anak yang harus dilindungi untuk bisa terus sekolah, untuk itulah Kak Wiwik segera mempelajari kasus Aditya agar Kak Wiwik sebagai pengacara anak PKPA
dapat memberi pembelaan yang maksimal. Kekerasan domestik atau kekerasan yang terjadi dalam lingkungan
keluarga menduduki posisi terbesar dalam kasus kekerasan yang menimpa anak- anak usia 3-6 tahun. Sebanyak 80 kekerasan yang menimpa anak-anak
dilakukan oleh keluarga, 10 terjadi pada lingkungan pendidikan, dan 10 dilakukan oleh orang yang tak dikenal
35
. Anak yang hidup dalam keluarga miskin sering merasakan kekerasan seperti cubitan dan omelan dari orangtua, mereka
dianggap sebagai beban hidup dalam perekonomian mereka. PKPA masih bertahan dan berkarya sampai saat ini karena masalah anak
yang terjadi baik anak dalam lingkup keluarga dan sektor-sektor pekerja anak belum dapat diselesaikan dengan baik. Anak membutuhkan sebuah wadah
pengaduan dan perlindungan hukum di negaranya untuk itu PKPA hadir dan menjadikan dirinya wadah yang diperlukan anak-anak Kota Medan dan Indonesia.
Selain karena hal tersebut, PKPA juga dapat terus bertahan dan berkarya kepada anak disebabkan lembaga-lembaga kerja sama masih ingin menjalin kerja sama
dan berkontribusi dengan PKPA baik dalam penyaluran dana, kegiatan-kegiatan, dan hubungan kemitraan.
2.2 Berdirinya Lembaga Perlindungan Anak di Indonesia
Sebuah lembaga perlindungan anak lahir karena respon atas ketidakberesan dari masalah sosial kehidupan. Sebuah lembaga anak berdiri
sebagai bentuk agen-agen perpanjangan tangan untuk kepentingan tertentu
35
Surat Kabar Harian Analisa, Kamis 23 Mei 2002
Universitas Sumatera Utara
melindungi anak jalanan, kekerasan, pekerja anak, dan masalah anak lainnya. Lembaga perlindungan anak atau LSM Lembaga Swadaya Masyarakat atau
sering disebut NGO lahir bukan atas kehendaknya sendiri, tetapi atas gagasan dan upaya pihak lain yang terkait dengan kepentingan di sebuah negara. Istilah LSM
mulai muncul dan mendapatkan legalitasnya melalui undang-undang pokok pengelolaan lingkungan hidup No.4 Tahun 1982 Pasal 19 yang menyebutkan
bahwa organisasi-organisasi yang lahir dan tumbuh berdasarkan prakarsa masyarakat tumbuh terlibat dalam pengelolaan lingkungan hidup dengan lembaga
swadaya masyarakat LSM
36
. Undang-undang yang mengatakan tentang LSM ini menjadi payung
hukum bagi organisasi-organisasi sosial dengan menafsirkan secara luas pengertian lingkungann hidup yang tidak saja berarti fisik, biologi, maupun
kimiawi pembentuk kehidupan, tetapi diartikan juga sebagai lingkungan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Kiprah LSM dalam memperjuangkam kepentingan
rakyat sembari mengkritik kebijakkan pemerintah dilakukan dengan mendukung isu-isu universal seperti: demokratisasi, perlindungan hak asasi manusia,
kesetaraan gender, supremasi hukum, dan pelestarian lingkungan hidup. Kesenjangan ekonomi dan sosial yang terjadi menimbulkan keprtihatinan
dari segenap masyarakat untuk membangun sebuah wadah yang berbadan hukum untuk memberi perlindungan dan pendampingan bagi setiap anak. Dengan kondisi
anak yang sangat memperhatikan di Indonesia berdirilah lembaga-lembaga perlindungan anak. Adapun lembaga dan yayasan di Indonesia yang melakukan
tujuan untuk melindungi anak seperti YKAI, LPA, Yayasan Pusaka Indonesia,
36
Kata dan Luka Kebudayaan Isu-isu Gerakan Kebudayaan dan Pengetahuan Kontemporer Ed. Teuku Kemal Fasyah, dkk. 2006. Usu Press, Medan.
Universitas Sumatera Utara
PKPA, KPAID untuk daerah, LAAI, dan lainnya. Lembaga-lembaga anak terbentuk didasarkan untuk memberikan kebebasan kepada anak untuk
memperoleh hak asasi secara penuh, menjauhkan anak dari diskriminasi, ekspolotasi, penelantaran, penyiksaan, pembunuhan, pemerkosaan, dan segala
perlakuan salah yang dapat membahayakan anak.
2.3 Sejarah Berdirinya PKPA