Kekerasan fisik Bentuk dan Kriteria Kekerasan yang Dirasakan Anak

3.3.1 Kekerasan fisik

kekerasan fisik dirasakan oleh semua anak di dunia. Baik kekerasan untuk teguran maupun kekerasan yang menyisakan anak sebagai korban amarah orang tua mapun orang dewasa dalam lingkup rumah tangga. Kekerasan fisik merupakan tindakan orang tua atau orang dewasa yang menyebabkan anak terluka, sakit secara fisik dengan memukul, menendang, mencambuk, menjewer, menelantarkan, menghardik, memaki, pencabulan, pemerkosaan, dan lain-lain. Kekerasan fisik ini dapat menyebabkan luka pada tubuh anak berupa memar atau lecet yang dapat membekas. Biasanya anak mendapatkan pukulan, cubitan, maupun bentuk penyiksaan lainnya di daerah mulut, pipi, telinga, kaki, perut, dan bokong. Kekerasan fisik ini pun mempunyai jenisnya antara lain berupa: a. Pemukulan adalah: Suatu perbuatan menggunakan tangan atau benda keras yang ditujukan kepada bagian tubuh anak dan dapat melukai anak. b. Penyiksaan adalah: Perbuatan keji yang dapat menimbulkan luka dan trauma pada anak, biasanya ini dapat terjadi berulang-ulang kepada anak. c. Penelantaran anak: Dimana orang tua maupun pengasuh pengganti anak tidak bertanggung jawab untuk menghidupi dan membiayai anak. d. Mencubit: Perbuatan yang dilakukan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Biasanya perbuatan ini dapat meninggalkan bekas biru-biru pada tubuh anak. Universitas Sumatera Utara e. Menjewer : Perbuatan seperti ini dilakukan pada tubuh bagian telinga dengan ibu jari dan telunjuk, dikatakan sebagai kekerasan fisik bila menyebabkan memar atau meninggalkan luka . 3.3.2 Kekerasan Non Fisik Kekerasan seperti ini hampir semua dirasakan anak semasa kecilnya. Sering kali tanpa sadar dan tidak dapat mengontrol emosi orangtua memberi umpatan atau cacian kepada anak. Seperti “tolol sekali kau ini” atau “dasar anak tidak tau diuntung” kata-kata kasar seperti ini maupun kata-kata kasar lainnya yang secara sengaja ataupun tidak sengaja dilontarkan dapat membuat anak membenci dirinya maupun orangtuanya, saudara, maupun keluarganya. Anak mempunyai sisi sensisitf soal perlakuan seperti ini. Kekerasan non fisik dapat diartikan sebagai tindakan melukai psikis, seperti tidak memberi pujian ketika anak berprestasi, meledek, menghina jika tidak berhasil, menjauhkan diri dari pergaulan sesama, memberi target muluk-muluk seperti harus menjadi anak baik, rajin, manis, serta sejumlah statmen tanpa mempertimbangkan bakat anak menyebabkan anak minder, tidak pede, dan merasa terkucil. Sering kali orang tua maupun yang berdiam dalam 1 rumah tangga tersebut menyepelekan persoalan hati si anak. Mereka menganggap kata-kata kasar yang baru saja dilontarkan mereka kepada si anak dapat hilang begitu saja dari pikiran anak tanpa memikirkan dampak buruk bagi kejiwaan si anak. Kriteria dari kekerasan psikis ini antara lain : Universitas Sumatera Utara a. Menghina : Mengejek dengan tujuan menghancurkan reputasi, martabat dan merendahkan orang lain. b. Cacian : Berprilaku kasar dengan cara berbicara tidak sopan dan kasar tanpa memikirkan perasaan lain, ini biasanya memperburuk keadaaan si anak. c. Omelan : Hal ini sifatnya hampir sama seperti cacian tapi bersifat sebentar, biasanya orang tua akan marah kepada anak jika si anak melakukan kesalahan tetapi kata-kata yang dilontarkan bersifat kasar dan kalimatnya panjang. d. Ingkar Janji: Hal ini bersifat memberikan janji muluk-muluk kepada anak agar si anak dapat melakukan sesuatu dengan baik atau untuk meredakan suasana. Ini membuat anak terus berharap dan akhirnya berhenti berharap, karena janji tidak pernah ditepati membuat si anak menjadi malas untuk mengiyakan segala ucapan orang tua. e. Sindiran : Ini sering sekali terjadi jika anak melakukan kesalahan atau menjadi aib dalam keluarga. Sehingga keluarlah kata-kata yang melukai hati si korban, membuat korban menjadi malu, dan merasa terlalu rendah. f. Ancaman : Setiap perbuatan secara melawan hukum berupa ucapan, tulisan, gambar, simbol, gerakan tubuh, baik dengan atau tanpa menggunakan sarana yang menimbulkan rasa takut atau mengekang kebebasan hakiki seseorang. Universitas Sumatera Utara

3.3.3. Kekerasan Seksual

Dokumen yang terkait

Pengalaman Remaja Putri Korban Kekerasan Seksual di Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Medan

1 71 125

Preferensi Penghuni dalam Memilih Rumah Tinggal (Studi Kasus: Komplek Perumahan Cemara Asri)

12 84 100

Pengaruh Iklan Televisi Terhadap Perilaku Rumah Tangga Dalam Penggunaan Monosodium Glutamat di Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan Tahun 2002

1 39 72

Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Mewujudkan Program Medan Green and Clean (MdGC) Melalui Pengelolaan Bank Sampah di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2012

4 108 164

Tinjauan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Putusan Pengadilan Negeri Medan No.1345/Pid. B/2010/PN/Medan)

0 66 146

Faktor-faktor Penyebab Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Dampaknya Terhadap Korban” (Studi Kasus Pada 3 Orang Korban KDRT yang Ditangani oleh Yayasan Pusaka Indonesia dan PKPA).

6 93 106

Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan

10 114 91

Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan

0 35 85

Penelantaran Istri Oleh Suami Sebagai Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dan Penerapan Hukumnya (Studi Kasus No: 378/Pid.B/2007/PN-Medan) dan (STUDI KASUS No: 1921/Pid.B/2005/PN-Medan)

1 44 93

Pengalaman Remaja Putri Korban Kekerasan Seksual di Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Medan

0 0 23