaya produksi sosial. Selisih keuntungan sosial antara
kedua tahun tidak besar karena walaupun penerimaan tahun 2008 lebih besar dibandingkan 2009, biaya sosial produksi tahun 2008 seperti bunga modal, garam,
obat-obatan, dan pakan juga lebih besar daripada 2009. Tingkat keuntungan sosial pada tahun 2008 lebih kecil dibandingkan
tingkat keuntungan finansial tahun 2008. Hal ini disebabkan lebih tingginya harga sosial beberapa input seperti BBM dan upah tenaga kerja. Hal sebaliknya terjadi
pada tahun 2009, tingkat keuntungan sosial pada tahun 2009 lebih besar dibandingkan tingkat keuntungan finansial tahun 2009. Hal ini disebabkan harga
sosial beberapa input seperti induk patin, obat-obatan, pakan, peralatan, dan perlengkapan lebih rendah dibandingkan harga finansialnya.
86
6.2. Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif