I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya laut yang sangat berlimpah, karena dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari laut dengan potensi perikanan
tangkap sebesar 6,26 juta tontahun. Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai dengan tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia dengan tingkat produksi
perikanan tangkap pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54. Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010.
Volume produksi perikanan Indonesia baik sektor penangkapan maupun budidaya pada kurun waktu tahun 2005-2009 terus mengalami peningkatan.
Peningkatan volume produksi perikanan selama tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 . Volume Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2005
– 2009 Ton
Sektor Tahun
Kenaikan Rata-rata
2005 2006
2007 2008
2009 2005-2009
Penangkapan 4.705.869 4.806.112
5.044.737 5.196.328
5.285.020 2,95
Budidaya 2.163.674
2.682.596 3.193.565
3.855.200 4.780.100
21,93
Jumlah 6.869.543 7.488.708
8.238.302 9.051.528
10.065.120 10,02
Angka Sementara Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan , 2010
Berdasarkan Tabel 1, laju pertumbuhan produksi perikanan tangkap tahun 2005-2009 mengalami kenaikan rata rata sebesar 2,95 dan produksi perikanan
budidaya sebesar 21,93. Pada tahun 2009, volume produksi perikanan tangkap Indonesia sudah mencapai 5,28 juta ton tetapi produksi tersebut masih belum
optimal karena potensi perikanan tangkap Indonesia mencapai 6,26 juta tontahun. Laju pertumbuhan produksi perikanan nasional baik sektor perikanan tangkap
maupun sektor budidaya tahun 2005-2009 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 10,02 dengan total produksi perikanan nasional tahun 2009 sebesar 10,06 juta
ton.
2 Selain volume produksi, nilai produksi perikanan Indonesia juga
mengalami peningkatan dari Rp57,62 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp102,78 triliun pada tahun 2009 dengan kenaikan rata-rata sebesar 15,61. Nilai Produksi
perikanan Indonesia dari tahun 2005-2009 bisa dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
. Nilai Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2005 – 2009 Juta Rupiah
Sektor Tahun
Kenaikan Rata-rata
2005 2006
2007 2008
2009 2005-2009
Penangkapan 36.171,33 40.069,05
48.431,93 51.611,69
56.077,35 11,72
Budidaya 21.451,44
23.776,08 27.928,28
37.842,76 46.705,70
21,81
Total Nilai 57.662,78 63.845,14
76.360,22 89.454,45
102.783,05 15,61
Angka Sementara Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan , 2010
Dukungan konsumsi dalam negeri sangat diperlukan untuk mendorong produksi perikanan Indonesia. Selain itu, peningkatan konsumsi ikan juga dinilai
penting bagi ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap impor protein hewani lainnya. Pada kurun waktu tahun 2000
– 2006 konsumsi ikan di Indonesia mengalami peningkatan. Tingkat konsumsi ikan per kapita Indonesia
dari tahun 2000 – 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 . Tingkat Konsumsi Ikan Per Kapita Indonesia Tahun 2001-2006 Kg
Sektor Tahun
Pertumbuhan 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2000-2006
Penangkapan 19,24
19,53 20,64
20,34 20,39
20,54 1,3
Budidaya 3,40
3,51 3,68
3,72 4,35
4,31 4,9
Total Konsumsi 22,64
23,04 24,32
24,06 24,74
24,86 6,2
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan , 2009
Berdasarkan Tabel 3, dalam enam tahun terakhir konsumsi ikan di Indonesia mengalami peningkatan. Pada sektor penangkapan tingkat konsumsi
ikan mengalami pertumbuhan 1,3 , sektor budidaya juga meningkat dengan pertumbuhan mencapai 4,9 dalam kurun waktu enam tahun.
3 Pada tahun 2006, tingkat konsumsi ikan per kapita pertahun mencapai
24,86 kg. Dengan pertumbuhan yang terus meningkat tiap tahun, tingkat konsumsi ikan dapat menunjukan kesadaran yang mulai meningkat di masyarakat
akan pentingnya makanan bergizi. Tahun 2010, tingkat konsumsi ikan sudah mencapai 30,47 kg per kapita, meningkat dibandingkan konsumsi 2009 sebesar
29,08 kg per kapita.
1
Keragaman jenis ikan di perairan Indonesia belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal. Apabila dilihat dari tingkat pemanfaatan, terutama
untuk ikan-ikan non ekonomis pemanfaatan terhadap ikan masih belum optimal. Hal ini disebabkan pemanfaatannya masih terbatas dalam bentuk olahan
tradisional dan konsumsi segar. Akibatnya ikan-ikan tidak ditangani dengan baik dikapal, sehingga ikan yang didaratkan bermutu rendah 20
–30. Selain itu, penanganan ikan yang tidak baik dikapal berdampak pada tingginya tingkat
kehilangan losses sekitar 30-40. Dari total produksi tangkapan laut, sebesar 57,05 dimanfaatkan dalam bentuk basah, sebesar 30,19 bentuk olahan
tradisional, sebesar 10,90 bentuk olahan modern dan olahan lainnya 1,86. Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Kementerian
Kelautan dan Perikanan 2007. Upaya pengolahan bertujuan untuk memberi nilai tambah dan
memperpanjang masa simpan ikan, sehingga dapat dikonsumsi kapan saja dan lebih praktis. Hal ini terkait dengan karateristik ikan yang tidak tahan lama dan
merupakan bahan pangan yang mudah membusuk, karena aktivitas zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan mutu ikan.
Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil tangkapan laut adalah dengan pengembangan produk
bernilai tambah, baik olahan tradisional maupun modern. Namun produk bernilai tambah yang diproduksi di Indonesia masih dari ikan ekonomis seperti tunaudang
kaleng, tuna steak, dan lain sebagainya yang memiliki nilai jual meski tanpa dilakukan proses lanjutan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan 2007.
1
Outlook Perikanan Tahun 2011.http www.kkp.go.id [7 Maret 2011]
4 Sedangkan apabila ingin merubah nilai jual ikan non ekonomis, salah satu
cara yang bisa ditempuh adalah melalui teknologi produk perikanan pengembangan produk hasil perikanan menjadi produk siap saji agar sesuai
dengan selera pasar dan lebih bisa diterima oleh masyarakat. Selain itu, pengembangan produk hasil perikanan menjadi produk siap saji memungkinkan
untuk meningkatkan keragaman produk perikanan. Salah satu cara pengembangan produk hasil perikanan menjadi produk
siap saji adalah dengan diversifikasi pengolahan ikan. Diversifikasi produk olahan ikan dilakukan untuk mengoptimalkan pengolahan dan untuk memenuhi
keinginan dan selera konsumen. Diversifikasi produk olahan ikan diantaranya petis, abon, dendeng, kerupuk, sosis, nugget, siomay, bakso, kaki naga, ekado,
otak-otak, dan empek-empek. Salah satu pelaku bisnis yang memproduksi hasil perikanan menjadi produk olahan ikan bernilai tambah dan terdaftar pada Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor adalah Ragajaya Mandiri Lampiran 1.
1.2. Perumusan Masalah