Kebijakan Publik Bidang Pendidikan

18

2. Manajemen Peserta Didik

a. Pengertian Manajemen

Manajemen secara sempit dapat dikatakan sebagai pengelolaan. Tim Dosen AP UNY 2011: 7, mengatakan bahwa manajemen mengandung dua substansi wujud, yaitu sebagai proses atau kegiatan memanajemen dan sebagai orang yang melakukan kegiatan manajemen. Menurut Suryosubroto 2004: 5, manajemen adalah “penggunaan efektif sumber-sumber tenaga manusia dan bukan manusia serta bahan-bahan materiil lainnya dalam rangka mancapai tujuan yang telah ditentukan itu. ” Badrudin 2014: 3 mendefinisikan manajemen sebagai “suatu proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerja sama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. ” Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen adalah proses kerja sama yang melibatkan beberapa orang sebagai proses dari kegiatan organisasilembaga guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara fektif dan efisien. Manajemen yang baik akan membuat sebuah organisasilembaga semakin berkembang dengan baik. Dalam manajemen lembagaorganisasi harus memperhatikan fungsi-fungsi manajemen. Menurut George R. Terry M. Manullang, 2008: 8, fungsi-fungsi manajemen yaitu: planning perencanaan, Organizing pengorganisasian, Actuating Penggerakan, Controlling pengawasanpengendalian. 19 1 Planning perencanaan Sebelum pelaksanaan programkegiatan tentu didahului dengan perencanaan. Kegiatan perencanaan guna menentukan tujuan dari program dan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai tujuaan tersebut. Terry Rue 2010: 9 mengatakan bahwa, perencanaan adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diberbuat agar dapat dapat mencapai tujuan-tujuan itu. Sebuah program harus direncanakan dengan matang agar bisa berjalan dengan lancar. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan program dijelaskan ketika menyusun perencanaan, sehingga semua pihak yang terkait mengetahui kegiatan-kegiatan untuk mencapainya. Sesuai dengan Husaini Usman 2006: 48 bahwa, perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Perencanaan yang baik menentukan hasil yang baik. Oleh karena itu, jangan melaksanaan program tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu, sebab dapat membuat perencanaan tidak maksimal. 2 Organizing pengoganisasian Organizing Terry Rue, 2010: 9 adalah mengelompokan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu. Guna mencapai tujuan program terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan, maka memerlukan orang-orang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Menurut M. Manullang 2008: 10 merumuskan: 20 “pengorganisasian sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas- aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang te lah ditentukan terlebih dahulu” Pengorganisasian membuat setiap kegiatan bisa dikerjakan dengan optimal, karena sudah ditentukan orang-orang yang bertugas untuk mengerjakan kegiatan tertentu. Hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab orang-orang yang ditentukan untuk mengerjakan suatu kegiatan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditentukan. 3 Actuanting penggerakan Penggerakan merupakan implementasi dari perencanaan program yang memuat kebijakan-kebijakan tertentu. Siagian 2007: 95 mengemukakan bahwa pelaksanaan penggerakan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas untuk bekerja dengan sebaik-baiknya demi tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Perencanaan yang telah dibuat menjadi acuan untuk melaksanakan program dengan usaha, cara, teknik, dan metode tertentu. Dalam penggerakanpelaksanaan ini, semua anggota harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan program. Sehingga dibutuhkan usaha, cara, atau teknik tertentu supaya pelaksanaan program menjadi lebih maksimal. 4 Controlling pengawasanpengendalian Pengawasanpengendalian Husaini Usman, 2006 : 400 ialah proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut. Pengawasan dilakukan agar sebuah pelaksanaan program bisa berjalan sesuai rencana. 21 Pengawas akan memeriksa apakah pelaksanaan dilakukan sesuai tujuan. Kalau pelaksanaannya menyimpang dari tujuan, dapat segera dilakukan perbaikan. Supaya penyimpangan tidak terus berlanjut selama pelaksanaan berlangsung. Hal tersebut senada dengan pendapat M. Manullang 2008: 10 bahwa, controlling pengawasan adalah mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif dimana perlu. Sebuah kegiatan bisa saja tidak disadari mengalami penyimpangan tujuan ketika pelaksanaanya apabila tidak ada pengawasan yang dapat meluruskannya. Tidak lanjut dari hasil pengawasan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi suatu lembagaorganisasi. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar 2004: 1 evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Hasil dari evaluasi bisa menentukan apakah program bisa diteruskan, dihentikan, atau diteruskan dengan dilakukan perbaikan. Sedangkan suchman Samsul Hadi dkk, 2011: 18 mendefinisikan evaluasi sebagai penentu hasil yang dicapai dengan beberapa kegiatan yang didesain untuk menyelesaikan satu nilai atau sasaran tertentu. Pada umumnya evaluasi dipakai untuk memutuskan efektivitas sebuah program atau kebijakan. Hasil dari evaluasi bisa dijadikan sebagai bahan pembinaan kepada suatu kebijakanprogram. Biasanya evaluasi dialkukan setelah sebuah kegiatan selesai. Selain melakukan evaluasi, sebuah lembaga harus membuat laporan kegiatan setelah kegiatan selesai. 22

b. Pengertian Peserta Didik

Pengertian Peserta didik menurut ketentuan umum Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga bisa disebut sebagai siswa atau murid ”. Oemar Hamalik Tim Dosen AP UPI, 2013: 205 mendefinisikan peserta didik sebagai “suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional ”. Menurut Suharsimi Arikunto Tim Dosen AP UNY, 2011: 50, peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Sedangkan, Dadang Suhardan, dkk 2010: 205 menjelaskan bahwa “peserta didik adalah orangindividu yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya. ” Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa, peserta didik adalah anggota masyarakat yang mendapat pelayanan pendidikan di lembaga pendidikan untuk mengembangkan kemampuannya menjadi manusia yang berkualitas. Peserta didik bisa mengembangkan diri sesuai dengan bakat yang dimiliki. Supaya bakat calon peserta didik bisa berkembang dengan baik, dibutuhkan pendidik yang akan membimbingnya. Kalau ada peserta didik, maka akan ada pendidiknya.