45 Sebuah masyarakat yang hidup berkelompok, pastinya mempunyai tujuan hidup
yang merupakan nilai budaya yang harus diwujudkan. Seseorang harus selalu berusaha untuk mewujudkan tujuan hidupnya walaupun dengan cara yang sangat
sulit dan dengan pengorbanan. Tujuan hidup merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat.
Masyarakat Batak Toba juga mempunyai tujuan hidup yang sudah menjadi bagian dari budayanya. Berdasarkan nilai budaya, masyarakat Batak Toba harus
mewujudkan tiga tujuan hidup yaitu: Hagabeon, Hamoraon dan Hasangapon. Setiap masyarakat Batak Toba selalu berusaha untuk mencapai tujuan hidup ini
dan telah terwarisi terhadap setiap generasi berikutnya Irianto, 2003: 12. Ketiga tujuan hidup masyarakat Batak Toba ini akan dijelaskan
selanjutnya. Tujuan hidup ini dijadikan sebagai sumber aspirasi setiap orang dalam jalannya sebuah keluarga. Tujuan hidup ini mempengaruhi hak dan
kewajiban setiap orang dalam sebuah keluarga. Hak dan kewajiban ini nantinya juga akan mempengaruhi tingkah laku setiap anggota keluarga, yang juga akan
menentukan sikap yang pantas bagi setiap anggota keluarga sesuai dengan posisi dalam keluarga tersebut.
3.3.1. Hagabeon
Hagabeon bagi masyarakat Batak Toba diartikan diberkati karena keturunan. Masyarakat Batak Toba sangat mengharapkan bahwa keturunan harus
terus berlanjut. Supaya keturunan dapat terus berlanjut, maka harus dikaitkan dengan prinsip patrilineal yang merupakan prinsip keturunan masyarakat Batak
Toba. Silsilah marga hanya dapat diturunkan atau dilanjutkan oleh anak laki-laki
Universitas Sumatera Utara
46 saja. Supaya tujuan hidup hagabeon terwujud, maka masyarakat Batak Toba harus
mempunyai keturunan anak laki-laki yang menjadi penerus keturunan. Semakin banyak anak laki-laki, maka semakin baik bagi keluarga Batak Toba.
Anak merupakan hal yang terpenting bagi masyarakat Batak Toba. Anak laki-lakilah yang dapat dijadikan sebagai ukuran kebahagiaan bagi sebuah
keluarga. Sebuah keluarga akan merasa kesunyian dan selalu resah tanpa kehadiran seorang anak. Bukan hanya karena tidak mendapatkan sumber
kebahagiaan, tetapi juga karena mereka merasa malu pada anggota masyarakat yang lain. Keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki akan dianggap kurang
sempurna. Keluarga tersebut juga akan merasa takut kalau silsilahnya akan terputus dan tidak mempunyai generasi lagi. Keluarga yang tidak mempunyai
anak laki-laki berarti belum menjadi keluarga sempurna tidak gabe. Keluarga yang telah dilengkapi dengan kehadiran anak laki-laki berarti keluarga tersebut
sudah mencapai hagabeon.
3.3.2. Hamoraon