97
Berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas telah cukup dan tidak dilanjutkan pada siklus beriktunya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini. Persentase
ketuntasan keterampilan
menulis puisi
dengan menggunakan media musik berlirik pada siklus II meningkat sebesar 5
siswa atau 13,6, kondisi awal 8 siswa atau 24,2, meningkat menjadi 26 siswa atau 78,7. Berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas telah cukup dan tidak dilanjutkan pada siklus beriktunya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9. Persentase Ketuntasan Siswa Siklus II Kelas
Pratindakan Siklus I
Siklus II V
Jumlah Siswa
Persentase Jumlah Siswa
Persentase Jumlah Siswa
Persentase 8
24,2 26
78,7 31
92,3
B. Pembahasan Hasil Tindakan 1. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siklus I
Berdasarkan observasi proses pembelajaran keterampilan menulis puisi terkait dengan aktivitas siswa, terdapat peningkatan aktivitas jika dibandingkan
dengan sebelum tindakan dilaksanakan. Peningkatan tersebut antara lain terlihat pada siswa yang lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, antusiasme
yang tinggi dalam menjawab pertanyaan dari guru, dan lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis puisi. Namun di samping itu
masih terdapat beberapa hal yang perlu untuk lebih dimaksimalkan. Keberanian dan rasa percaya diri siswa juga kurang nampak, hal itu terlihat
98
dari kebanyakan siswa yang hanya bersedia presentasi di bangku kelompok masing-masing, bukan menjelaskan di depan kelas.
Hasil observasi aktivitas siswa di atas tentu tidak lepas dari aktivitas guru dalam menggunakan media musik berlirik pada pembelajaran keterampilan
menulis puisi. Pada siklus I aktivitas guru mengalami peningkatan secara bertahap. Peningkatan yang terjadi antara lain pada cara guru menyampaikan
apersepsi, menggali pengatahuan dan keingintahuan siswa terkait dengan materi pembelajaran. Namun kendala juga dialami guru dalam menggunakan
media musik berlirik. Kendala yang pertama disebabkan karena kondisi guru yang masih beradaptasi dengan penggunaan media musik. Guru memotivasi
siswa agar aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, memberikan variasi media musik berlirik yang lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa,
membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis puisi, memberikan penjelasan kepada siswa bahwa puisi harus sesuai dengan tema,
memberikan penjelasan kepada siswa untuk menuliskan unsur-unsur puisi, memberikan penjelasan tentang penggunaan huruf kapital dan tanda baca,
memotivasi siswa agar berani membacakan hasil puisi di depan kelas. Revisi pada rancangan tindakan selaras dengan pendapat Sardiman 2007:
77 mengungkapkan untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik pula. Hal ini perlu ditegaskan bahwa motivasi tidak pernah
dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan juga baik. Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu
atau ingin melakukan sesuatu.
99
Oemar Hamalik 1980: 30 mengemukakan bahwa media pendidikan membangkitkan keinginan dan minat-minat yang baru. Melalui alatmedia para
siswa akan mempertajam pengalaman lebih luas dan lebih kaya. Dengan demikian persepsi siswa akan menjadi lebih tepat dan akan menimbulkan
keinginan-keinginan serta minat belajar yang baru. Sardiman 2007: 207 mengemukakan pengulangan informasi juga
merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru yaitu jangan terlalu sering karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini,
guru harus terbuka terhadap materi yang digunakan. Selanjutnya dalam pembicaraan suatu bahasan diperlukan beberapa macam media tergantung dari
tujuan pembalajaran. Adanya variasi media akan lebih baik daripada hanya satu macam, karena materi yang disajikan akan lebih luas jangkauannya.
Disamping itu dapat mempertahankan perhatian siswa pada pelajaran melalui kesegaran baru pada setiap penggantian media. Guru hendaknya terampil
dalam mengoperasikan media yang digunakan. Yeni Rachmawati 2005: 65 mengemukakan musik dapat berpengaruh
dalam mereduksi stres anak akan tingkat sekolah dasar, menciptakan ketenangan serta meningkatkan produktivitas. Artinya pemberian media musik
berlirik ini dapat berpengaruh dalam pembelajaran menulis puisi. Siswa menjadi lebih memahami isi dari musik berlirik dengan baik.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Sardiman 2007: 208 mengungkapkan variasi interaksi harus ada antara guru dan siswa dalam setiap kali terjadi interaksi
belajar mengajar. Beberapa hal penting ialah kemampuan guru dalam
100
menyediakan kondisi yang memungkinkan terciptanya hal seperti: a menghargai siswa sebagai insan pribadi dan sosial yang memiliki hakikat dan
harga diri sebagai manusia, b menciptakan iklim hubungan yang intim dan erat antara guru dengan siswa, c menumbuhkan gairah dan kegembiraan
balajar di kalangan siswa, dan d kesediaan dalam membantu siswa. Dengan mengembangkan hal-hal yang tersebut, siswa akan menjadi berani untuk
menyampaikan pendapat, permasalahan, dan keinginan serta pertanyaan yang timbul kepada guru.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka beberapa permasalahan yang muncul pada saat proses pelaksanaan dapat dilakukan revisi pada rancangan
tindakan. Revisi tersebut diharapkan mampu memperbaiki proses pembelajaran seperti memotivasi siswa agar aktif dalam mengikuti proses pembelajaran,
memberikan media yang lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa, dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis puisi.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dimana setiap siklus diadakan 2 kali pertemuan, setiap 2 kali pertemuan pada proses
pembelajaran guru bersama peneliti mengadakan tes keterampilan menulis puisi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam mengungkapkan
ide-idenya ke dalam bahasa tulis. Data kondisi awal jumlah nilai rata-rata keterampilan menulis puisi 67.
Dari hasil data yang diperoleh bahwa nilai rata-rata keterampilan menulis puisi masih rendah, yaitu 67. Jumlah siswa yang memiliki nilai di atas Kriterian
Ketuntasan Minimal ≥ 70 hanya 8 orang siswa 24,2 dari keseluruhan 33
101
orang siswa. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilaksanakan tindakan untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri
Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta. Penelitian siklus I dilaksanakan dengan tindakan berupa penggunaan
musik berlirik pada saat kegiatan menulis puisi berlangsung. Musik yang digunakan berasal dari lagu anak-anak. Musik berlirik yang ditayangkan pada
saat kegiatan menulis puisi bertujuan agar dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, menarik, rileks sehingga siswa datang menungkan ide ke
dalam tulisan dan mampu meningkatkan nilai keterampilan menulis puisi. Musik berlirik yang digunakan pada siklus I adalah tema “Keindahan Alam”
yaitu musik berlirik yang berjudul “Naik-naik ke Puncak Gunung” dan “Pemandangan” sedangkan tema “Transportasi” yaitu musik berlirik yang
berjudul “Becak” dan“Naik Kereta Api”. Berdasarkan hasil analisis proses pembelajaran keterampilan menulis puisi
pada siklus I, persentase menunjukkan aktifitas pembelajaran pada angka 77,27 dengan katego
ri “cukup terampil”. Kondisi tersebut membuat proses pembelajaran keterampilan menulis masih perlu untuk ditingkatkan, mengingat
kriteria keberhasilan yang mengharuskan persentase aktivitas pembelajaran mencapai angka 86-
100 atau masuk dalam kategori “sangat baik”. Keterampilan menulis puisi siswa pada siklus I terbukti meningkat setelah
digunakannya media musik berlirik. Peningkatan keterampilan menulis puisi siswa terlihat pada siklus I sebesar 11, kondisi awal 67 meningkat menjadi 78.
Persentase ketuntasan keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media
102
musik berlirik pada siklus I meningkat sebesar 18 siswa atau 54,5, kondisi awal 8 siswa atau 24,2, meningkat menjadi 26 siswa atau 78,7. Pada siklus
I siswa yang belum tuntas dikarenakan belum mencapai indikator keberhasilan. Terdapat 7 siswa atau 21,3 belum tuntas KKM.
Pembelajaran menulis puisi menggunakan media musik berlirik pada siswa kelas V SD Negeri Pucung Kalasan Sleman Yogyakarta yaitu dengan
mengajak siswa mendengarkan dan melihat media musik berlirik sebagai objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi. Pada setiap siklus siswa menulis
puisi dengan tema yang berbeda, pada pelaksanaan pratindakan pada Jumat, 29 Januari 2016 siswa menulis puisi dengan tema “Liburan” pada pertemuan ini
siswa menulis tanpa menggunakan media musik berlirik, kemudian pada siklus I pada Jumat, 5 Februari 2016 dan Jumat, 12 Februari 2016 siswa menulis puisi
tema “Keindahan Alam” dan “Transportasi” dengan menggunakan media musik berlirik.
Siswa mengamati dan mendengarkan musik berlirik sehingga siswa dapat menulis kata dari ide pikirannya dalam bait dengan baik dan penyusunan bait
yang benar. Adanya media musik berlirik keterampilan menulis puisi meningkat. Kelancaran dalam menulis puisi dan hasil karya pun baik, tetapi
mengalami hambatan, yaitu dalam menulis karya siswa kurang latihan di rumah dan hanya menulis puisi di sekolah saja sehingga kata-kata penulisan
karya masih ada kejanggalan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Philip Sheppard 2007:73 yang berpendapat bahwa musik sering kali digunakan
sebagai alat untuk mengungkapkan kembali ingatan yang sangat terpendam,
103
bertindak sebagai cara untuk memicu pola aktivitas saraf yang jarang digunakan.
Dari data observasi dilihat aktivitas siswa menggunakan media musik berlirik sebagai berikut: 1 siswa sungguh-sungguh dalam mengikuti
pembelajaran, 2 siswa semangat dalam menulis puisi secara individu, 3 siswa mendengarkan dengan sungguh-sungguh pada saat guru memberikan
penjelasan tentang menulis puisi, 3 siswa mempunyai keinginan membaca hasil karya di depan kelas. Sedangkan yang termasuk aspek perhatian adalah:
a siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh dalam menulis puisi secara individu, b siswa mau membaca hasil karya di depan kelas secara
individu, dan c siswa mau bertanya. Sedangkan yang termasuk aspek perhatian adalah: a siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh,
b siswa mau mengikuti petunjuk guru c siswa memperhatikan guru dalam memjelaskan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam menulis puisi.
Peneliti dibatasi oleh waktu, sehingga berlangsung singkat, materi yang digunakan kurang mencakup keseluruhan materi yang ada, Hal itu
kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keberhasilan proses siklus I pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2
dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan aktivitas kegiatan siswa dalam menulis puisi menggunakan media musik berlirik. Siswa yang kesulitan dalam
menentukan ide, dengan menggunakan media musik berlirik tampak lebih aktif dalam menulis puisi meskipun masih ada yang masih kesulitan dalam menulis
puisi. Aktivitas siswa lebih baik daripada aktivitas siswa sebelum tindakan.
104
Suasana pembelajaran pun tampak lebih menyenangkan bagi siswa, sehingga mereka lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi.
Keberhasilan produk pada siklus I dapat dilihat bahwa pada pertemuan ke- 1 nilai rata-rata kelas menulis puisi yang diperoleh yaitu 75 atau meningkat 8
dari hasil pratindakan yang rata-rata nilai menulis puisi sebesar 67. Hasil nilai rata-rata kelas pada pertemuan ke-2 sebesar 81 meningkat 14 dari hasil rata-
rata pratindakan. Persentase ketuntasan KKM pada setiap pertemuannya meningkat, namun belum seluruh siswa yang memenuhi ketuntasan KKM yaitu
70 untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Pada pertemuan ke-1 masih 27,3 atau sebanyak 9 siswa yang belum mencapai KKM, jumlah ini menurun dari hasil
pratindakan yang berjumlah 25. Untuk pertemuan ke-2 sebanyak 15,2 atau sebanyak 5 siswa belum mencapai KKM dari keseluruhan siswa yang
berjumlah 33. Dari pertemuan ke-1 dan ke-2 siklus I terlihat peningkatan yang baik, hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas selama satu siklus menjadi 78.
2. Peningkatan Proses Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi Siklus II
Pada siklus II terjadi peningkatan proses pembelajaran keterampilan menulis puisi. Peningkatan tersebut antara lain terlihat pada siswa sudah
mengekspresikan gagasan ide pada saat menulis puisi dengan waktu yang tepat. Siswa termotivasi mengikuti pembelajaran keterampilan menulis puisi.
Aktivitas guru juga mengalami peningkatan berupa penyampaian pembelajaran yang lebih baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru telah
menguasai langkah-langkah penggunaan media musik berlirik.
105
Penelitian siklus II dilaksanakan dengan tindakan berupa penggunaan musik berlirik pada saat kegiatan menulis puisi berlangsung. Musik berlirik
yang digunakan berasal dari lagu anak-anak. Musik yang digunakan pada siklus II adalah tema “Binatang” yaitu musik berlirik yang berjudul “Burung
Kutilang” dan “Kupu-kupu” sedangkan tema “Tanaman” yaitu musik berlirik yang berjudul “Kebunku” dan “Menanam Jagung”.
Sedangkan keberhasilan proses siklus II pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan aktivitas kegiatan
siswa dalam menulis puisi menggunakan media musik berlirik. Siswa yang kesulitan dalam menentukan ide, dengan menggunakan media musik berlirik
tampak lebih aktif dalam menulis puisi meskipun masih ada yang masih kesulitan dalam menulis puisi. Aktivitas siswa lebih baik daripada aktivitas
siswa pada siklus I. Suasana pembelajaran pun tampak lebih menyenangkan bagi siswa, sehingga mereka lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran
menulis puisi. Keberhasilan produk pada siklus II dapat dilihat bahwa pada pertemuan
ke-1 nilai rata-rata kelas menulis puisi yang diperoleh yaitu 85 atau meningkat 4 dari hasil siklus I yang rata-rata nilai menulis puisi sebesar 78. Hasil nilai
rata-rata kelas pada pertemuan ke-2 sebesar 87 meningkat 9 dari hasil rata-rata siklus I. Persentase ketuntasan KKM pada setiap pertemuannya meningkat,
namun belum seluruh siswa yang memenuhi ketuntasan KKM yaitu 70 untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Pada pertemuan ke-1 masih ada 9,1 atau
sebanyak 3 siswa yang belum mencapai KKM, jumlah ini menurun dari hasil
106
siklus I yang berjumlah 7. Untuk pertemuan ke-2 sebanyak 6,2 atau sebanyak 2 siswa belum mencapai KKM dari keseluruhan siswa yang berjumlah 33. Dari
pertemuan ke-1 dan ke-2 terlihat peningkatan yang sangat baik, hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas selama satu siklus menjadi 86.
Campbell 2002:221 mengemukakan bahwa “musik membantu pola pikir dan pola kerja seseorang dengan cara memberikan pertolongan dalam hal
mempelajari keterampilan metematika, bahasa, dan ruang.” Penelitian ini membuktikan bahwa musik berlirik dimanfaatkan dalam dunia pendidikan
ternyata memberikan dampak positif berupa pola pikir pada penciptaan ide, pengembangan imajinasi, penguasaan bahasa, organisasi tulisan, penciptaan
kesan pada pembaca dan mekanik tulisan dalam menuli puisi. Musik membuat siswa menjadi tertarik oleh irama lagu, sehingga siswa menjadi senang pada
pelajaran yang berlangsung dengan musik berlirik. Berdasarkan hasil menulis telah terbukti bahwa musik berlirik mampu
memberikan kontribusi yang positif terhadap hasil menulis puisi. Kontribusi tersebut ditunjukkan secara nyata dengan adanya peningkatan proses dan hasil
menulis puisi yang berupa nilai menulis puisi yang dinilai mulai dari pratindakan, siklus I dan III. 75 siswa kelas V SD Negeri Pucung Kalasan
Sleman Yogyakarta mencapai KKM, sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus III.
Berdasarkan penelitian siklus I dan siklus II tersebut di atas juga menunjukkan bukti bahwa “pada saat musik diputar sebagai soundtrek, musik
dapat digunakan untuk menimbulkan kegairahan, melepas stress sebelum ujian,
107
dan untuk memperkuat pokok bahasan Campbell, 2002:220”. Kondisi awal siswa dalam mengerjakan tugas menulis puisi nampak gelisah, dan ramai,
namun setelah musik yang berlirik diputar di dalam kelas siswa menjadi lebih tenang dalam mengerjakan tugas tersebut, lebih aktif untuk menyelesaikan
tugas menulis puisi. Hal ini berdampak positif dalam pembelajaran menulis puisi. Media musik berlirik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk
mengungkapkan ide-idenya ke dalam bahasa tulis. Hal ini dapat melatih siswa menulis kata-kata dalam bentuk bait yang baik.
Nilai rata-rata pada pratindakan adalah 67, setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas siklus I menjadi 78 sedangkan siklus II naik menjadi 86. Nilai
yang diperoleh pada siklus II keterampilan menulis anak mengalami peningkatan yang sangat baik sekali. Maka dengan nilai pembelajaran menulis
puisi menggunakan media musik berlirik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis puisi dinyatakan berhasil. Dengan
adanya media musik berlirik siswa dapat menulis isi, pengembangan imajinasi, organisasi tulisan, penciptaan kesan pada pembaca, pengguasaan bahasa, dan
diksi dengan terampil dan benar. Peningkatan juga terjadi pada observasi kegiatan aktivitas siswa pada
pertemuan pratindakan, siklus I dan siklus II setelah digunakannya media musik berlirik dalam proses pembelajaran menulis puisi. Pada pratindakan
diperoleh keterangan kurang baik sebanyak 16,56 aktivitas siswa. Pada siklus I aktivitas siswa meningkat menjadi 77,27 keterangan cukup terampil.
Kemudian pada siklus II aktivitas siswa naik menjadi 91,41 dengan
108
keterangan sangat terampil aspek yang diamati mengenai aktifitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran menulis puisi.
Dengan demikian hasil penggunaan media musik berlirik untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa telah mencapai kriteria
keberhasilan penelitian yang telah ditentukan, dan dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
menulis puisi dengan menggunakan musik berlirik pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pucung Kalasan Slemn Yogyakarta dinyatakan berhasil, maka
penelitian berakhir pada siklus II.
C. Keterbatasan Penelitian