20 biasa ini adalah untuk melengkapi data yang telah diperoleh guna memperkuat
data yang sudah ada. Wawancara dilakukan beberapa kali sampai penulis merasa data yang diperlukan sudah diperoleh dari para informan. Wawancara dihentikan
saat informasi yang didapat sudah berulang-ulang.
1.7. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisa kembali secara kualitatif. Proses analisis data pada penelitian ini dimulai dengan menelaah keseluruhan data yang
diperoleh dari observasi dan wawancara serta studi kepustakaan. Lalu disusun secara sistematis agar lebih mudah dipahami.
Data yang diperoleh dari kepala desa adalah merupakan data awal yang sangat membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Data yang diperoleh itu
adalah data-data yang berhubungan dengan penduduk, tingkat pendidikan masyarakat serta perbandingan antara anak laki-laki dengan anak perempuan
berdasarkan tingkat pendidikan. Sedangkan data yang diperoleh dari para orang tua yang telah menyekolahkan anak-anaknya sampai ke Perguruan Tinggi adalah
tentang bagaimana cara memperlakukan anak-anaknya baik laki-laki maupun perempuan. Sedangkan data yang diperoleh dari masyarakat sekitar dipergunakan
sebagai informasi tambahan. Penulisan laporan dilakukan sesuai data yang diperoleh sampai akhir
penelitian. Keseluruhan data yang diperoleh akan diklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori tertentu yaitu mengenai proses terjadinya perubahan perlakuan
terhadap anak perempuan pada masyarakat Batak Toba serta dampak dari perubahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
21
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Sejarah Singkat Desa Pollung
Desa Pollung merupakan desa yang telah lama berdiri yaitu pada tahun 1942 yang didirikan oleh marga Banjar Nahor. Nama Pollung dalam bahasa
Batak Toba berarti berkumpul. Pollung disahkan menjadi nama desa ini karena desa ini sering digunakan oleh masyarakat untuk tempat pertemuan atau
perkumpulan. Masyarakat dari berbagai desa sering melakukan pertemuan di desa ini,
jika ada sesuatu yang harus dibicarakan terutama mengenai masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat. Bukan hanya tempat berdiskusi dari berbagai
desa saja, tetapi juga berbagai macam marga. Hal tersebutlah yang menjadikan masyarakat sepakat membuat nama desa ini Pollung. Sesuai dengan nama
tersebut menurut pengertian masyarakat Batak Toba adalah berdiskusi dan bermusyawarah.
Pada masa penjajahan para penetua adat atau orang-orang yang dituakan, yang merupakan orang tua di desa Pollung sering mengadakan pertemuan.
Biasanya para penetua tersebut berkumpul untuk mendiskusikan berbagai macam masalah yang terjadi di desa ini. Para penetua mencari jalan untuk mengatasi
masalah itu. Misalnya: menyelesaikan sengketa dan perselisihan bila ada warga desa yang bermasalah dengan orang lain di luar wilayahnya. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar desa Pollung tetap aman dan terwujud suatu ketentraman dan kedamaian.
Universitas Sumatera Utara
22 Setelah diadakannya pemekaran wilayah pada tanggal 28 Juli 2003, desa
Pollung mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut dapat dilihat dari dipindahkannya Ibukota Kecamatan Pollung ke desa Hutapaung. Desa ini juga
dulunya mempunyai sebuah pasar untuk berbelanja yang dilaksanakan setiap sekali dalam satu minggu. Nama pasar ini disebut oleh masayarakat dengan
sebutan Onan Pollung. Sekarang lokasi pasar tersebut telah pindah ke kota Dolok Sanggul. Perubahan dalam bentuk administrasi desa juga ada, dimana desa ini
menjadi mandiri dan dapat mengatur sendiri kegiatan serta sistem administrasinya.
Desa Pollung dulunya memiliki 4 dusun. Atas keputusan bersama yaitu antara warga dengan kepala desa, maka desa ini menjadi 3 dusun. Pusat
pemerintahannya berada di dusun 1 yaitu Lumban Siantar. Sementara satu dusun yang yang telah dipisahkan dari ketiga dusun ini telah menjadi sebuah desa baru
yang dipimpin oleh seorang kepala desa baru.
2.2. Letak Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Pollung