Kebijakkan PKPA dan PUSPA PKPA

Dari beberapa jumlah LSM anak dan komisi anak mempunyai pengertian tersendiri menurut informan peneliti, Bang Misran. LSM berdiri berdasarkan unsur dari kepedulian masyarakat, sedangkan komisi berdiri berdasarkan wewenang pemerintah seperti KPAID. PKPA menjalin kemitraan dengan KKSP dan Yayasan Pusaka dalam melakukan sebuah kegiatan atau aktivitas seperti : kegiatan forum anak dengan memfasilitasi kegiatannya, penanganan kasus anak bermitra dengan KKSP dan Yayasan Pusaka Indonesia, merumuskan kebijakan anak terkait perlindungan anak daerah maupun nasional. Kemitraan ini terjalin tatkala Yayasan Pusaka menjadi pendamping anak baik anak sebagai korban maupun pelaku dan PUSPA PKPA sebagai advokat si anak. Jika kasus anak mencakup luas maka BAPAS Balai Pemasyarakatan akan ambil bagian sebagai pengawas dan pendamping dalam proses pengadilan.

2.6 Kebijakkan PKPA dan PUSPA PKPA

Setiap lembaga yang berdiri mempunyai kebijkan tersendiri didalamnya. Sebuah lembaga harus mengambil peran dalam kebijakkan dan keputusan dari pemerintah. Kebijakkan yang dimaksud adalah kebijakan yang ada pada tingkat daerah maupun nasional seperti pembuatan undang-undang perlindungan anak. PKPA memfasilitasi peraturan daerah terkait dengan perlindungan anak baik kabupaten, kota, provinsi dan nasional. Selain undang-undang dan kebijakan lainnya, kebijakan yang diambil oleh PKPA adalah masalah peraturan-peraturan dibawahnya peraturan pemerintah dan rencana aksi nasional seperti peringatan hari anak Indonesia pada tanggal 23 Juli. Kebijakan lain PKPA dalam bentuk pendanaan pendidikan, kesehatan, dan minat bakat bagi anak dampingan. Dalam hal ini bentuk pendanaan tidak sama Universitas Sumatera Utara rata ataupun dalam bentuk uang cash kepada anak. Untuk Pendanaan kesehatan PKPA mendatangkan tim medis yang bekerjasama dengan puskesmas-puskesmas dan menyediakan fasilitas obat-obat bagi anak. Pendanaan pendidikan juga tidak diberikan dalam bentuk uang cash. PKPA melihat biaya apa saja yang diperlukan anak dan menghitung setiap biaya sekolah peranak. seperti SPP, buku, biaya iuran, transport, dan biaya seragam anak. Lalu PKPA akan mendiskusikan dengan pihak sekolah dan orang tua mengenai jumlah biaya sekolah anak. Walaupun anak mendapatkan bantuan dari PKPA, PKPA tidak melepaskan beban orang tua untuk tidak ikut membiayai anak. Misalnya orang tua hanya mampu membeli dua seragam sekolah anak maka PKPA membantu satu seragam sekolah anak. Hal ini dilakukan agar tidak ada sifat ketergantungan keluarga si anak kepada PKPA. Kepada keluarga atau orang tua PKPA memberikan training kewirausahaan yang dilakukan oleh teman-teman mitra PKPA dan mengajarkan tentang keuangan bersama melalui credit union. Ini dilakukan untuk memberikan tanggung jawab bersama orang tua pada kebutuhan bersama pendidikan dan kesehatan anak. Pendanaan minat bakat, anak-anak diarahkan kepada segala kegiatan yang telah difasilitasi oleh SKA PKPA. Setiap anak mendapatkan gilir tampil di masyarakat. PUSPA PKPA sendiri mempunyai kebijakan kepada keluarga korban maupun pelaku anak dalam hal keringanan biaya kepada keluarga yang tidak mampu. PUSPA meminta kepada pihak keluarga untuk membawa fotokopi Jamkemnas, akte kelahiran anak, kartu keluarga, surat keterangan tidak mampu dari Lurah, dan ijazah terakhir anak dan kronologis kasus yang dibuat sendiri oleh pelapor atau korban. Adapun pengeluaran pembiayaan yang akan dipungut oleh si Universitas Sumatera Utara keluarga hanyalah beban legalisir berkas-berkas saat dipengadilan dan transportasi pendamping atau advokat selama kasus masih diproses, jika pelapor memang berasal dari keluarga miskin maka akan dicover oleh PKPA bahwa ada kendala dalam pembiayaan. PUSPA PKPA memberikan keringanan kepada keluarga yang tidak mampu terkait dengan biaya pendampingan dari kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan, serta pemeriksaan psikologis dan visum et repertum 41 yang diberikan gratis oleh pemerintah, berbeda dengan pelapor dari keluarga mampu mereka dikenakan biaya sesuai ketentuan yang berlaku seperti berkas, akomodasi tim, biaya pendamping atau advokat selama masa proses kasus baik di kepolisian, kejaksaan, dan di pengadilan. Karena dana PUSPA PKPA untuk menangani kasus-kasus hanya mendapatkan biaya Rp.500.000, sedangkan kasus anak banyak dan tidak bisa mengcover seluruhnya dalam artian pendanaan. Peneliti pernah menanyakan sebelumnya bahwa keluarga korban maupun pelaku saat melaporkan kasus ke PUSPA PKPA dibebani Rp.10.000 untuk menyiapkan berkas perihal berkas difotokopi. Peneliti sendiri pernah ikut bersama Kak Wiwik mengantarkan berkas yang akan dilegalisir saat di pengadilan lalu mengambilnya dengan biaya legalisir Rp.50.000,-. Peneliti juga bertanya kepada Kak Emi bagaimana PUSPA PKPA sebagai pendamping maupun pengacara anak menyakinkan korbankeluarga bahwa kasus korban maupun pelaku anak dapat diselesaikan. “Sebagai seorang advokat maupun pendamping dari PUSPA PKPA tidak pernah menjanjikan yang muluk-muluk kepada keluarga maupun korban. PUSPA PKPA akan bekerja secara profesional sebagai lembaga yang diakui kredebilitasnya baik di 41 Pemeriksaan secara biologis rambut, sperma, darah atau non bilogis peluru atas permintaan tertulis oleh penyidik ditujukan untuk peradilan dan membuktikan kepada korban cabul, pemerkosaan, trafficking, bahwa adanya selaput darah koyak sampai keseluruhan, liang vaginan bisa dilalui jari, merupakan luka baru, dan dan diduga melalui benda tumpul yang berulang-ulang. Universitas Sumatera Utara dalam maupun diluar negeri. Tetap menyampaikan kendala- kendala yang kemungkinan akan dihadapi sehingga korban juga paham dengan kondisi yang ada bila seandainya kasusnya tidak sesuai dengan harapan karena kendala datangnya tidak hanya dari PKPA tapi juga pihak luar yang ada juga dari diri korban maupun keluarga juga itu juga sangat mempengaruhi”. Wawancara, Informan Kak Wiwik, 22 Juni 2013 2.7 Pendampingan dan Pembelaan yang diberikan PUSPA PKPA PKPA yang merupakan sebuah lembaga perlindungan anak yang ada di Kota Medan memberikan pendampingan dan pembelaan kepada anak yang membutuhkan perlindungan hukum, kekerasan anak, anak miskin kota, anak dalam bahaya ancaman, anak jalanan, anak yang diperdagangkan, pemerkosaan anak, dan berbagai macam kasus anak dalam kondisi sulit. PUSPA PKPA memberikan pendampingan kepada pelaku dan korban anak. Jika pelaku dan korban di bawah usia 18 tahun PKPA harus memberikan perlindungan dan pendampingan kepada anak. Ada perbedaan antara pembelaan yang dilakukan oleh seorang advokat dan pendampingan yang dilakukan oleh seseorang pendamping. Hal ini peneliti tanyakan dengan Kak Emi, “Untuk seorang advokat di PUSPA PKPA harus memilki lisensi izin bicara, berwawasan, dan memahami persoalan anak dan bidang hukum serta dilatari oleh pendidikan hukum. Sedangkan untuk seorang pendamping dari PUSPA PKPA siapa saja bisa menjadi pendamping tidak harus sarjana hukum, namun diharapkan pendamping sudah terlatih dan memilki pemahaman yang baik dan perspektif terhadap korban”. Saat peneliti mengikuti sebuah kasus anak yang membutuhkan perlindungan hukum karena pelaku dan anak masih dibawah 18 tahun. PUSPA PKPA harus melindungi keduanya. Walaupun berbeda dengan penelitian peneliti, peneliti mengambil kasus ini sebagai contoh PUSPA PKPA memberi dampingan Universitas Sumatera Utara kepada pelaku anak. Seperti contoh kasus persetubuhan dimana PUSPA PKPA mendampingi dan memberi perlindungan kepada Nita dan Alvi karena melakukan hubungan suami isteri dibawah umur dan kasus telah sampai ke pengadilan karena ibu Nita melaporkan kasus ini ke kepolisian dan tidak mau menyelesikan secara kekeluargaan, PKPA memberikan pendampingan lebih kepada pelaku karena hukuman pidana yang membuat pelaku tidak bisa bersekolah lagi. Kasus persetubuhan Nita dan Alvi, sidang I tanggal 14 Mei 2013 menghasilkan laporan yang dapat meringankan hukuman si pelaku. Si korban juga memberi pembelaan kepada hakim agar pelaku dapat dibebaskan dan korban hanya meminta agar mereka segera diikatkan tunangan, jalan ini sebenarnya bisa dicapai melalui hubugan kekeluargaan atau restoratif justice 42 . Dilain pihak ibu korban membawa kasus ini sampai kepengadilan dan membuat si pelaku mendekap di penjara kurang lebih 2 bulan. Akhirnya pengadilan memutuskan hukuman kepada Alvi bahwa Alvi dikembalikan kepada orangtua agar dapat melanjutkan sekolahnya. Perjanjian yang sebelumnya telah disepakati kedua keluarga harus dipenuhi oleh pihak keluarga Alvi. Kasus ini PKPA dengan mitranya KPAID dan BAPAS memberi perlindungan dan pendampingan kepada Alvi dan Nita yang dimana terdapat UU bahwa anak yang melakukan tindak pindana juga harus dilindungi. Untuk menjadi seorang pendamping maupun advokat dalam melindungi korban dan pelaku, PUSPA PKPA melakukan beberapa upaya kepada pelaku dan korban, seperti Melakukan kordinasi kepada aparat penegak hukum dalam mendampingi kasus mulai dari kepolisian kejaksaan sampai ke pengadilan, 42 Penyelesaian masalah secara kekeluargaan antara pelaku dan korban serta keluarga. Universitas Sumatera Utara memberi rasa aman kepada korban artinya PUSPA PKPA berusaha untuk melakukan pembelaan dan pendampingan yang baik selama penyelesaian kasus, tidak menggurui korban dimana PUSPA PKPA menjaga perasaan korban dengan tidak memberi teguran, memberi masukan yang dapat diterima korban, dan bersifat sebagai pendengar, memiliki rasa empati terhadap korban, berusaha membangkitkan semangat korban dan keluarga, tidak menjanjikan sesuatu dalam hal penanganan kasus yang didampingi, dan menjaga kerahasiaan korban untuk menjaga nama baik korban. Universitas Sumatera Utara

BAB III PUSPA PKPA dalam Menyelesaikan Kasus Kekerasan Anak

Dokumen yang terkait

Pengalaman Remaja Putri Korban Kekerasan Seksual di Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Medan

1 71 125

Preferensi Penghuni dalam Memilih Rumah Tinggal (Studi Kasus: Komplek Perumahan Cemara Asri)

12 84 100

Pengaruh Iklan Televisi Terhadap Perilaku Rumah Tangga Dalam Penggunaan Monosodium Glutamat di Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan Tahun 2002

1 39 72

Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Mewujudkan Program Medan Green and Clean (MdGC) Melalui Pengelolaan Bank Sampah di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2012

4 108 164

Tinjauan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Putusan Pengadilan Negeri Medan No.1345/Pid. B/2010/PN/Medan)

0 66 146

Faktor-faktor Penyebab Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Dampaknya Terhadap Korban” (Studi Kasus Pada 3 Orang Korban KDRT yang Ditangani oleh Yayasan Pusaka Indonesia dan PKPA).

6 93 106

Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan

10 114 91

Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan

0 35 85

Penelantaran Istri Oleh Suami Sebagai Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dan Penerapan Hukumnya (Studi Kasus No: 378/Pid.B/2007/PN-Medan) dan (STUDI KASUS No: 1921/Pid.B/2005/PN-Medan)

1 44 93

Pengalaman Remaja Putri Korban Kekerasan Seksual di Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Medan

0 0 23