Lokasi Penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka.

9 oleh masuknya unsur-unsur baru ke dalam masyarakat yang mulai mengklaim anak perempuan untuk lebih maju. Fakta menyatakan bahwa anak perempuan yang lebih berhasil dalam pendidikan bahkan sampai pada tingkat perguruan tinggi, anak perempuan juga kebanyakan merantau serta anak perempuan juga sudah mulai menuntut warisan, ketika dalam sebuah keluarga tidak ada anak laki- laki. Berbagai macam perjuangan dilakukan oleh anak perempuan guna untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak laki-laki untuk maju. Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses perubahan perlakuan terhadap anak perempuan yang direspon oleh orang Batak secara umum dan direspon oleh perempuan- perempuan Batak Toba secara khusus. 2. Bentuk-bentuk perjuangan anak perempuan agar perubahan perlakuan terhadap anak perempuan secara nyata.

1.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pollung, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan. Alasan pemilihan lokasi di desa ini karena berdasarkan informasi yang penulis dapat, yaitu dari kepala desa setempat bahwa di desa ini penduduknya mayoritas suku Batak Toba yang berbudaya mengutamakan anak laki-laki terutama dalam pendidikan. Di desa ini ditemukan terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan yang memberikan kesempatan yang sama dengan anak laki-laki untuk maju. Anak perempuan juga mulai diberikan akses Universitas Sumatera Utara 10 dalam mendapat warisan. Desa ini berada di wilayah pedalaman yang jauh dari kota, sehingga masih dianggap sebagai desa yang masih terpencil.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bahwa telah terjadi perubahan cara memperlakukan anak perempuan dimana sebelumnya anak perempuan selalu dinomorduakan dalam budaya Batak Toba. Secara akademis bahwa hasil penelitian ini merupakan bahan untuk skripsi guna memperoleh gelar sarjana program Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara Medan. Secara umum penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperkaya pengetahuan tentang posisi perempuan dalam suatu budaya patriarkhi yang sudah mengalami perubahan-perubahan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang bagaimana kedudukan anak perempuan dalam keluarga suatu masyarakat, yang menyebabkan terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah kepustakaan antropologi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat yang mengalami masalah yang sama, dalam arti dapat dijadikan sebagai pertimbangan masyarakat yang mempunyai nilai budaya yang selalu mengutamakan anak laki-laki dari pada anak perempuan. Universitas Sumatera Utara 11

1.5. Tinjauan Pustaka.

Masyarakat Batak Toba memiliki nilai yang terkandung dalam budayanya sendiri, sama dengan etnik lain. Warga masyarakat yang mengerti akan nilai-nilai budaya dengan sendirinya sudah mengetahui apa yang pantas dilakukan dan yang harus dihindari agar tidak melanggar hukum atau peraturan yang berlaku dalam masyarakat. Nilai budaya juga dapat dijabarkan dalam aturan-aturan. Aturan- aturan ini merupakan nilai-nilai budaya yang menjadi pegangan untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari Koentjaraningrat, 1970: 381. Nilai budaya terungkap dalam bentuk wujud aspeknya yaitu pada sistem kekerabatan dalam suatu masyarakat. Sistem kekerabatan adalah pola tingkah laku berdasarkan pengalaman dan penghayatan yang menyatu secara terpadu dalam wujud ideal kebudayaan. Wujud ideal dari nilai budaya Batak Toba adalah dilihat dari prinsip keturunan yang berlaku pada masyarakat. Menurut Koentjaraningrat 1970: 106 orang Batak memperhitungkan prinsip keturunan itu secara patrilineal. Artinya garis keturunan dihitung dari garis ayah atau pihak laki-laki, untuk itu orang Batak Toba selalu menginginkan kehadiran anak laki-laki. Hal ini menimbulkan hubungan kekuasaan yang timpang antara laki-laki dengan perempuan, jadi selalu dilakukan berbagai usaha supaya ada anak laki-laki yang dilahirkan dalam sebuah keluarga. Menurut Ihromi 1990: 204-205 keluarga yang belum mendapatkan keturunan dalam jangka yang cukup lama setelah menikah, maka pasangan tersebut beserta keluarganya akan berusaha, dengan tujuan supaya memiliki keturunan. Berbagai cara akan dilakukan sekalipun akan mengeluarkan biaya yang sangat besar. Biaya yang besar tidak akan membuat usaha untuk Universitas Sumatera Utara 12 memperoleh keturunan berhenti. Alasannya anak jauh lebih bernilai dibandingkan harta benda. Anak adalah harta yang paling berharga dan yang paling penting dalam sebuah keluarga Batak Toba. Berdasarkan nilai anak, maka peran anak laki-laki secara umum yaitu: anak laki-laki sebagai penerus silsilah marga, anak laki-laki sebagai ahli waris, dan anak laki-laki selalu diutamakan dalam aktivitas-aktivitas adat. Berdasarkan peran-peran anak laki-laki tersebut, maka anak laki-laki jugalah yang lebih diutamakan dalam pendidikan. Menurut Aritonang 1988: 50-57 mengatakan ada pandangan yang menunjukkan anak laki-laki yang terpenting bagi masyarakat Batak Toba yaitu: anakkonhi do naummarga di au, anakkonhi do hasangapon di au dan anakkonhi do hamoraon di au. Artinya anakku itulah yang paling berharga bagiku, anakku itulah kehormatanku dan anakku itulah kekayaanku. Ketiga hal ini melukiskan perjuangan dan pengorbanan orang tua untuk mengusahakan pendidikan setinggi- tingginya dan untuk keberhasilan anak-anaknya. Inilah pemahaman orang Batak tentang nilai anak, sekaligus pendorong utama untuk mendidik dan mengusahakan pendidikan anak-anaknya setinggi mungkin. Bagi orang Batak, nilai anak sangat tinggi dan nilai tinggi anak ini berhubungan erat dengan tiga serangkai cita-cita tertinggi orang Batak yaitu: hagabeon, hamoraon dan hasangapon. Hagabeon; yang mengharapkan bahwa keturunan harus berlanjut, menurut adanya anak laki-laki. Pada kehidupan masyarakat Batak Toba, anak mempunyai nilai khusus sebagai ukuran kebahagiaan seseorang. Orang yang tidak mempunyai keturunan dianggap sebagai orang yang menanggung aib. Pentingnya fungsi anak dalam kehidupan masyarakat Batak Toba dapat tergambar dalam Universitas Sumatera Utara 13 sebuah pepatah ”maranak sapulu pitu marboru sapulu onom”, yang artinya: masyarakat Batak Toba itu mengembangkan keturunan dengan tujuh belas anak laki-laki dan enam belas anak perempuan. Pepatah ini maksudnya agar masyarakat Batak mampu mengembangkan keturunan sebanyak mungkin supaya marganya tetap berlanjut. Hagabeon yang diidamkan oleh masyarakat Batak bukan sekedar penerus generasi saja, tetapi yang membedakan antara anak laki- laki dengan anak perempuan terlihat dalam tingkat pendidikan yang diperoleh anak Irianto, 2003: 8-9. Hamoraon; yang berarti kekayaan, selain dalam arti kekayaan material juga mencakup dalam pemilikan anak. Hal ini dapat dilihat dari istilah ”Anakkonhi do Hamoraon Di au”. Artinya: ”anakku merupakan kekayaan dalam hidupku”. Kekayaan yang dimaksud disini mempunyai pengertian yang luas. Pada masyarakat Batak Toba hamoraon adalah: mempunyai anak terutama anak laki- laki serta anak tersebut berkualitas dan sudah meraih sukses dalam hidupnya yang juga ditujukan pada keberhasilan pendidikan Irianto, 2003: 8-9. Hasangapon; suatu keluarga akan dihormati dan menjadi terpandang apa bila sudah cukup harta material dan memiliki banyak anak, terutama anak laki- laki. Anak dapat menaikkan martabat orangtuanya jika anak tersebut sudah berhasil. Keberhasilan anak dapat diukur dari keberhasilan dalam bidang pendidikan, maka anak tersebut dapat menjadi kebanggaan bagi orang tuanya. Penilaian ini berasal dari orang lain terhadap seorang Batak Toba yang dianggap layak menerima kehormatan ini, apalagi si anak mempunyai kualitas. Artinya semakin tinggi pendidikan dari setiap keturunan, maka semakin sangap orang tua didalam pandangan masyarakat sekitarnya, karena semakin tinggi pendidikan Universitas Sumatera Utara 14 setiap anak, semakin tinggi pula budi bahasa dan semakin baik kelakuan mereka Irianto, 2003: 8-9. Nilai anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Secara umum perempuan diartikan sebagai seorang manusia yang mempunyai jenis kelamin vagina, yang dapat mengandung, melahirkan dan menyusui yang kebanyakan mempunyai sifat lemah lembut. Perempuan juga dikenal sebagai makhluk yang pasif, lemah perasa, tergantung dan menerima keadaan. Berdasarkan hal ini membuat secara kultural derajat perempuan lebih rendah dari laki-laki yang menyebabkan perempuan selalu di nomorduakan. Perempuan dinilai sebagai makhluk rumah yang berarti mengurus pekerjaan rumah, melayani suami serta mengurus anak yang telah dianggap sebagai pekerjaan yang wajib dilakukan perempuan. Pada kehidupan sehari-hari perempuan diwajibkan untuk selalu menghormati laki-laki dan telah membudaya yang sulit untuk berubah. Menurut Haviland 1993:250-252 pada umumnya kebudayaan selalu bersifat dinamis, atau selalu mengalami perubahan baik secara lambat maupun cepat. Semua kebudayaan pada suatu waktu berubah karena berbagai macam sebab. Kemampuan berubah selalu merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa hal itu, kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah terutama pengaruh zaman yang semakin maju. Perubahan sosial adalah perubahan dalam struktur sosial dan dalam pola- pola hubungan sosial. Perubahan sosial mencakup sistem status, hubungan- hubungan dalam keluarga, sistem politik dan persebaran penduduk, sedangkan perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan. Perubahan Universitas Sumatera Utara 15 kebudayaan mencakup aturan-aturan, atau norma-norma, atau nilai-nilai yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan warga masyarakat Suparlan 1982. Faktor yang mendukung untuk terjadinya perubahan kebudayaan adalah adanya pembauran kebudayaan, masuknya unsur-unsur baru ke dalam masyarakat yang menjadikan perubahan ini dapat terwujud yang didukung oleh masyarakat suatu kelompok dapat membuka diri untuk menerima hal yang baru dan tidak menutup diri terhadap perkembangan zaman. Contoh dengan adanya teknologi informasi, seperti televisi yang setiap saat dapat menyiarkan acara yang terjadi di luar. Keterbukaan masyarakat terhadap dunia luar sangat membantu terjadinya perubahan. Berdasarkan keterbukaan tersebut masyarakat dapat mengetahui pada masyarakat lain, anak perempuan juga diutamakan baik dalam pendidikan, serta diperlakukan seimbang dengan anak laki-laki. Masyarakat jadi sadar akan pentingnya perlakuan yang sama antara anak laki-laki dengan anak perempuan supaya dapat menunjang kemajuan. Perkembangan zaman dan masuknya unsur-unsur baru serta keterbukaan anggota masyarakat Batak Toba untuk menerimanya melahirkan terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan. Terjadinya perubahan perlakuan terhadap anak perempuan pada masyarakat Batak Toba, direspon secara khusus oleh perempuan. Akhirnya anak perempuan mendapat kesempatan yang sama dengan anak laki-laki dalam pendidikan. Sehingga anak perempuan telah berpendidikan dan merantau. Berdasarkan pendidikan yang telah diperoleh anak perempuan disertai dengan usaha atau perjuangan-perjuangan yang panjang maka anak perempuan juga telah mendapat akses dalam mendatatkan harta warisan dari Universitas Sumatera Utara 16 orang tuanya. anak perempuan juga telah menjadi salah satu unsur yang diperhitungkan dalam keluarganya dengan pendidikan yang diperolehnya. Perubahan perlakuan terhadap anak perempuan pada masyarakat Batak Toba menimbulkan adanya modernisasi dimana modernisasi didukung oleh pendidikan yang semakin maju, perekonomian yang semakin mapan serta masuknya teknologi yang lebih modern ke dalam masyarakat yang sangat mendukung terjadinya perubahan kearah yang lebih maju. Perubahan perlakuan terhadap anak perempuan yang saya maksudkan di sini adalah terjadinya perubahan cara memperlakuan anak perempuan pada masyarakat Batak Toba, dimana sebelumnya budaya Batak Toba selalu mengklaim anak perempuan dan menomorduakan anak perempuan dan selalu mengutamakan anak laki-laki. Keutamaan anak laki-laki yaitu: sebagai penerus keturunan marga, sebagai ahli waris, pelaksana aktivitas adat serta diutamakan dalam pendidikan. Akibat masuknya unsur-unsur baru menyebabkan perubahan perlakuan terhadap anak perempuan yang direspon secara khusus oleh anak perempuan. Menurut Wainer 1986: iii modernisasi merupakan sebuah perubahan yang terjadi pada sikap pribadi menyebabkan manusia berhasil melepaskan diri dari tirai kekuasaan. Berdasarkan pendapat tersebut dalam tulisan ini dimaksudkan bahwa dengan perjuangan-perjuangan yang panjang, perempuan akhirnya mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak laki-laki untuk maju dan berhasil dalam pendidikan dan dunia kerja serta telah diberikan warisan oleh orang tuanya. Universitas Sumatera Utara 17 1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Tipe Penelitian

Dokumen yang terkait

Tradisi Lisan Nyanyian Rakyat Anak-Anak Pada Masyarakat Batak Toba Di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan

4 139 22

Komparatif Nilai Sosial Budaya Perkawinan Batak Toba Pada Masyarakat Asal dengan Perantauan (Studi Komparatif Antara Desa Hutajulu Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kelurahan Sidorame Kecamatan Medan Perjuangan)

4 53 119

Struktur Kalimat Bahasa Batak Toba Di Kabupaten Humbang Hasundutan Kecamatan Lintong Ni Huta Berdasarkan Hubungan Subjek Dan Predikat: Analisis Teori X-Bar

13 210 63

Geografi Dialek Bahasa Batak Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan

5 49 172

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

3 70 102

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

2 2 11

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

0 0 1

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

1 2 15

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

1 3 19

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

1 5 2