Masuknya Agama Kristen Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Perubahan Perlakuan terhadap Anak Perempuan

84 untuk lebih maju. Perkembangan zaman merupakan unsur terpenting dalam menunjang terjadinya proses perubahan dalam suatu masyarakat. Perubahan dapat terjadi karena ada peluang atau kesempatan.

4.3. Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Perubahan Perlakuan terhadap Anak Perempuan

Perubahan cara memperlakukan anak perempuan terjadi, karena terjadinya modernisasi. Modernisasi membuat anak perempuan merespon budaya Batak Toba yang selalu mengutamakan anak laki-laki. Perempuan ingin mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki terutama dalam pendidikan. Ada beberapa unsur-unsur yang mendorong terjadinya modernisasi. Pendorong anak perempuan desa Pollung mulai merespon budaya Batak Toba yaitu modernisasi atau unsur-unsur baru.

4.3.1. Masuknya Agama Kristen

Menurut Simanjuntak 2006: 47-51 Masuknya agama Kristen pertama di tanah Batak dimulai oleh gereja baptis yang berpusat di London Inggris pada tahun 1820. Gereja ini mengirimkan 2 orang misionaris yaitu Ward dan Burton. Usaha penyebaran agama Kristen ini mengalami kegagalan. Penyebabnya adalah oleh sifat keterikatan masyarakat Batak Toba terhadap adat istiadat dan kebiasaan leluhur mereka. Pada tahun 1834 gereja baptis yang berpusat di Buston Jerman mengirimkan 2 orang misionarisnya yaitu Munson dan Lyman. Keduanya juga mengalami kegagalan yang diikuti oleh pembunuhan oleh masyarakat setempat terhadap kedua misionaris ini. Universitas Sumatera Utara 85 Kegiatan penyebaran agama Kristen untuk pertama kalinya mendapat sambutan dari masyarakat Batak Toba pada masa pelayanan yang dikirim oleh gereja Ermelo Belanda tahun 1865. kegiatan ini dipimpin oleh Heine yang berhasil menarik beberapa anggota masyarakat Batak Toba menjadi pengikut agama Kristen. Hal ini tidak bertahan lama, sebab banyak sekali ajaran agama Kristen ini yang bertolak belakang serta tidak membenarkan banyak hal dalam memeluk agama lokal. Terutama dalam hal keesaan Tuhan dalam agama Kristen. Dalam kepercayaan lokal banyak sekali kekuasaan-kekuasaan supra alamiah yang harus dihormati, dengan demikian usaha Heine ini hanya bertahan sebentar. Para penganut ini kemudian kembali menganut agama lokal. Penyebaran agama Kriaten baru berhasil di tanah Batak ketika para misionaris dari Jerman mengirimkan Nomensen pada tahun 1961. nomensen mula-mula menetap di daerah Barus. Maksudnya adalah untuk mempelajari secara langsung mengenai kehidupan masyarakat Batak Toba baik itu bahasa, adat- istiadat kebiasaan dan semua hal yang dapat membantunya dalam usaha penyebaran agama Kristen. Nomensen memulai perjalanan misinya pada tahun 1863 ke tanah Silindung, ia langsung menemui para raja adat setempat untuk menerima petunjuk dan perlindungan dari raja adat tersebut. Masyarakat Batak Toba pada masa itu sangat menaruh hormat dan segan terhadap raja adat mereka. Melalui perlindungan raja adat pada Nomensen, mulailah dia menjalankan misinya. Orang pertama yang menjadi pengikut Kristen dari hasil khotbah-khotbah Nomensen adalah Raja Pontas Lumban Tobing. Nomensen melakukannya dengan bahasa Batak Toba. Universitas Sumatera Utara 86 Usaha-usaha penyesuaian adat kepercayaan lokal dengan agama Kristen dimulai seperti konsep Debata Mula Jadi Na Bolon. Masyarakat setempat tidak menghilangkan konsep ”Debata” itu, cuma arti dari Debata yang dimaksud orang Batak itu adalah Tuhan Allah dalam alkitab. Lambat laun para misionaris mengadakan pendekatan kepada masyarakat Batak Toba, supaya mereka meninggalkan kepercayaan lokal mereka terhadap kekuatan-kekuatan yang dipancarkan oleh roh-roh orang mati sebagai sumber berkat. Hanya Tuhan Allahlah yaitu Tuhan Yesus Kristus, dan bukan diperoleh dari roh-roh orang mati. Perubahan dari kepercayaan lokal terhadap kepercayaan agama Kristen, juga terjadi sampai ke desa Pollung. Penetua adat mengatakan bahwa: sebelum masuknya agama Kristen, mereka sangat berpegang teguh pada nilai adat yang terlalu ketat. Adat dijadikan sebagai hukum yang disamakan dengan patik hukum Undang-Undang yang tidak boleh dilanggar. Semua anggota masyarakat harus bersikap sesuai adat yang berlaku. Sebelum masuknya agama Kristen ke desa Pollung, masyarakatnya masih menggunakan nama Debata Mula Jadi Na Bolon dalam menyebut Tuhan Yang Maha Esa. Pada masa ini masyarakat masih banyak yang percaya pada hal-hal gaib yaitu penyembahan terhadap roh-roh nenek moyang. Masyarakat percaya bahwa roh nenek moyang dapat memberikan kesejahteraan bagi mereka. Seperti: menyuburkan tanaman. Adat Batak membuat laki-laki sangat mendominasi kedudukan dalam berbagai hal. Masyarakat percaya dengan berhala dimana dengan melaksanakan ritual penyembahan berhala, keinginan mereka dapat tercapai. Menurut informan: mereka percaya adanya Tuhan yang mereka sebut dengan Debata Mula Jadi Na Universitas Sumatera Utara 87 Bolon, jadi dalam meminta sesuatu juga mereka percaya kalau nenek moyang mereka dapat memberikannya. Waktu semakin bergulir, hingga agama Kristen sudah mulai masuk ke desa ini. Mereka mulai mempelajari agama dan akhirnya sebutan Debata Mula Jadi Nabolon berubah menjadi Tuhan yang Maha Esa. Dalam ajaran agama Kristen dijelaskan bahwa kedudukan laki-laki dengan perempuan adalah sama dimata Tuhan. Artinya bahwa seorang laki-laki tidak dapat hidup sendirian tanpa seorang perempuan. Sebaliknya seorang perempuan tidak dapat hidup sendiri tanpa seorang laki-laki, maka mereka memiliki kedudukan yang sama untuk saling melengkapi. Perempuan mulai mendapat kedudukan dalam gereja. Pelayan-pelayan gereja bukan hanya laki-laki saja tetapi perempuan sudah ada yang mendudukinya. Di Gereja sudah ada ditemukan perempuan yang menjadi Pendeta, pengkhotbah dan sintua yang harus dihormati oleh seluruh jemaat Gereja. Perempuan juga dalam Gereja sudah memiliki kumpulan yang satu saat dapat membawa nama Gereja, seperti kumpulan koor.ada juga dari perempuan. Berdasarkan ajaran agama Kristen, maka kedudukan perempuan dalam rumah tangga mulai diperhitungkan. Dalam pengambilan suatu keputusan dalam rumah tangga, suara perempuan telah ikut untuk dipertimbangkan.

4.3.2. Perekonomian yang Semakin Mapan

Dokumen yang terkait

Tradisi Lisan Nyanyian Rakyat Anak-Anak Pada Masyarakat Batak Toba Di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan

4 139 22

Komparatif Nilai Sosial Budaya Perkawinan Batak Toba Pada Masyarakat Asal dengan Perantauan (Studi Komparatif Antara Desa Hutajulu Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kelurahan Sidorame Kecamatan Medan Perjuangan)

4 53 119

Struktur Kalimat Bahasa Batak Toba Di Kabupaten Humbang Hasundutan Kecamatan Lintong Ni Huta Berdasarkan Hubungan Subjek Dan Predikat: Analisis Teori X-Bar

13 210 63

Geografi Dialek Bahasa Batak Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan

5 49 172

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

3 70 102

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

2 2 11

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

0 0 1

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

1 2 15

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

1 3 19

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

1 5 2