Divisi dan Layanan Unit PKPA

2.5 Divisi dan Layanan Unit PKPA

PKPA sendiri juga mempunyai beberapa unit layanan yang merupakan sarana dalam memfokuskan anak dan memberikan kesempatan kepada siswa maupun mahasiswa yang magang maupun penelitian di PKPA. Pembentukan divisi ini telah terbentuk awal PKPA berdiri. Pembentukan divisi dan layanan tersebut dibentuk secara bertahap dan saling berganti. Diawal pembentukan PKPA tidak mempunyai unit layanan hanya mempunyai divisi diklat untuk pendidikan dan pelatihan, divisi advokasi, dan divisi indok. Tiga divisi tersebut dibuat diawal berdirinya PKPA. Divisi diklat lalu dihapuskan karena pendanaan yang kurang pada saat itu tetapi kegiatan-kegiatan pelatihan tetap dilakukan oleh divisi-divisi yang lain. Lalu dibentuklah layanan-layanan di PKPA setelah PKPA mempunyai dana dan terkait kepada isu anak yang sedang berkembang seperti SKA tahun 1998, PUSPA dimulai tahun 2001, dan PIKIR tahun 2002. Pembentukan layanan ini juga tidak sekaligus tetapi bertahap sesuai dengan fokus isu anak di dalam masyarakat. 1 PKPA menyediakan sebuah ruang baca dengan koleksi buku tentang anak, perempuan, kesehatan, HAM, hukum, politik, organisasi, sosial-umum dan buletin. Ruang bacaperpustakaan ini membantu siswa, mahasiswa, pekerja sosial, dan masyarakat umum untuk menambah referensi bahan penelitian dan wawasan tentang anak, perempuan, dan hukum. Banyak mahasiswa baik dari universitas swasta dan negeri yang mendatangi perpustakaan PKPA untuk mencari bahan- bahan yang terkait dengan tugas kuliah maupun skripsi. Untuk ruang baca PKPA ada staf PKPA yang mengkoordinirnya yaitu Bang Ismail, biasanya Bang Ismail meminta kepada peneliti untuk memberikan daftar hadir kepada pengujung yang Universitas Sumatera Utara datang, menyusun buku sesuai nomor susunan, dan menggunting koran-koran kasus anak di Indonesia. Gambar 4 : Perpustakaan PKPA dokumen pribadi 11 Juni 2013 Gambar 5: Kegiatan di Perpustakaan kliping koran dokumen pribadi 17 Juli 2013 2 PEA PKPA Emergency Aid terfokus pada daerah yang terkena bencana sejak tahun 2003 yang telah melayani 25 ribu anak korban bencana alam di Nias, Aceh, dan Sumatera Utara. Layanan yang diberikan PEA merupakan sektor layanan tanggap darurat PKPA seperti: psikososial, rehabilitasi pendidikan, layanan kesehatan dasar dan mencarikan orang tua asuh anak atau panti asuhan bagi anak yang kehilangan kedua orang tua, serta memberikan perlindungan kepada anak dalam berbagai bentuk lainnya. 3 Sanggar Kreatifitas Anak SKA yang terletak di Pinang Baris dan di Amplas dibentuk sebagai wadah khusus untuk mengembangkan program Universitas Sumatera Utara pencegahan, perlindungan dan penggalian bakat-bakat yang dimilki oleh anak jalanan dan anak komunitas miskin kota. SKA telah berdiri sejak 1998 dan mengembangkan kegiatan pendidikan anak usia dini, taman bacaan masyarakat, teater, sekolah sepak bola, beasiswa bagi anak miskin, pendidikan keterampilan, pendidikan alternatif bagi anak drop out dan pengorganisasian anak. Kegiatan- kegiatan ini masih berlangsung sampai saat ini disesuaikan dengan minat anak agar berani bermimpi. 4 PIKIR Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi dan Gender. PIKIR memberikan layanan informasi dan pendidikan bagi remaja seputar kesehatan reproduksi, pemahaman tentang penyakit menular seksual, HIVAIDS, penyuluhan tentang narkoba dam informasi seputar kesetaraan hak laki-laki dan perempuan gender. PIKIR dan PUSPA saling terkait dan membanntu kasus- kasus anak baik laporan kasus yang terlapor di PUSPA maupun di PIKIR. 5 PUSPA Pusat Informasi dan Pengaduan Anak memberikan layanan pendampingan dan perlindungan bagi anak-anak untuk memperoleh akses terhadap keadilan, anak korban trafficking, anak-anak yang menjadi korban kekerasan dan anak yang berkonflik dengan hukum seringkali mendapatkn perlakuan yang sewenang-wenang. PKPA melihat sebuah realita anak-anak dari keluarga miskin seringkali diabaikan hak-haknya untuk mendapatkan rasa keadilan. PUSPA sendiri menyediakan advokasi kebijakan ditingkat lokal dan nasional untuk menjamin terpenuhnya hak-hak sesuai standart hukum internasional HAM karena terfokus pada hukum. Terkait dengan judul penelitian peneliti, peneliti akan ikut dalam kegiatan yang ada di PKPA terkhusus di PUSPA yang memfokuskan pada perlindungan anak korban kekerasan. Universitas Sumatera Utara PKPA memiliki 38 staf dengan 9 staf dan 29 staf tidak tetap yang tersebar di wilayah Medan dan Nias Sumut, Aceh, dan Simelue NAD. Tabel 4 Staf PKPA No. Nama Jabatan 1. Aminah Azis Almh Pendiri PKPA 2. Ahmad Sofian, SH.,MA Pendiri dan Pembina PKPA 3. Emil W. Aulia,SH Pendiri dan Pembina PKPA 4. Fadly Nurzal, S.Ag Pendiri dan Pembina PKPA 5. Erlina S.H Sekretaris 6. Iswan Kaaditya Pengawas 7. Irsan Rangkuti Pengawas 8. Misran Lubis S.Ag Deputi Direktur Bidang Program 9. Sony Sucihati S.E Bendahara dan Deputi Direktur bidang Manajemen 10. Rosmalinda S.H.,LLM Pengurus dan Manajer Program 11. Drs. Sulaiman Zuhdi Manik Pengurus dan Manajer Wilayah Aceh 12. Keumala Dewi S.sos Manajer Wilayah Nias 13. Irwan Hadi S.pd Pengurus dan Koordinator SKA Universitas Sumatera Utara 14. Azmiati Zuliah S.H., M.H Pengurus dan Koordinator PUSPA 15. Andy Ardian S.P Koordinator PIKIR 16. Ramlan S.pd.I Penterjemah 17. Lasto S.T Staf Program Linguistik 18. Eliza Firiany S.pd.I Manajer Kantor 19. Vita Amalia Dalimunthe S.E PersonaliaHRD 20. Ema Gustia S.E Manajer Keuangan 21. Ummi Salamah S.E Kasir 22. Ismail Marzuki S.pd Media OfficerStaff Perpustakaan 23. Wina Mariana Parinduri S.pd., M.pd Staf Pendidikan SKA 24. Suryani Guntari S.H Staf Litigasi PUSPA Adapun salah satu pendiri PKPA, Bapak Ahmad Sodian yang berdomisili di Jakarta tidak menutup kemungkinan beliau tetap berkomunikasi dengan PKPA Medan. Segala kegiatan yang telah dirancang maupun yang akan dilaksanakan akan diberitahu kepada Pak Ahmad Sofian, hubungan baik terjalin antara pendiri, pembina, pengurus, dan staf yang bekerja di PKPA. Profil tiga staf PKPA yang peneliti sertakan. Profil ini peneliti sertakan karena selama di lapangan peneliti banyak mendapatkan data awal dari mereka tetapi data-data lainnya juga didapat dari staf PKPA lainnya. Universitas Sumatera Utara 1. Bang Misran : Seorang Sarjana Agama Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dari UMSU dan semasa kuliah menjadi relawan di Mitra Indonesia. Masuk ke PKPA Januari tahun 2000 yang saat itu membutuhkan satu orang untuk penelitian isu anak dengan banyak tantangan perjalanan di lapangan. Awal masuk di PKPA beliau diberi tantangan untuk menggali informasi pada anak Jermal di Pantai Cermin, kawasan Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Kedatangan Bang Misran sendiri untuk observasi mengikut dengan kapal nelayan dan mengaku seorang pemancing, lalu tantangan keduanya menggali informasi di lokalisasi prostitusi di tengah kota dan Bandar Baru dengan target informan adalah anak. Identitas pun diakui kepada informan anak berumur 14 tahun adalah seorang travelling yang sedang tidak ingin berbuat apa-apa hanya ingin mengobrol membuang suntuk. Dengan tape recorder dibalik jaket Bang Misran menggali informasi tentang perihal anak yang telah menjadi seorang PSK tersebut. Tantangan terakhir Bang Misran adalah bermalam bersama anak-anak nelayan di Belawan. Kemandirian pun diasah sesuai perjalanan menggali isu anak di lapangan hingga memberikan kematangan awal dalam pekerjaan. Sekilas mengenai perjalanan Bang Misran tantangan lainnya masih banyak dihadapi oleh Bang Misran di dalam PKPA. Harapan Bang Misran adalah kepada orang dewasa jangan biarkan mereka atau anak pernah sendiri, jangan melakukan kekerasan tanpa melihat konteks kesalahan anak, dan sebaiknya melakukukan pendekatan komunikatif kepada anak. Universitas Sumatera Utara 2. Kak Emi adalah koordinaor PUSPA PKPA dengan tamatan pendidikan S2 hukum. Ketertarikan Kak Emi masuk ke PKPA karena tertarik dengan dunia anak dan melihat ada beberapa senior Kak Emi yang di PKPA. Setelah masuk ke PKPA isu yang ditangani menarik buat Kak Emi terkait dengan pendidikan sewaktu di bangku perkuliahan hukum dan pada waktu itu juga di Sumatera Utara belum ada lembaga yang terkonsern dengan pendampingan anak secara hukum untuk penanganan kasus-kasus anak. Awalnya Kak Emi berada pada staf advokasi menjelang Kak Emi lulus sekolah pendidikan advokat. Kegiatan yang dilakukan Kak Emi memberikan pendampingan kepada korban, melakukan penjemputan dan pemulangan korban. Suka duka banyak dirasakan oleh Kak Emi selama bekerja di PKPA. Sukanya di PKPA adalah adanya rasa kekeluargaan dalam PKPA. PKPA mempunyai empati yang kuat dalam persoalan-persoalan internal yang dihadapi staf dan anak-anak dampingan. Sampai saat ini anak-anak dampingan menganggap PKPA adalah sebuah keluarga, sukacita lainnya yang dirasakan adalah dikenal banyak orang, dan mengikuti pelatihan-pelatihan diluar kota dengan bebas biaya dari lembaga. Sedangkan duka yang pernah dirasakan di saat persoalan tidak berjalan baik ada rasa kekecewaan, intimidasi yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak senang dengan apa yang dilakukan, menyita waktu yang cukup panjang saat proses kasus, dan beratnya tantangan saat berada di lapangan. Dibalik suka duka yang pernah dirasakan Kak Emi mengharapkan kepada pemerintah untuk mengurangi angka kekerasan di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Pemerintah dapat melahirkan satu kebijakan yang lebih baik dalam hal isu anak, memprioritaskan dana-dana yang memang disalurkan untuk anak-anak agar dilakukan dengan baik, meninjau kembali setiap peraturan-peraturan yang dibuat oleh daerah maupun pemerintah itu tidak mengecilkan angka anak jalanan sesuai dengan Pasal 34 UUD 1945 dan kepada anak yang tidak mampu agar mendampingan layanan dan dampingan dari pemerintah. 3. Kak Wiwik adalah Seorang Sarjana Hukum dari USU yang tamat 3 tahun 8 bulan pada tahun 2004. Dua bulan sebelum tamat kuliah telah menjadi volunter di PKPA. Alasan awal advokat anak ini bergabung di PKPA karena ketertarikannya ingin bersetuhan dengan masyarakat dan bermanfaat bagi masyarakat. Awalnya yang menjadi target advokat muda ini adalah masyarakat. Anak merupakan proses pembelajaran di PKPA. Suka duka banyak dirasakan Kak Wiwik di PKPA selama hampir 10 tahun berkarir di PKPA. Suka yang didapat adalah kenal dengan banyak orang, mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi orang lain, punya kekuatan untuk menghadapi masalah-masalah tersebut lalu dihargai orang. Dukanya adalah kadang waktunya tidak tentu saat harus berjumpa korban maupun di pengadilan dan kadang harus meninggalkan anak. Kak Wiwik saat ini non aktif dari kegiatan PKPA karena sedang memfokuskan kepada karir barunya menjadi seorang caleg akan tetapi Kak Wiwik akan selalu menyempatkan waktu menjadi seorang advokat anak di saat PKPA membutuhkan jasanya. Kak Wiwik juga Universitas Sumatera Utara memberikan saran kepada PKPA untuk lebih adil kepada setiap anak dalam berbagai isu anak yang terjadi. Beberapa lembaga dan komisi yang menaungi berbagai macam kasus yang dialami anak di Kota Medan. Tabel 5 Lembaga Anak di Kota Medan No. Nama Lembaga Alamat 1. PKPA Pusat Kajian Perlindungan Anak Jln Abdulah Hakim No.5A Tanjung Sari 2. Yayasan Pusaka Indonesia Jln Kenanga Sari No.20 Tanjung Sari 3. LBH Lembaga Bantuan Hukum Jln Hindu No.12 Kesawan 4. KKSP Pusat Pendidikan dan Informasi anak Jln Stela III No.88 Mdn Tuntungan 5. LBH APIK Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdangangan Orang Jln Sisingamangaraja KM 6 No.17 Simpang Marindal Medan 6. P2TP2A Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Jln P.Diponegoro No.30 Medan 7. KPAID Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah SUMUT Jln Diponegoro No.20 Medan Data ini didapat melalui observasi dan wawancara peneliti kepada Bang Misran Universitas Sumatera Utara Dari beberapa jumlah LSM anak dan komisi anak mempunyai pengertian tersendiri menurut informan peneliti, Bang Misran. LSM berdiri berdasarkan unsur dari kepedulian masyarakat, sedangkan komisi berdiri berdasarkan wewenang pemerintah seperti KPAID. PKPA menjalin kemitraan dengan KKSP dan Yayasan Pusaka dalam melakukan sebuah kegiatan atau aktivitas seperti : kegiatan forum anak dengan memfasilitasi kegiatannya, penanganan kasus anak bermitra dengan KKSP dan Yayasan Pusaka Indonesia, merumuskan kebijakan anak terkait perlindungan anak daerah maupun nasional. Kemitraan ini terjalin tatkala Yayasan Pusaka menjadi pendamping anak baik anak sebagai korban maupun pelaku dan PUSPA PKPA sebagai advokat si anak. Jika kasus anak mencakup luas maka BAPAS Balai Pemasyarakatan akan ambil bagian sebagai pengawas dan pendamping dalam proses pengadilan.

2.6 Kebijakkan PKPA dan PUSPA PKPA

Dokumen yang terkait

Pengalaman Remaja Putri Korban Kekerasan Seksual di Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Medan

1 71 125

Preferensi Penghuni dalam Memilih Rumah Tinggal (Studi Kasus: Komplek Perumahan Cemara Asri)

12 84 100

Pengaruh Iklan Televisi Terhadap Perilaku Rumah Tangga Dalam Penggunaan Monosodium Glutamat di Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan Tahun 2002

1 39 72

Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Mewujudkan Program Medan Green and Clean (MdGC) Melalui Pengelolaan Bank Sampah di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2012

4 108 164

Tinjauan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Putusan Pengadilan Negeri Medan No.1345/Pid. B/2010/PN/Medan)

0 66 146

Faktor-faktor Penyebab Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Dampaknya Terhadap Korban” (Studi Kasus Pada 3 Orang Korban KDRT yang Ditangani oleh Yayasan Pusaka Indonesia dan PKPA).

6 93 106

Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan

10 114 91

Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan

0 35 85

Penelantaran Istri Oleh Suami Sebagai Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dan Penerapan Hukumnya (Studi Kasus No: 378/Pid.B/2007/PN-Medan) dan (STUDI KASUS No: 1921/Pid.B/2005/PN-Medan)

1 44 93

Pengalaman Remaja Putri Korban Kekerasan Seksual di Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Medan

0 0 23