tentu pihak korban bisa kecewa dalam putusan hakim yang tidak sesuai dengan keinginan. Pihak PKPA juga tidak bisa melakukan sogokkan karena modal untuk
melakukan permainan tersebut memakan biaya besar. 5.
Perbedaaan persepsi aparat penegak hukum dalam menyikapi kasus sehingga kasus bolak balik tidak sampai ke pengadilan. Biasanya perbedaan
persepsi ini mereka yang tidak mengerti persoalan anak dan tidak dalam posisi yang dialami korban dan PKPA sebagai pendamping dari lembaga anak. Tidak
adanya modal untuk memajukan kasus ke pengadilan menjadi salah satu kasus terhambat ke pengadilan.
6. Adanya intimidasi dari pelaku terhadap korban dan pendamping. Pelaku
tidak akan diam dengan hal apa yang menimpanya hingga ia menjadi tahanan atau buronon polisi. Pelaku akan memberikan ancaman kepada korban seperti sms
teror dan surat kaleng sampai korban mencabut kasus. 7.
Masyarakat yang tidak mendukung. Salah satu faktor penghambat adalah masyarakat. Untuk menjaga nama baik lingkungan sering kali masyarakat tidak
mau memberikan kesaksian mengenai pelaku dalam kehidupan sehari-harinya. Masyarakat menganggap ini merupakan aib nantinya bila warga mereka menjadi
pelaku dan tahana tindakan pidana. Masyarakat tidak akan memberi kesaksian yang mendukung dalam hal pencarian bukti dan saksi.
4.4 Penyelesaian Hambatan
Walaupun kasus terhambat tidak memungkiri PUSPA hanya berdiam diri saja. PUSPA akan tetap menyelesaikan kasus secara baik dan sportif walau
banyak wewenang lain yang tidak menyukai PUSPA mencampuri urusan mereka. Tidak jarang tim PKPA sering menerima teror dari pihak yang dirugikan dalam
Universitas Sumatera Utara
tiap kasus yang ditangani PKPA. Beberapa langkah yang dilakukan dalam menyelesaikan kasus yang terhambat.
1. Melakukan komunikasi dengan baik agar tidak ada salah paham dibelakang hari 2. Menyampaikan apa yang boleh dan tidak boleh dari awal pengaduan dilakukan
dan sejak surat kuasa dilakukan di PKPA 3. Tekanan dan mendorong aparat penegak hukum serius menangani kasus ini
dengan baik 4. Melakukan kordinasi dengan stakeholders yang terkait untuk mendukung
penanganan kasus
Untuk mencegah terjadinya kekerasan terutama yang dialami oleh keluarga yang tidak mampu yang dimana sewaktu-waktu kasus bisa gagal dan
terhambat dengan berbagai alasan, untuk mencegah hal tersebut terjadi ditinjau kembali pada asuhan anak. Pertama-tama dan terutama kembali kepada orangtua
di lingkungan keluarga, tetapi demi kepentingan kelangsungannya tata sosial maupun untuk kepentingan anak itu sendiri perlu ada pihak yang melindunginya,
salah satunya lembaga sosial yang bergerak pada perlindungan anak. Aturan hukum yang sudah tampak jelas tapi belum berjalan mulus ini membuat
masyarakat lebih terbuka untuk melaporkan kasus kekerasan pada anak dalam rumah tangga secara terang-terangan kepada kepolisian, kejaksaan, dan lembaga
anak, hingga pelaku mendekap di penjara. Seperti kasus Helena Gea yang akhirnya berhasil menangkap pelaku alias Bibi Helena kedalam penjara. Begitu
pula dengan kasus Widya yang menjadi terdakwa karena menjual temannya kepada Kade.
Universitas Sumatera Utara
Alasan PKPA untuk terus bekarya untuk anak karena setiap anak memiliki kebutuhan dasar agar bertumbuh kembang dengan baik. Kebutuhan dasar yang
sangat penting adalah hubungan anak dan orangtua yang harmonis seperti: perhatian dan kasih sayang dari orangtua dan keluarga, perlindungan, dan
pemenuhan kebutuhan anak yang terpenuhi. Siapa lagi yang akan melindungi anak bila orangtua tidak ingin mengasuhnya maka peran PKPA sangat
berpengaruh dalam hal ini. Hutman dalam Muhidin 2003; 3
52
merinci kebutuhan anak sebagai berikut:
1 Kasih sayang orangtua 2 Stabilitas emosional
3 Pengertian dan perhatian 4 Pertumbuhan kepribadian
5 Dorongan kreatif 6 Pembinaan kemampuan intelektual dan keterampilan dasar
7 Pemeliharaan kesehatan 8 Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat dan
memadai 9 Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan postif
10 Pemeliharaan, perawatan, dan perlindungan. Sejauh untuk memenuhi kebutuhan akan anak PKPA hanya mampu untuk
memberikan pengertian dan perhatian kepada anak korban KDRT, membentuk kepribadian anak dengan mengikutsertakan anak dalam dorongan kreatif dengan
memberikan keterampilan kepada anak dan mengasah minat dan bakat anak,
52
Abu Huraerah “ Kekerasan Terhadap Anak”, 2012. Nuansa Cendekia, Bandung.
Universitas Sumatera Utara
untuk anak dampingan PKPA ada kegiatan-kegiatan yang diberikan PKPA dalam mengisi waktu anak dengan memberikan keterampilan anak dalam kerajinan
tangan, menari, bermain sepak bola, dan sampai kepada teater, PKPA juga membantu anak dalam pemenuhan makanan pangan dan tempat tinggal tetapi ini
dilakukan sampai anak menemukan keluarga asuh ataupun tempat tinggal yang baru dan layak, dan PKPA juga memberikan layanan kesehatan kepada anak
bukan hanya visum tapi layanan seperti pemberian tablet cacing dan tablet vitamin hisap kepada anak dampingan. PKPA hanya mampu memberikan apa
yang seharusnya diberi dan tanpa mengambil peran keluarga dalam memberikan kasih sayang kepada anak.
4.5 Kegagalan Kasus yang Dialami PUSPA PKPA