20
b.  Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial Maksud  dari  jaringan  sosial  adalah  hubungan  yang  dimiliki
individu  dengan  orang-orang  dalam  keluarga  dan  lingkungannya. Hubungan ini dapat bervariasi dalam ukuran jumlah orang yang sering
berhubungan  dengan  individu,  frekuensi  hubungan  seberapa  sering individu  bertemu  dengan  orang-orang  tersebut,  komposisi  apakah
orang-orang  tersebut  keluarga,  teman,  rekan  kerja,  dan  sebagainya, dan kedekatan hubungan.
Berbeda  dengan  pendapat  diatas,  menurut  Kartika  Sari  2011:  33-34 ada  beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  dukungan  sosial,  beberapa  faktor
tersebut seperti kebutuhan fisik, sosial, dan psikis yaitu: b.  Kebutuhan fisik
Kebutuhan  fisik  mempengaruhi  dukungan  sosial.  Kebutuhan fisik ini meliputi sandang, pangan, dan papan. Apabila seseorang tidak
terpenuhi  kebutuhan  fisiknya  maka  seseorang  tersebut  kurang mendapat dukungan sosial.
c.  Kebutuhan sosial Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih dikenal
oleh  masyarakat  daripada  yang  tidak  pernah  beraktualisasi  di masyarakat. Orang yang memiliki aktualisasi diri yang baik cenderung
selalu ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk  itu  pengakuan  sangat  diperlukan  untuk  memberikan
penghargaan.
21
d.  Kebutuhan psikis Kebutuhan psikis ini didalamnya termasuk rasa ingin tahu, rasa
aman, perasaan religius.  Kebutuhan ini tidak  akan mungkin  terpenuhi tanpa  adanya  bantuan  dari  orang  lain,  apalagi  saat  seseorang
mengalami  masalah  maka  ia  akan  mencari  dukungan  dari  orang disekitarnya, sehingga ia merasa dicintai dan diperhatikan.
Berdasarkan  penjelasan  di  atas  maka  dapat  disimpulkan  bahwa dukungan  sosial  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor.  Faktor  utamanya  adalah
orang  yang  memberikan  dukungan,  dukungan  akan  bermakna  jika  ada kedekatan yang baik antara penyedia dukungan dan penerima dukungan, serta
pemberian  dukungan  yang  sesuai  dengan  kondisi  yang  dirasakan  dan dibutuhkan  oleh  si  penerima  dukungan,  sehingga  dukungan  sosial  yang
diberikan akan lebih bermanfaat dan lebih tepat.  Faktor lain  yang juga perlu diperhatikan yaitu faktor kebutuhan fisik, sosial dan psikis.
B. Kajian Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah
1. Pengertian Efikasi Diri
Individu  yang  memiliki  mental  yang  sehat  mampu  melakukan pengaturan  terhadap  dirinya  sendiri  dalam  perilakunya  secara  efektif.
Menurut Bandura Smet, 1994: 189 untuk mengatur perilaku akan dibentuk atau tidak, individu tidak hanya mempertimbangkan informasi dan keyakinan
tentang  keuntungan  dan  kerugian,  tetapi  juga  mempertimbangkan  sampai sejauhmana  individu  mampu  mengatur  perilaku  tersebut.  Kemampuan  ini
disebut dengan efikasi diri.
22
Bandura Feist, 2006: 415 mengartikan efikasi diri sebagai keyakinan akan  kemampuan  individu  untuk  dapat  mengorganisasi  dan  melaksanakan
serangkaian  tindakan  yang  dianggap  perlu  untuk  mencapai  suatu  hasil  yang diinginkan.  Sedangkan  Caprara,  Scabini,  dan  Regalia  2006:  182
mengemukakan  bahwa  efikasi  diri  tidak  datang  dengan  sendirinya,  tetapi merupakan  hasil  dari  berbagai  pengetahuan  dan  tanggung  jawab,  hubungan
yang beragam, tugas-tugas yang bermanfaat, dan interaksi dengan orang lain. Bagaimana individu itu bersikap, bertingkah laku, dan memotivasi diri
dapat  menjadi  salah  satu  sumber  kekuatan  individu  dalam  memunculkan efikasi  diri.  Menurut  Bandura  Myers,  2011:  133  efikasi  diri  merupakan
perasaan  akan  kemampuan  diri  dalam  mengerjakan  suatu  tugas  dengan  rasa percaya  pada  kompetensi  diri  sendiri  dan  efektivitas  sebagai  hasil  dari
pemberian grativikasi. Seseorang  yang  memiliki  perasaan  yang  kuat  akan  efikasi  diri  lebih
pantang  menyerah,  tidak  terlalu  cemas,  dan  tertekan.  Seseorang  yang memiliki efikasi diri baik akan menjalani hidup dengan lebih sehat dan lebih
berprestasi  secara  akademik.  Dalam  kehidupan  sehari-hari,  efikasi  diri mengarahkan  seseorang  pada  sekumpulan  target  yang  menantang  dan  untuk
tidak  pantang  menyerah  mendapatkannya.  Seseorang  yang  memiliki  efikasi diri  yang  baik  ketika  dihadapkan  pada  sebuah  masalah  akan  lebih  tenang
dalam mencari solusi daripada menggerutu akan ketidakmampuannya. Bandura  Feist,  2011:  211  seseorang  dikatakan  memiliki  efikasi  diri
tinggi  ketika  orang  tersebut  lebih  mungkin  terlibat  dalam  perilaku  tertentu
23
ketika  mereka  yakin  bahwa  mereka  mampu  menjalankan  perilaku  tersebut dengan  sukses.  Seseorang  akan  merasa  mampu  ketika  mereka  memiliki
keyakinan  yang  tinggi  atau  besar  bahwa  dirinya  mampu  untuk  menghadapi atau bahkan menyelesaikan masalah ataupun hambatan yang dihadapinya.
Zarina  Fitriyanti,  2011:  23,  mengemukakan  ciri-ciri  self  efficacy rendah antara lain: individu merasa tidak yakin akan berhasil tidak mampu,
kinerja  lemah  dalam  mengerjakan  tugas  hasil  lama  didapat,  tidak mempunyai  kegigihan  dalam  mencapai  tujuan,  kurang  memiliki  tanggung
jawab  secara  pribadi  dan  kurang  menginginkan  hasil  dari  kemampuan optimalnya  tergantung  pada  orang  lain,  kurang  mampu  mengontrol  stress
dan kecemasan mudah tertekan, menganggap tugas sebagai pekerjaan yang tidak menarik beban, kurang kreatif dan inovatif pasif.
Berdasarkan  pemaparan  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  efikasi  diri dalam
memecahkan masalah
adalah keyakinan
seseorang akan
kemampuannya  dalam  melakukan  tugas  dan  memecahkan  masalah  secara efektif guna mencapai tujuan yang diinginkannya.
2. Aspek Efikasi Diri dalam Memecahkan Masalah
Bandura 1997: 42-43 menyebutkan bahwa efikasi diri terdiri atas tiga aspek, antara lain sebagai berikut.
a.  Dimensi besaran magnitude Dimensi  besaran  berkaitan  dengan  tingkat  kesulitan  suatu
tugas.  Derajat  kesulitan  tugas  yang  beragam  mulai  dari  yang  paling mudah hingga yang paling sulit. Seseorang cenderung memilih tingkat