bahwa istilah mutu dan pengendalian mutu telah memegang peranan penting dalam pengembangan kaizen di Jepang.
3.8.1. Kaizen dan Pengendalian Mutu Terpadu PMT
Mengingat gerakan PMT di Jepang merupakan bagian dari gerakan kaizen, kita memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang ancangan Jepang. Mula-mula
harus dimengerti bawha kegiatan PMT di Jepang tidak hanya mengutamakan pengendalian mutu. Kita telah disesatkan oleh istilah “pengendalian mutu” dan
sering membatasinya dalam bidang disiplin pengendalian mutu produk. Di Barat istilah KM sering dihubungkan dengan pengawasan barang jadi, dan bila KM
dipakai dalam pembicaraan, manajer puncak yang biasanya menganggap bawha mereka tidak ada hubungan dengan pengendalian mutu, langsung kehilangan
minatnya. PMT di Jepang adalah gerakan yang dipusatkan pada penyempurnaan
kegiatan manajer pada semua tingkat. Oleh sebab itu, gerakan ini khusus menangani:
1. Pemastian mutu
2. Pengurangan biaya
3. Mematuhi jatah produksi
4. Memenuhi jadwal pengiriman
5. Keamanan
6. Pengembangan produk baru
7. Peningkatan produktivitas
8. Manajemen pemasok
Universitas Sumatera Utara
Akhir-akhir ini, PMT telah memasuki bidang pemasaran, penjualan, maupun jasa. Selain itu PMT menangani urusan manajemen seperti
pengembangan organisasi, manajemen fungsional silang, penyebaran kebijakan, dan penyebaran mutu. Dengan kata lain, manajemen telah memakai PMT sebagai
alat untuk menyempurnakan kegiatan menyeluruh. Konsep ini akan diuraikan lebih lanjut dalam buku ini.
Mereka yang mengikuti dengan cermat tingkatan Gugus Kendali Mutu GKM di Jepang menyadari bahwa umumnya kegiatan KM ditujukan pada
bidang biaya, keamanan dan produktivitas, dan aktivitas tersebut mungkin berhubungan secara tidak langsung dengan penyempurnaan mutu barang.
Sebagian besar kegiatannya ditujukan pada melaksanakan penyempurnaan di tempat kerja.
Usaha manajemen dalam PMT terutama ditujukan pada bidang pendidikan, pengembangan sistem, penyebaran kebijakan, manajemen fungsional
silang dan baru-baru ini, penyebaran mutu.
3.8.2. Kaizen dan Sistem Saran
Manajemen Jepang berusaha untuk melibatkan karyawan dalam kaizen melalui sistem saran. Jadi, sistem saran merupakan bagian penting dalam sistem
manajemen yang ada, dan jumlah karyawan dipandang sebagai kriteria penting dalam mengkaji ulang performa penyelia. Manajer dari penyelia sebaliknya
diharapkan membantunya sehingga mereka dapat membantu karyawan untuk memberikan lebih banyak saran lagi.
Universitas Sumatera Utara
Banyak perusahaan Jepang yang aktif dalam program kaizen memiliki sistem pengendalian mutu dan sistem saran yang bekerja serempak. Peranan
tingkatan Gugus Kendali Mutu GKM dapat dimengerti lebih baik bila kita memandangnya secara kolektif sebagai sistem saran yang berorientasi pada
kelompok untuk melaksanakan penyempurnaan. Salah satu ciri khas manajemen Jepang ialah memperoleh sebanyak
mungkin saran dari karyawan, kemudian manajemen bekerja keras untuk mempertimbangkan saran itu, dan sering kali memasukkannya ke dalam strategi
kaizen secara menyeluruh. Sudah lazim untuk manajemen puncak perusahaan
terkemuka Jepang untuk meluangkan sehari penuh mendengarkan penyajian kegiatan Gugus Kendali Mutu GKM, dan memberikan imbalan yang didasarkan
atas kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Manajemen bersedia memberi penghargaan atas usaha karyawan demi penyempurnaan dan memberikan pujian
dimana perlu. Sering kali sejumlah saran ditempelkan secara pribadi pada tembok tempat kerja untuk merangsang persaingan antara kelompok.
Aspek penting lain dari sistem saran adalah bahwa setiap saran, sekali dilaksanakan merupakan standar yang direvisi. Misalnya, bila sebuah alat khusus
telah dipasang pada suatu mesin berdasarkan saran seorang karyawan, karyawan itu dituntut untuk bekerja dengan cara lain, yang mungkin hasus lebih teliti.
Tetapi, karena standar baru telah dipasang atas kehendak karyawan, dia bangga atas standar baru itu dan bersedia untuk mematuhinya. Sebaliknya bila dia disuruh
untuk mematuhi standar yang telah ditetapkan oleh manajemen, belum tentu dia mau mematuhinya sebaik itu.
Universitas Sumatera Utara
3.8.3. Kaizen dan Persaingan