Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5
dari beberapa anak panti. Beberapa anak panti mengungkapkan bahwa pengurus panti juga kurang memperhatikan anak-anak panti, terlebih masalah kesulitan
belajar, pengurus panti sedikit cuek, selain pengurus panti teman-teman sebayanya atau sesama penghuni panti juga suka mengejek dan bersikap dingin. Masalah
yang terjadi pada anak-anak di panti asuhan tersebut menunjukkan bahwa sebagian anak-anak tersebut memiliki efikasi diri yang rendah, dimana ciri-ciri
individu yang memiliki efikasi rendah dapat yaitu individu merasa tidak yakin akan berhasil tidak mampu, tidak mempunyai kegigihan dalam mencapai tujuan,
kurang memiliki tanggung jawab secara pribadi dan kurang menginginkan hasil dari kemampuan optimalnya tergantung pada orang lain, kurang mampu
mengontrol stres dan kecemasan mudah tertekan, dan kurang kreatif dan inovatif pasif. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat juga pada dunia pendidikan yang
menunjukkan bahwa anak-anak memiliki efikasi diri rendah. Salah satu bentuk bahwa remaja memiliki efikasi diri yang rendah dapat
dilihat dari fakta yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia dimana fenomena mencontek yang telah terjadi sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.
Praktik mencontek mulai disoroti pada tahun 2006 lalu saat pelaksanaan Ujian Nasional. Di Garut, Jawa Barat seorang siswa dari SMP Daya Susila
membeberkan bocoran jawaban ujian mata pelajaran matematika sehingga mendapatkan nilai yang tinggi, yaitu 9,33. Menelaah lebih jauh praktik mencontek
ini telah berkembang menjadi kebiasaan. Hal ini terbukti dengan data survey mahasiswa UPI terhadap siswa kelas IX SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran
6
20102011 berada dalam kategori 17,07, sedang 65,04 dan rendah 17,89. yani asiyah, 2012.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa perilaku mencontek yang dilakukan oleh siswa-siswa di Indonesia merupakan salah satu bukti rendahnya efikasi diri
pada siswa dalam menghadapi Ujian Nasional. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswi tersebut kurang memiliki tanggung jawab secara pribadi dan
kurang menginginkan hasil dari kemampuan optimalnya tergantung pada orang lain. Hal tersebut terjadi pula pada anak-anak yang tinggal di panti asuhan, anak-
anak panti menunjukkan perasaan cemas merasa tertekan, bergantung pada orang lain, dan merasa tidak mampu menghadapi setiap masalah yang ada.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prika Putri Kemalasari 2009 memperkuat bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin baik efikasi
diri dalam memecahkan masalahnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa agar seseorang memiliki keyakinan akan kemampunannya dalam memecahkan
masalah membutuhkan dukungan sosial. Dukungan sosial yang diperoleh anak- anak panti asuhan tidak hanya berasal dari pengurus panti saja tetapi dari teman-
teman sesama penghuni dan masyarakat sekitar. Anak-anak dengan efikasi diri tinggi mereka merasa cukup dengan dukungan yang diberikan oleh orang-orang
disekitarnya, berbeda halnya dengan anak-anak dengan efikasi diri yang rendah mereka merasa kurang mendapat dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya.
Perbedaan anak yang memiliki efikasi diri tinggi dan efikasi diri rendah terlihat dari bagaimana mereka menghadapi suatu masalah dan bersikap. Anak-anak
dengan efikasi diri tinggi lebih mampu menyelesaikan masalahnya dan lebih
7
percaya diri dilihat dari cara mereka bergaul dengan teman-teman sebayanya dan cara mereka berbicara dengan orang lain serta berbicara dengan lawan jenisnya.
Anak-anak dengan efikasi diri rendah cenderung mudah menyerah ketika dihadapkan dengan masalah baru dan kurang percaya diri serta lebih pemalu.
Bandura Feist, 2011: 213 menyatakan bahwa efikasi diri dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan bahkan diturunkan melalui salah satu atau
kombinasi dari empat faktor yang mempengaruhi, yaitu: pengalaman menguasai sesuatu yakni performa masa lalu yang berhasil akan meningkatkan ekspektasi
efikasi. Sedangkan, kegagalan cenderung akan menurunkan hal tersebut. Modeling sosial yakni efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan
orang lain. Persuasi sosial yakni pada kondisi yang tepat, persuasi dapat mempengaruhi efikasi diri, bahwa orang tersebut harus mempercayai pihak yang
melakukan persuasi. Kondisi fisik dan emosional yakni keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi diri di bidang tersebut.
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Niken 2002 bahwa dukungan sosial yang berupa saran, nasihat dan bimbingan merupakan bentuk dari faktor
persuasi sosial yang berpengaruh terhadap efikasi diri remaja. Bandura Feist, 2011: 213 juga berpendapat bahwa individu yang diarahkan dengan nasihat dan
bimbingan dapat meningkatkan kemampuannya sehingga membantu individu tersebut mencapai tujuan yang diinginkan.
Dukungan secara verbal dari orang lain atau pujian-pujian secara verbal dapat bersifat mendorong individu untuk lebih berusaha dan mencapai
keberhasilan. Dukungan yang diberikan kepada seseorang yang membutuhkan
8
sangat penting dan bermanfaat bagi mereka ketika sedang menghadapi suatu masalah, sehingga merasa nyaman, didukung, dicintai, dihargai dan diperhatikan.
Smet, 1994: 135. Fenomena di lapangan dan hasil penelitian sebelumnya dapat menjelaskan
bahwa efikasi diri erat kaitannya dengan dukungan sosial. Penelitian ini merupakan penelitian yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya karena
penelitian lebih menitikberatkan hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja di Panti Asuhan Sinar Melati
Sleman Yogyakarta dimana anak-anak panti memiliki permasalahan yang terkait psikologinya dengan keterbatasan pengasuh sebagai sumber dukungan sosial
mereka. Peneliti melakukan penelitian ini karena adanya fenomena lain yang dirasa unik yang perlu diteliti terkait dengan ada tidaknya hubungan antara
dukungan sosial dengan efikasi diri serta seberapa erat hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah pada remaja asuh di Panti
Asuhan Sinar Melati sleman Yogyakarta dengan segala keterbatasan yang ada dan berbagai permasalahan yang ada di panti.