Kebijakan Pemerintah terhadap Input

28 Gambar b menunjukkan pada situasi perdagangan bebas harga yang diterima oleh produsen output dan konsumen dalam negeri sama dengan harga dunia yaitu sebesar Pw. Dengan tingkat harga sebesar Pw, output yang dihasilkan produsen adalah sebesar Q 4 dan konsumsi sebesar Q 1 , sehingga terjadi ekses suplai di dalam negeri sebesar segitiga BHJ. Terjadinya ekses suplai tersebut membuat output yang dihasilkan harus diekspor ke luar negeri yaitu sebesar Q 4 - Q 1 . Besarnya surplus konsumen adalah ABPw, sedangkan surplus produsen sebesar PwHK. Adanya subsidi negatif pada produsen output NPCO negatif, mengakibatkan perubahan harga dalam negeri yaitu harga yang diterima produsen dan konsumen harga finansial menjadi lebih rendah dari harga pasar dunia Pd Pw. Dengan tingkat harga sebesar ini, mengakibatkan konsumsi dalam negeri meningkat dari Q 1 menjadi Q 2 , penurunan produksi dari Q 4 menjadi Q 3 , penurunan ekspor dari Q 4 – Q 1 menjadi Q 3 - Q 2 , terjadi perubahan surplus produsen yaitu sebesar PwHGPd, perubahan surplus konsumen sebesar PdEBPw, dan besarnya transfer output atau transfer pajak kepada pemerintah sebesar DFGE. Efisiensi ekonomi yang hilang adalah sebesar BDE dan FGH yang merupakan kesempatan yang hilang dari produsen untuk memperoleh keuntungan dan juga tidak ditransfer baik kepada konsumen maupun pemerintah.

3.1.1.2. Kebijakan Pemerintah terhadap Input

Kebijakan terhadap input dapat diterapkan pada input tradable dan input nontradable . Pada kedua input tersebut kebijakan dapat berupa subsidi positif maupun negatif, sedangkan kebijakan hambatan perdagangan tidak diterapkan pada input domestik nontradable karena input domestik hanya untuk komoditas 29 yang diproduksi dan dikonsumsi di dalam negeri. Kebijakan pemerintah terhadap input ditunjukkan pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3, Gambar a menunjukkan efek pajak terhadap input tradable yang digunakan. Pajak pada input menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga pada tingkat harga output yang sama, output domestik turun dari Q 1 ke Q 2 dan kurva suplai S bergeser ke atas. Efisiensi ekonomi yang hilang adalah ABC, yang merupakan perbedaan antara nilai output yang hilang Q 1 CAQ 2 dengan ongkos produksi Q 2 BCQ 1 . Gambar b menunjukkan dampak subsidi input mengakibatkan harga input dan biaya produksi lebih rendah sehingga kurva suplai S bergeser ke bawah dan produksi naik dari Q 1 ke Q 2 . Adanya peningkatan produksi menyebabkan terjadinya peningkatan penggunaan sumberdaya yaitu sebesar Q 1 ACQ 2 dan meningkatnya penerimaan menjadi sebesar Q 1 ABQ 2 . Efisiensi ekonomi yang hilang dari produksi adalah ABC yang merupakan pengaruh perbedaan antara biaya produksi setelah output meningkat dengan nilai dari output yang meningkat. Intervensi pemerintah berupa hambatan perdagangan pada input yang nontradable tidak tampak karena input nontradable hanya diproduksi dan dikonsumsi di dalam negeri. Intervensi pemerintah adalah subsidi positif dan subsidi negatif pajak yang dapat dijelaskan pada Gambar 4. Pada Gambar a adanya pajak Pc - Pp mengakibatkan produk yang dihasilkan turun menjadi Q 2 . Efisiensi ekonomi yang hilang dari produsen sebesar DBA dan dari konsumen sebesar BCA. Gambar b menunjukkan adanya subsidi mengakibatkan produk meningkat dari Q 1 ke Q 2 , harga yang diterima produsen naik menjadi Pp dan harga yang diterima konsumen turun menjadi Pc. Kehilangan efisiensi dapat 30 dilihat dari perbandingan antara peningkatan nilai output dengan meningkatnya ongkos produksi dan meningkatnya keinginan konsumen untuk membayar. P Pp Pd D Pc A D S Q 1 Q C B Q 2 Pp Pp’ Pc P B Pd D C O D Q 3 Q 2 Q Q 1 S A a S- N b S+ N S C Q 2 S’ B A Pw Q 1 C Q Pw A P B S D S’ Q 1 Q 2 a S- II b S+ II Q P Keterangan: S- II : Pajak untuk input impor S+ II : Subsidi untuk input impor Sumber : Monke dan Pearson 1989 Gambar 3. Subsidi dan Pajak pada Input Keterangan: S- N : Pajak untuk barang nontradable S+ N : Subsidi untuk barang nontradable Sumber : Monke dan Pearson 1989 Gambar 4. Dampak Subsidi dan Pajak terhadap Input Nontradable 31

3.1.2. Tinjauan Konseptual Keunggulan Komparatif dan Kompetitif