46 saja. Supaya tujuan hidup hagabeon terwujud, maka masyarakat Batak Toba harus
mempunyai keturunan anak laki-laki yang menjadi penerus keturunan. Semakin banyak anak laki-laki, maka semakin baik bagi keluarga Batak Toba.
Anak merupakan hal yang terpenting bagi masyarakat Batak Toba. Anak laki-lakilah yang dapat dijadikan sebagai ukuran kebahagiaan bagi sebuah
keluarga. Sebuah keluarga akan merasa kesunyian dan selalu resah tanpa kehadiran seorang anak. Bukan hanya karena tidak mendapatkan sumber
kebahagiaan, tetapi juga karena mereka merasa malu pada anggota masyarakat yang lain. Keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki akan dianggap kurang
sempurna. Keluarga tersebut juga akan merasa takut kalau silsilahnya akan terputus dan tidak mempunyai generasi lagi. Keluarga yang tidak mempunyai
anak laki-laki berarti belum menjadi keluarga sempurna tidak gabe. Keluarga yang telah dilengkapi dengan kehadiran anak laki-laki berarti keluarga tersebut
sudah mencapai hagabeon.
3.3.2. Hamoraon
Hamoraon dalam arti yang sebenarnya adalah kekayaan yang dihubungkan hanya dengan harta benda milik seseorang yang dijadikan sebagai
pengukur kemakmuran. Secara tradisional bagi masyarakat Batak Toba pngertian hamoraon tersebut berbeda sesuai budaya mereka. Masyarakat Batak Toba
mengartikan hamoraon adalah bukan hanya kekayaan material saja tetapi dihubungkan dengan anak yang mereka miliki.
Hamoraon bagi masyarakat Batak Toba adalah mengacu pada anak laki- laki yang mereka miliki. Masyarakat yang mempunyai anak laki-laki sudah
Universitas Sumatera Utara
47 merasa dirinya kaya dan tidak akan merasa malu lagi bergaul sama anggota
masyarakat yang lain. Mereka akan disenangi oleh anggota masyarakat. Hal ini dapat digambarkan dengan ungkapan ” anakkonki do hamoraon di au”. Artinya
adalah masyarakat Batak Toba menganggap anak laki-laki itu adalah kekayaan dalam dirinya. Tidak ada kekayaan yang melebihi kehadiran anak laki-laki. Selain
ungkapan tersebut ada juga ungkapan ” banyak anak banyak rejeki”. Artinya, semakin banyak anak laki-laki yang dimiliki, maka keluarga tersebut akan merasa
dirinya semakin kaya dan bahagia. Kehadiran anak laki-laki dalam sebuah keluarga akan menjadi awal kebahagiaan bagi mereka.
3.3.3. Hasangapon
Hasangapon sama artinya dengan kehormatan. Pada masyarakat Batak Toba sumber kehormatan bukan hanya karena kekayaan yang dimiliki. Keluarga
masyarakat Batak Toba akan dihormati dan akan terpandang ditengah-tengan masyarakat, jika mempunyai harta sekaligus anak laki-laki. Anak laki-laki dapat
mengangkat nama baik keluarganya. Seseorang akan lebih dihormati dalam masyarakat, apabila orang tersebut
sudah kaya serta mempunyai keturunan laki-laki. Seseorang juga akan lebih dihormati lagi apabila anaknya telah berhasil dalam pendidikan. Anak yang telah
berhasil dalam pendidikan akan menjadi kebanggaan orang tua. Orang tua yang mempunyai anak yang berhasil terutama dalam pendidikan akan disegani dalam
masyarakat. Penilaian ini bukan dari dalam diri orang yang dihormati, tetapi berasal dari orang lain. Semakin tinggi seorang anak dalam pendidikan, akan
Universitas Sumatera Utara
48 semakin baik budi bahasa si anak dan semakin disenangi oleh anggota
masyarakat. Menurut Zulkarnaen 1995: 23 anak adalah: semua yang lahir dari
seorang ibu sebagai hasil konsepsi antara suami istri, biasanya melalui perkawinan yang sah atau hukum yang berlaku. Ketiga pandangan hidup di atas bukan
mengacu pada baik anak laki-laki maupun anak perempuan melainkan hanya mengacu pada anak laki-laki saja. Hal ini disebabkan oleh budaya patrilineal
masyarakat Batak Toba. Adanya pandangan anak laki-laki yang selalu terpenting bagi masyarakat Batak Toba, telah terwarisi dari generasi ke generasi berikutnya
dan sulit untuk berobah. Tujuan hidup ini dipandang oleh orang Batak sebagai sesuatu yang sangat
berharga yang harus diwujudkan. Ketiga tujuan hidup itu sangat dihubungkan terhadap pendidikan. Bagi masyarakat Batak Toba, pendidikan merupakan salah
satu jalan untuk mencapai kemakmuran. Berdasarkan hal itulah masyarakat Batak Toba selalu mengusahakan anak laki-laki yang harus menginjakkan kaki di
bangku pendidikan.
3.4. Kedudukan Anak Laki-laki dan Anak Perempuan pada Adat Budaya Batak Toba