Daerah Pemasaran Vertical Clarifier Tank VCT

pengawasan pengelolaannya diserahkan kepada manajer PKS Aek Nabara Selatan.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Aek Nabara Selatan adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan pengolahan sawit. Adapun ruang lingkup bidang usaha pada perusahaan ini adalah : 1. Tandan Buah Segar menjadi Crude Palm OilCPO Minyak Sawit 2. Tandan Buah Segar menjadi Kernel Inti Sawit

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik kelapa sawit Aek Nabara Selatan berada di jalan lintas barat sumatera diantara Rantau parapat – Kota Pinang yang terletak di kecamatan Bila Hulu, Kabupaten Labuhan Batu Selatan dengan ketinggian 37 meter diatas permukaan laut dan berjarak 307 km dari kota Medan. Areal atau lokasi PKS ini merupakan salah satu faktor yang menentukan kelangsungan usaha dapat berjalan dengan baik.

2.4. Daerah Pemasaran

Pemasaran produk hasil pengolahan kelapa sawit dilakukan oleh pihak direksi PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan menerima pesanan CPO dan Kernel sesuai dengan kontrak yang telah disepakati oleh Direksi dengan pelanggan. Universitas Sumatera Utara PKS Aek Nabara Selatan mempunyai beberapa daerah pemasaran produk yang dihasilkan mereka diantaranya diekspor keluar negeri seperti ke Jerman, Belanda, Jepang, Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan dan Malaysia, melalui pelabuhan Belawan dan sebagian produk dipasarkan didalam negeri antara lain dipasarkan ke Medan, Surabaya dan Jakarta.

2.5. Proses Produksi

Dalam pengolahan tandan buah sawit ini menghasilkan dua jenis produk, yaitu : Minyak Sawit Crude Palm Oil dari hasil olahan daging buah dan Inti Sawit Palm Kernel yaitu inti yang dihasilkan dari pengolahan biji Nut. PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan merupakan unit pengolahan TBS menjadi minyak sawit Crude Palm Oil dan Inti sawit. Bahan baku yang digunakan berasal dari kebun seinduk maupun dari pihak III, salah satu faktor untuk menghasilkan produk CPO maupun inti yang memiliki kualitas dan kuantitas baik, bahan baku yang digunakan harus memenuhi kriteria matang buah. Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pengolahannya adalah efisiensi, lossis dan manajemen pengolahan. Pada prinsipnya pengolahan kelapa sawit ditujukan untuk menghasilkan minyak yang terkandung dalam buah semaksimal mungkin dengan menekan lossis. Proses produksi diartikan sebagai kegiatan yang mengubah masukan berupa bahan baku input menjadi keluaran output yang berupa produkhasil. Teknologi, mesin, dan peralatan serta berbagai cara kerja direncanakan dan digunakan untuk proses produksi. Universitas Sumatera Utara

2.5.1. Standard Mutu Bahan Produk

Standar mutu dari produk yang dihasilkan PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit PKS Aek Nabara Selatan disesuaikan dengan spesifikasi standar mutu internasional. Hal ini dilakukan agar produk yang dihasilkan pihak pabrik dapat diterima di pasar nasional maupun internasional. Jadi untuk meningkatkan daya saing, minyak sawit dan inti sawit yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi mutu. Mutu FFB Fresh Fruit Bunch adalah suatu ukuran mutu yang sangat penting karena mempengaruhi dari proses ekstraksi minyak ektraksi minyak dan kehilangan dan mutu dari hasil minyak. Minyak yang maksimum dapat dihasilkan dengan kematangan FFB yang optimum. Ada tiga komponen kualitas yang dipakai sebagai standar dalam pengendalian mutu minyak sawit di PTPN III Aek Nabara Selatan yaitu: 1. Kadar Asam Lemak Bebas ALB 2. Kadar Air 3. Kadar Kotoran Analisa mutu produksi dilakukan tiap hari untuk mengetahui kualitas bahan, kualitas produk yang dihasilkan dan dikirim sudah sesuai dengan norma mutu yang diharapkan, sehingga dapat diterima pasar diketahui seberapa kehandalan pabrik dalam mendapatkan minyak dan inti sesuai ISO 9000. 1. Mutu Minyak Pengambilan sampel dilakukan setiap 1 jam, dimulai setelah 1 jam pabrik beroperasimengolah. Universitas Sumatera Utara Pengambilan sampel dilakukan pada : a. Minyak masuk ke Oil Tank b. Minyak masuk ke Oil Purifier c. Minyak masuk ke Vacum Dryer d. Minyak masuk ke Storage Tank e. Minyak masuk ke truk tangki saat pengiriman Standar mutu produk yang ditetapkan PTPN III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan adalah sebagai berikut: Tabel 2.1. Standar Mutu Minyak Sawit No. Parameter Produksi Eksport 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Asam lemak bebas Kadar air Kadar kotoran Nilai peroksida peroxide value Nilai anisidin anisidine value Kandungan besi iron content Kandungan tembaga copper content DOBI Bilangan Iod Titik cair 3,50 0,15 0,02 - - - - - - - 5 0,15 0,02 5,00 6,00 3,50 0,05 2,5 5,1 39 – 41 Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Aek Nabara Selatan 2. Mutu inti Sawit Pengambilan sampel dilakukan setiap 1 jam, dimulai setelah 1 jam pabrik beroperasimengolah. Pengambilan sampel dilakukan pada : a. Dry Kernel Produksi LTDS b. Wet kernel produksi hydrocyclone c. Kernel masuk ke kernel bulk d. Kernel pengiriman Universitas Sumatera Utara Standar mutu inti sawit yang ditetapkan PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit PKS Aek Nabara Selatan adalah sebagai berikut : Tabel 2.2. Standar Mutu Inti Sawit No. Parameter Produksi Eksport 1. 2. 3. 4. 5. 6. Asam lemak bebas Kadar air Kadar kotoran Inti pecah Kadar Minyak Berubah warna Max. 1,00 Max 7,00 Max. 6,00 Max. 15,0 Max. 49,0 Max. 40 Max 1,00 Max. 7,00 Max. 6,00 Max.15,0 Max. 49,0 Max. 40 Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Aek Nabara Selatan Kriteria kemasakan TBS kelapa sawit : 1. Fraksi 0 : Tidak boleh ada 2. Fraksi 00 : Tidak boleh ada 3. Fraksi 1 : ≤ 20 4. Fraksi 2 dan Fraksi 3 : ≥ 68 5. Fraksi 4 dan Fraksi 5 : ≤ 12,0 6. Jumlah berondolan : Min. 8 7. Buah busuk sakit, janjangan kosong sampah : Tidak boleh ada 8. Panjang tangkai : Max. 2,5 9. Tangkai panjang 2,5 cm : Tidak boleh ada Persyaratan mutu TBS kelapa sawit yang ditentukan pabrik : 1. Fraksi 00 : Buah luar belum ada membrondol 0 2. Fraksi 0 : Buah luar telah membrondol sampai dengan 12,5 3. Fraksi 1 : Buah luar telah membrondol diatas 12,5 sampai dengan 25 4. Fraksi 2 3 : Buah luar telah membrondol diatas 26 sampai dengan 75 5. Fraksi 4 5 : Buah luar telah membrondol diatas 75 sampai dengan 100 Universitas Sumatera Utara

2.5.2. Bahan yang Digunakan

Ada 3 jenis bahan yang digunakan dalam pengelolahan proses produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit PKS Aek Nabara Selatan ada 3 yaitu bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.

2.5.2.1. Bahan Baku

Mutu hasil olahan dipengaruhi oleh mutu bahan baku, sedangkan mutu bahan baku dipengaruhi oleh sistem panen. Bahan baku yang telah matang sebaiknya langsung diolah agar kandungan minyaknya tidak berkurang dan kualitas minyak yang dihasilkan tidak menurun. Oleh karena itu bahan baku yang digunakan adalah Tandan Buah Segar TBS yang harus memenuhi standar mutu yang telah ditentukan oleh PTPN-III PKS Aek Nabara Selatan.

2.5.2.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam proses produksi dan bercampur dengan bahan baku yang membentuk produk akhir dan diharapkan dapat meningkatkan mutu produk. Dalam hal ini tidak ada bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit PKS Aek Nabara Selatan. Universitas Sumatera Utara

2.5.2.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi tetapi tidak terdapat dalam produk akhir yaitu bahan-bahan yang diperlukan dalam memperlancar penyelesaian suatu produk dimana keberadaan bahan penolong ini tidak mengurangi nilai tambah produk yang dihasilkan tersebut, dan bahan penolong ini tidak terdapat pada produk akhir. Adapun bahan penolong yang digunakan pada PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit PKS Aek Nabara Selatan adalah air delusi yang berguna untuk mengurangi kekentalan minyak untuk mempermudah proses selanjutnya.

2.5.3. Uraian Proses Produksi

Ada beberapa tahapan uraian produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan. Adapun tahapan uraian proses produksi tersebut dapat dilihat pada block diagram dibawah ini: Universitas Sumatera Utara Stasiun Penerimaan TBS Stasiun Loading Ramp Stasiun Rebusan Sterilizer Stasiun Penebahan Thressing Stasiun Pengempaan Pressing Stasiun Pemurnian Minyak Clarification Gambar 2.1. Blok Diagram Uraian Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

2.5.3.1. Stasiun Penerimaan TBS Tandan Buah Segar

Stasiun penerimaan TBS Tandan Buah Segar terdiri atas 2 yakni : a. Jembatan Timbang Weighting Bridge Tujuan dari dilakukannya penimbangan adalah untuk mengetahui produktivitas kebun sehingga memerlukan data berat, asal kebun, bagian, dan blok. Selain TBS, pada jembatan timbangan juga dilakukan penimbangan CPO Universitas Sumatera Utara dan inti sawit, janjangan kosong, fiber yang akan dijadikan pupuk untuk Afdeling kebun. Setiap truk pengangkut TBS yang tiba di pabrik ditimbang terlebih dahulu di timbang di Jembatan Timbang untuk memperoleh berat sewaktu berisi bruto dan sesudah dibongkar tarra . Selisih antara bruto dengan tarra adalah netto, yaitu jumlah TBS yang diterima di PKS. Selain tandan buah segar, pada jembatan timbangan juga dilakukan penimbangan CPO dan inti sawit, janjangan kosong, fiber yang akan dijadikan pupuk untuk Afdeling kebun. b. Sortasi TBS dan Pemeriksaan Kualitas Sortasi dilakukan untuk menjamin bahan baku TBS yang diterima di pabrik sesuai kriteria yang sudah ditentukan. Sebelum TBS diterima dan diolah pabrik, kualitas buah harus diperiksa tingkat kematangannya secara visual. Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah di stasiun penerimaan TBS. Perlatan dan bahan yang digunakan untuk melakukan sortasi adalah gancu, skop, blong, timbangan, buku sortasi dan Surat Pengantar Buah PB.25 Sortasi tandan buah segar dilakukan di lantai peron loading ramp,sebagai alat untuk menilai mutu panen yang dilaksanakan terhadap setiap kebun dengan sistem sampling satu truk mewakili setiap afdeling, sedangkan untuk pihak TBS di sortir seluruhnya. Buah disortasi untuk mengetahui mutu buah yang akan diolah yang didasarkan pada jumlah buah yang membrondol sampai di loading ramp yang Universitas Sumatera Utara dinyatakan sebagai fraksi. Dimana, fraksi merupakan derajat kematangan FFB yang diterima di pabrik. Adapun derajat kematangan dari FFB sebagai berikut : a. Buah Immature Buah ini digolongkan sebagai buah yang masih hitam dan karas, tidak ada brondolan yang lepas dari tandan. b. Buah Unripe Buah ini digolongkan sebagai buah mentah dan brondolan yang lepas dari tandan kurang dari 10 brondolan. c. Buah Under Ripe Buah ini digolongkan sebagai buah mengkal dengan kurang dari 10–24 brondolan yang lepas dari tandan. d. Buah Normal Ripe Buah ini digolongkan sebagai buah yang telah matang dengan lebih dari 25 brondolan yang lepas dari tandan. e. Buah Over Ripe Buah dengan brondolan yang lepas dari 75 atau masih tertinggal 25. f. Buah Rotten Buah yang seluruhnya atau sebagian dari janjangan telah lembek, warnanya hitam dan bau. Buah ini mengandung asam lemak bebas tinggi. Brondolan tinggal 10. g. Buah Abnormal Buah yang tidak mau lepas dari tandan walaupun sudah direbus. Universitas Sumatera Utara h. Buah Bruissed Buah yang memar dan teroksidasi, ini juga mengandung asam lemak bebas FFA yang tinggi. i. Empty Bunch Buah yang sudah 90 lebih brondolan yang lepas. j. Long Stalk Tangkai janjangan yang panjangnya lebih dari 2,5 cm, hal ini akan menambah berat saat penimbangan dan menimbulkan looses saat perebusan. Tabel 2.3. Kriteria Kematangan TBS, Persyaratan Mutu dan Komposisi Panen yang Ideal Fraksi Derajat kematangan Buah Luar membrondol Komposisi panen ideal 00 Sangat mentah Tidak Ada Tidak boleh ada Mentah 0 – 12,5 Tidak boleh ada 1 Kurang matang 12,5 – 25 Max. 20 2 3 Matang 25 – 75 Min. 68 4 5 Lewat matang 75 - 100 dan buah dalam ikut membrondol Max. 12 Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Aek Nabara Selatan Buah sakit yang tidak bisa membrondol bangkongbatugila dikenakan finalti sebesar 100, untuk buah sakit yang dapat membrondol dikenakan finalti sebesar 50 terhadap berat tandan. Fraksi 00, Fraksi 0, sampah, tandan kosong, buah busuk dan buah sakit dipisahkan dan dimusnahkan dibakar dengan membuat berita acara disaksikan oleh asisten afdeling pengirim atau yang mewakili dan diterbitkan LK laporan Ketidaksesuaian. Hasil sortasi panen digunakan untuk menghitung rendemen distribusi tiap-tiap afdeling pemasok dan Universitas Sumatera Utara membuat material balance untuk setiap fraksi, tahun tanam dan setiap afdeling kebun.

2.5.3.2. Stasiun Loading Ramp

Buah yang telah selesai ditimbang, dibawa ke loading ramp dan dituang ke tiap-tiap bays dari loading ramp, kemudian diisikan ke dalam lori-lori dengan cara membuka pintu bays yang diatur dengan sistem pintu hydraulic menggunakan elekromotor yang berfungsi untuk membagi ke dalam lori tempat buah. Fungsi loading ramp antara lain adalah: 1. Tempat menampung TBS dari kebun sebelum diproses 2. Mempermudah pemasukan TBS ke lori 3. Mengurangi kadar kotoran Lori merupakan tempat untuk merebus TBS yang berkapasitas ± 2,5 ton TBS. Jumlah lori yang mencukupi merupakan persyaratan awal yang harus dipenuhi agar kapasitas perebusan tercapai. Sistem transfer lori digunakan untuk memfasilitasi gerakan lori mulai didaerah loading ramp sampai ke stasiun rebusan. Peralatan yang digunakan adalah capstand, wesel dan Jhondree. Kemudian lori buah tersebut ditarik menggunakan tali profelin dengan menggunakan capstand, setelah itu lori didorog masuk ke dalam rebusan menggunakan jhondera. Universitas Sumatera Utara

2.5.3.3. Stasiun Rebusan Sterilizer

Setelah lori penuh berisi TBS, kemudian ditarik dengan menggunakan capstand dan selanjutnya dimasukkan ke dalam sterilizer, yaitu bejana uap tekan yang digunakan untuk merebus buah. Rebusan adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus TBS dengan uap Steam. Steam yang digunakan adalah saturated steam dengan tekanan 2,8 – 3,0 kgcm 2 pada suhu 140 yang berasal dari Back Presseure Vessel. PKS Aek Nabara Selatan memiliki 4 unit rebusan. Lori buah dimasukkan ke dalam stasiun perebusan untuk direbus dengan tujuan : 1. Menurunkan kadar air dalam daging buah Air yang ada di dalam buah akan menguap akibat pengaruh panas yang tinggi pada proses sterilisasi. Penurunan kadar air sangat penting dalam pengolahan pendahuluan dalam bejana pengaduk digester karena mempermudah serat buah terurai antara satu dengan yang lainnya. 2. Menghentikan aktifitas enzim Sebelum dinonaktifkan buah kelapa sawit mengandung lipase dan oksidase yang terus bekerja dalam buah. Dalam hal ini enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentuk peroksida yang kemudian berubah menjadi gugus aldehid dan keton. Senyawa terakhir ini jika dioksidasi lagi akan membentuk asam lemak bebas. Untuk menghentikan aktifitas enzim tersebut maka harus dilakukan perebusan minimal pada temperatur 50ºC. 3. Mempermudah pelepasan buah dari tandannya Universitas Sumatera Utara Di dalam buah terdapat zat-zat polisakarida yang bersifat sebagai zat perekat yang akan terhidrolisa dan pecah menjadi monosakarida yang lain. Hidrolisa tersebut berlangsung pada waktu buah menjadi matang dan dipercepat dengan proses sterilisasi. 4. Melunakkan daging buah Pericarp Pericarp yang telah direbus menjadi lunak dan hal ini mempermudah proses pengempaan. Pericarp ini mudah terlepas dari biji karena ketahan mekanis dari ikatan antara pericarp dengan biji akan menurun sehingga bagian mesocrap dan biji dapat dilepas satu sama lain di bagian digester dan akan terpisah sempurna di bagian depericarper. 5. Mempersiapkan biji untuk memperoleh inti biji Kadar air dalam cangkang akan berkurang dengan adanya proses pemanasan dan mengakibatkan elastisitas terhadap benturan saat pada pemecahan biji berkurang. Siklus perebusan adalah waktu yang diperlukan untuk merebus TBS, ditambah dengan waktu untuk memasukan lori ke rebusan dan mengeluarkannya Loading and Unloading. Proses perebusan dilakukan dengan sistem 3 puncak, dimana puncak pertama dan kedua bertujuan untuk memberikan tekanan kejut sehingga buah lepas dari tandan serta membuat udara di rebusan agar pemanasan pada masa tahan optimum temperatur tercapai. Puncak ketiga bertujuan untuk mematang buah dan melunakan daging buah. Waktu yang digunakan untuk perebusan adalah 90 menit, sedangkan waktu untuk satu siklus perebusan 110-120 menit. Universitas Sumatera Utara Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam perebusan tripel peak : 1. Persiapan perebusan Setelah lori-lori dimasukkan kedalam rebusan, pintu ditutup, kran-kran inlet steam , exhaust, dan kondensat ditutup. 2. Deaerasi Inlet steam dibuka dan kran kondensat dibuka untuk membuang udara-udara yang ada didalam rebusan selama 3 – 5 menit. 3. Puncak 1 Kran kondensat ditutup, inlet steam dibuka sampai mencapai tekanan 1,5 kgcm 2 . Setelah tekanan tercapai, kran inlet steam ditutup dank ran kondensat dibuka hingga tekanan mencapai 0 kgcm 2 . 4. Puncak 2 Kran kondensat ditutup dank ran inlet steam dibuka hingga mencapai tekanan 2,0 kgcm 2 . Setelah mencapai tekanan 2,0 kgcm 2 kran inlet steam ditutup dan kran kondensat dibuka hingga mencapai tekanan 0,5 kgcm 2 . 5. Puncak 3 Kran kondensat ditutup dan kran inlet steam dibuka hingga mencapai tekanan 2,8 – 3,0 kgcm 2 . setelah mencapai tekanan tersebut, semua kran ditutup dan ditahan selama 45 menit, kemudian kran exhaust dibuka dan setelah mencapai tekanan 1,0 kgcm 2 , kran kondensat dibuka hingga mencapai tekanan 0 kgcm 2 . 6. Pengeluaran lori Universitas Sumatera Utara Pintu rebusan dibuka dan lori-lori dikeluarkan dengan menggunakan bantuan capstand . Faktor – faktor yang mempengaruhi proses perebusan : 1. Tekanan uap dan lama perebusan Tekanan dan lamanya waktu perebusan sangat penting karena mempengaruhi hasil perebusan dan efisiensi pabrik sendiri. Apabila tekanan dan waktu perebusan tidak cukup dapat menyebabkan beberapa kerugian, yaitu: a. Buah kurang masak, sebagian brondolan tidak lepas dari tandan unstriped bunch yang menyebabkan kerugian minyak dalam janjangan kosong bertambah. b. Pelumatan pada digaster tidak sempurna, yaitu sebagian daging buah tidak lepas dari biji sehingga mengakibatkan proses pengempaan tidak sempurna dan mengakibatkan kerugian minyak pada fibre. c. Ampas fibre basah yang meyebabkan pembakaran dalam ketel uap tidak sempurna. Sedangkan apabila perebusan terlalu lama dapat menyebabkan: a. Buah menjadi memar, kerugian minyak dalam air rebusan kondensat, dan janjangan kosong bertambah. b. Merusak mutu minyak dan inti. Losses akibat stasiun rebusan meliputi : 1. USB Unstrip Bunch 2. Losses minyak pada air kondensat 3. Inti lengket pada cangkang Universitas Sumatera Utara

2.5.3.4. Stasiun Penebah Therressing

Pada stasiun ini proses yang berlangsung adalah berondolan dipisahkan dari janjangantandannya. Stasiun Theressing ini terdiri dari : a. Alat pengangkut lori Hoisting Crane Hoisting Crane berfungsi untuk mengangkat dan menuangkan isi lori yang berisi TBS yang telah direbus ke Bunch Auto Feeder dan menurunkan lori pada rel semula. Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan memiliki 3 unit Hoisting Crane Mono rel masing-masing memiliki kapasitas angkut 5 ton x 28 meter. Hoisting Crane tersebut memiliki 3 unit Gear Box yakni : 1. Gear Box main Creep hoist naik – turun 2. Gear Box travel Drive maju-mundur 3. Gear Box tilting Drive’s putar basketlori Ketebalan lapisan buah pada bunch feeder sebaiknya 20-30 cm yaitu sekitar 2-3 lori. Penumpukan atau ketebalan buah yang terlalu besar pada bunch feeder mengakibatkan lossis pada tandan kosong meningkat dan kesulitan pengontrolan pengumpanan buah ke thresser. Bunch feeder yang digunakan pada PKS Aek Nabara Selatan adalah manual feeder , karena pengoperasiannya tergantung pada level volume digester. Kecepatan Auto feeder adalah 8 rpm. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengumpanan adalah : 1. Kecepatan bunch feeder Universitas Sumatera Utara 2. Ketinggian tumpukan di Auto feeder 3. Pengoperasian Hoisting Crane 4. Ukuran buah b. Mesin Theressing Untuk memisahkan buah berondolan dari janjangan dengan sistem drum berputar sehingga buah akan terangkat dan terbanting digunakan Mesin Theresser. Selanjutnya berondolan akan terlepas dan masuk ke kisi-kisi drum yang lebarnya 4-6 cm. faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja thereser adalah: 1. Feeding, yaitu kualitas ukuran buah dan kuantitas volume umpan ke thresser 2. Kecepatan drum 3. Kebersihan kisi-kisi tempat keluarnya berondolan 4. Sudut pengarah, berfungsi mengarahkan janjangan agar tidak ada beban load didalam drum. 5. Spike, yang berfungsi untuk mengurangi terjadinya USF unstrip fruit. Efektifitas thersser dapat dilihat dari : 1. USF, yaitu berondolan yang sudah lepas dari spike left tapi tidak mau keluar dari tandan. 2. Oil loses c. Below Conveyor Thressing Alat ini berfungsi untuk mendorong berondolan yang keluar dari threser ke Under Transfer Fruit Conveyor . Universitas Sumatera Utara d. Under Transfer Fruit Conveyor Alat ini berfungsi untuk menghantarkan berondolan yang ke luar dari Below Conveyor Thressing menuju ke Fruit Elevator. e. Fruit Elevator Alat ini berfungsi untuk menghantarkan berondolan dari Under Transfer Fruit Conveyor menuju ke Fruit Top Transfer Conveyor f. Fruit Top Transfer Conveyor Alat ini berfungsi untuk menghantarkan berondolan dari Fruit Elevator menuju Fruit Distributing Conveyor. g. Empty Bunch Conveyor Alat ini berfungsi untuk menghantarkan janjangan kosong dari threser menuju Elevator Empty Bunch Crusher dan Elevator Empty Bunch Shredder. f. Empty Bunch Shredder Melalui Elevator Empty Bunch Crusher janjangan masuk ke Empty Bunch Crusher untuk pengepressan janjangan dan persiapan feeding ke Empty Bunch Shredder. g. Under Transfer Fruit Conveyor Berondolan akan masuk ke Under Transfer Fruit Conveyor untuk diproses kembali dan janjangan yang masih terdapat berondolan USB dan USF akan kembali masuk ke Empty Bunch Conveyor untuk diproses kembali. Janjangan yang sudah bersih dari berondolan akan masuk ke Elevator Empty Bunch Shredder, lalu masuk ke Distribution Shredder Conveyor untuk dibawa ke Universitas Sumatera Utara Shredder agar dicacah. Hasil cacahan masuk ke Inclined Empty Bunch Conveyor I, II dan Horizontal Hopper Conveyor untuk dibawa ke Hopper.

2.5.3.5. Stasiun Pengempaan Pressing

Untuk mengeluarkan minyak dari daging buah dengan cara diperas digunakan mesin Press. Proses pemisahan daging buah dengan biji nut dan proses pengambilan minyak kasar dari daging buah terjadi pada stasiun ini. Pada stasiun ini minyak diperoleh dengan cara melumat dan mengempa berondolan. Adapun proses pada stasiun ini adalah : a. Fruit Distributing Conveyor Menghantarkan berondolan dari Fruit Top Transfer Conveyor sekaligus membagi berondolan ke dalam digester yang dioperasikan. b. Recycling Conveyor Mengembalikan berondolan yang tidak tertampung oleh digester didorong ke Under Transfer Fruit Conveyor. c. Digester Pengaduk Ketel tegak yang mempunyai dinding rangkap, as pemutar yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk disebut dengan digester. Jumlah pisau pengaduk dalam satu buah digester terdiri dari 5 pasang pisau pengaduk yang betingkat dan satu psang pisau pelempar. Letak pisau ini dibuat bersilangan antara pasangan yang satu dengan yang lain dan dipasang miring agar daya adukan cukup besar dan sempurna. Untuk start up awal digester diisi penuh 80 , kemudian diputar selama 15 menit dan Universitas Sumatera Utara line press dibuka. Dalam ketel adukan buah sawit direncah dengan dengan pisau- pisau pengaduk yang berputar pada as sehingga daging buah pecah dan terlepas dari biji. Air delusi ditambahkan pada chute dengan komposisi minyak : air : NOS = 40 : 40 : 20. Alat ini berfungsi untuk :. 1. Melepaskan biji dari daging buah yang membungkus. 2. Melumat daging buah. 3. Meremas struktur jaringan dan pembukaan sel dimana minyak terkandung di dalamnya. Digester minimal berisi ¾ dari kapasitas nya dan waktu yang dibutuhkan untuk pelumatan 15-20 menit, temperatur digester harus tetap dijaga antara 90- 95 . Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja digester antara lain: 1. Kebersihan bottom plate 2. Kematangan buah yang sudah direbus 3. Kecepatan pengadukan yaitu sebesar 25 rpm 4. Kondisi plat siku penahan pada dinding digester 5. Waktu pengadukan 15 – 20 menit. d. Pengempaan Screw Press Pengempa digunakan untuk mengepres buah yang sudah diaduk dari digester dengan menggunakan sistem hidrolik sehingga minyak kasar keluar dari daging buah sekaligus memisahkan minyak kasar dari serat biji sawit. Prinsip dari pengepresan adalah suatu penekanan terhadap buah yang telah diaduk sehingga Universitas Sumatera Utara terperas dan mengeluarkan minyak yang selanjutnya dialirkan ke sand trap. Screw Press berfungsi untuk memeras daging buah dari digester sehingga didapat hasil minyak kasar dan serabut fiber. Alat ini biasanya berkapasitas 10 ton TBS jam, dengan tekanan hidrolik cone maksimum 50 kgcm 2 . Konstruksi berupa uliran ganda yang berputar berlawanan arah dengan tekanan tertentu serta di bantu dengan aliran air panas air delusi. Press yang digunakan di PKS Aek Nabara Selatan berjumlah 4 buah untuk masing-masing line yang terbagi menjadi 3 jenis yaitu: 1. LAJU, dengan kapasitas 10-12 ton jam sebanyak 4 unit 2. STORK, dengan kapasitas 10-12 tonjam sebanyak 1 unit 3. MJS, dengan kapasitas 15-17 ton jam sebanyak 3 unit Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja press: 1. Kondisi Worm atau main Screw Press 2. Tekanan cone 3. Kematangan buah yang direbus 4. Kebersihan pada press 5. Air delusi, yang berfungsi untuk mempermudah proses pemisahan minyak dan air jika air delusi terlalu sedikit, minyak yang dihasilkan lebih murni tapi loses minyak tinggi. Temperatur air delusi harus dijaga 90 – 95 C. Penambahan air delusi dilakukan dengan perbandingan antara minyak, air dan NOS = 40 : 40 : 20 Universitas Sumatera Utara

2.5.3.6. Stasiun Klarifikasi Clarification

Stasiun pemurnianklarifikasi minyak berfungsi untuk memisahkan minyak dengan kotoran serta unsur – unsur yang mengurangi kualitas minyak dan mengupayakan agar kehilangan minyak seminimal mungkin. Stasiun klarifikasi adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak. Stasiun ini merupakan stasiun pemurnian minyak yang masih banyak mengandung kotoran seperti air, lumpur dan sebagainya. Minyak yang berasal dari Pressing Station yaitu Diluted crude oil merupakan minyak yang masih kotor. Untuk mendapatkan CPO yang memenuhi standar jual, baik lokal maupun ekspor maka diperlukan pemurnian CPO tersebut. Dilution water merupakan air condensate yang berasal dari proses perebusan yang ditambahkan ke dalam crude oil pada oil gutter yang berfungsi untuk membantu proses pemisahan crude oil minyak. Dilution water yang akan ditambahkan sebanyak 18 dari kapasitas pabrik. Minyak kasar crude oil hasil proses pemerasan di stasiun pressing diproses dengan berbagai macam perlakuan sehingga diharapkan minyak CPO terpisah dari air dan NOS Non Oil Solid pada`stasiun klarifikasi. a. Sand Trap Tank Untuk menangkap pasir minyak yang akan mengalir melalui baffle – baffle yang berfungsi untuk menangkap pasir digunakan mesin Sand trap. Jumlah sand Trap Tank pada PKS Aek Nabara Selatan adalah berjumlah 2 unit dengan masing – masing kapasitas 12 m³ jam. Dalam melakukan blow down harus dengan suhu 95° C sehingga yang terbuang adalah benar – benar NOS Non Oil Solid . Universitas Sumatera Utara Faktor –faktor yang mempengaruhi efektifites Sand Trap Tank : 1. Temperatur 90 - 95° C 2. Kondisi umpan b. Vibro Seperator Untuk menyaring crude oil dari serabut-serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak digunakan Vibro separator. Vibro Seperator mempunyai 3 jenis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu single deck, double deck. Yang digunakan di PKS Aek Nabara Selatan adalah jenis double Deck dengan ukuran meash 2040 yang berjumlah 3 unit, getaran vibro separator dikontrol melalui penyetelan bandul uang diikat pada electromotor. Kontrol kebersihan vibro separator harus dilakukan secara rutin, agar padatan yang terbuang dari hasil penyaringan vibro tidak menumpuk. c. Crude Oil Tank COT Crude Oil Tank merupakan tangki penampung minyak kasar hasil saringan dari vibro separator sebelum dikirim kebagian tangki ditribusi dengan menggunakan pompa. Crude oil tank dilengkapi dengan steam coil untuk memanaskan campuran minyak yaitu dengan suhu 95° C. Faktor yang mempengaruhi kerja dari C.O.T adalah temperatur dan kondisi baffle jumlah C.O.T yang ada di PKS Aek Nabara Selatan Adalah 2 unit dengan dasar tangki berbentuk segi empat. Untuk menjaga kebersihan dalam tangki harus dilakukan blowdown setiap 4 jam sekali. Fungsi Crude Oil Tank adalah untuk : 1. Transit tank. Universitas Sumatera Utara 2. Menambah panas 3. Menurunkan NOS Non Oil Solid

d. Vertical Clarifier Tank VCT

Untuk memisahkan minyak, air dan NOS secara grafitasi digunakan mesin Vertical clarifier tank . Untuk efektifitas kerja dari VCT adalah dengan ketebalan minyak ± 60 cm dan baru dilakukan pengutipan melalui skimmer. Pemisahan antara minyak dan air adalah dengan perbedaan berat jenis dan suhu yang baik untuk terjadinya pemisahan antara air dan minyak adalah 90 – 95° C, dimana minyak akan selalu berada diatas karena berat jenis minyak 1, sedangkan berat jenis air adalah 1. V.C.T yang digunakan di PKS Aek Nabara Selatan adalah 2 unit 1 unit digunakan untuk proses pemurnian minyak dan 1 unit untuk proses pengutipan minyak dari Rudockfat fit. Faktor yang mempengaruhi kinerja VCT adalah : 1. Temperatur yaitu 90 - 95° 2. Air Dilution 3. Stirer 4. Kualitas Feeding 5. Blow Down, dilakukan secara rutin. e. Oil Tank Oil Tank berfungsi sebagai tempat transit minyak sebelum diolah di oil purifier . Untuk membuang kotoran yang terdapat pada bagian bawah oil tank harus dilakukan blow down setiap 1 jam sekali. Pada oil tank suhu harus dijaga Universitas Sumatera Utara pada suhu 95°C untuk mengurangi kadar air sehingga kerja oil purifier tidak terlalu berat. Minyak dari vertical clarifier tank masuk ke oil tank pertama sampai ketinggian minyak di dalam tangki sekitar 60. Bila melebihi dari 60 , akan terjadi overflow ke oil tank yang berikutnya. Oil tank yang digunakan 3 buah, dimana 1 tangki sebagai cadangan. Dengan demikian, akan memungkinkan terjadinya pengendapan kotoran di oil tank. Faktor yang mempengaruhi kinerja oil tank : 1. Temperatur harus berkisar 90 – 95°C 2. Kebersihan tangki 3. Kondisi steam coil 4. Blow down f. Oil purifier Oil purifier berfungsi untuk mengurangi NOS dan kadar air dengan cara centrifugal . Pembukaan seal water dilakukan diawal proses dan saat beroperasinya kran seal water harus di tutup, karena apabila kran terbuka akan mengakibatkan kadar air dalam minyak meningkat. Efektifitas pemisahan dalam oil purifier dikendalikan oleh seal water dan gravity disk Alva Laval dan regulating ring West Falia . Grvity disk harus disesuakan dengan mutu minyak yang akan dihasilkan. Pemilihan gravity disk terlalu besar mengakibatkan minyak banyak terikut ke drain. Universitas Sumatera Utara Oil Purifier yang digunakan PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit PKS Aek Nabara Selatan sebanyak 5 unit, beroperasi 4 unit dan 1 uint persediaan. Faktor yang mempengaruhi kinerja oil purifier adalah : 1. Kontrol valve feeding 2. Kondisi gear pump 3. Stainer 4. Rpm g. Vacum Dryer Fungsi vacuum dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Vacuum dryer yang digunakan berjumlah 2 buah, yang masing-masing dilengkapi dengan stean ejector. Ujung pipa yang masuk ke dalam vacuum cryer dibuat sempit berbentuk nozzle-nozzel sehingga akibat kevakuman tangki minyak terisap dan mengabut di vacuum dryer. Temperatur minyak dibuat 90-95 C supaya kadar air cepat menguap dan uap air tersebut akan terisap oleh injection steam , selanjutnya terdorong keluar. Steam yang digunakan pada stean ejector adalah superheated steam dari boiler dengan tekana 15 kgcm 2 . Steam dan air dari steam ejector kemudian dialirkan ke hot well tank. Minyak yang telah bersih keluar dari bottom vacuum dryer dan selanjutnya dipompakan ke storage stank melalui oil cooler untuk didinginkan sampai suhu 50 C. Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja vacum dryer adalah :

a. Tekanan steam b. Kebocoran – kebocoran