3.6.2 Kasus Pencabulan
Kasus Ranjani yang menjadi korban pencabulan sepupu dan harus menanggung aib menggerakkan hati PKPA untuk melindungi dan mendampingi
Ranjani. PKPA mendampingi Ranjani dari bulan Januari 2013 sampai sekarang sejak kasus Ranjani masuk ke PKPA. PUSPA PKPA mulai melakukan
pendampingan tahap kunjungan kerumah Ranjani korban pencabulan yang beralamat di Polonia. Investigasi berupa wawancara dengan korban dan orangtua
korban dilakukan oleh PUSPA PKPA. Pendampingan pada setiap sidang Ranjani diikuti oleh Kak Emi sebagai advokat, tak kala di waktu Kak Emi sibuk Kak
Wiwik menggantikan posisi Kak Emi sebagai advokat dari PKPA dalam sidang Ranjani. Kasus pencabulan yang dapat meninggalkan trauma dan terus membekas
pada diri Ranjani mendapatkan bantuan psikologi dari PKPA. Walaupun kasus ini telah selesai dan menjatuhkan hukuman pidana kepada Hendro sebagai pelaku
selama 4 tahun sesuai dengan UU 23 Tahun 2002 dan UU Komisi Perlindungan Anak Pasal 81, dimana pelaku mendapatkan tahanan paling lama 15 tahun dan
paling cepat 3 tahun dengan denda tiga ratus juta rupiah. Ranjani begitulah panggilannya, seorang siswi kelas tiga SMP 15 tahun
yang beralamat di Jalan Mawar, Polonia Medan mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Kasus yang tergolong kedalam kasus pencabulan ini sudah
terlapor dari Desember 2012 diPengadilan Negeri Medan melalui pengaduan keluarga Ranjani di kepolisian. Peneliti mengikuti kasus ini saat telah sidang ke 6
kalinya April 2013, dimana ibu korban yang saat itu datang tanpa ditemani Ranjani karena sakit. Peneliti yang tidak tahu keseluruhan kasus bertanya dengan
ibu korban Melwa, 32 Tahun saat sidang telah usai di luar kantor pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
Sebelumnya peneliti sudah mengobrol dengan ibu Ranjani, saat ibu Ranjani yang memilih pulang ketimbang mengobrol dulu dengan PKPA di pengadilan peneliti
pamit kepada Kak Emi yang saat itu menjadi advokatnya. Ranjani saat ini telah berhenti sekolah karena malu kepada teman-temannya. Pelaku yang adalah
sepupu Ranjani sekarang telah mendekap di penjara. Pelaku sendiri telah mempunyai isteri dan anak tetapi rayuan cinta membuat Ranjani menerima
Hendro yang adalah pelaku menjadi pacarnya. Ibu Ranjani telah melarang putri satu-satunya ini mendekati Hendro, tidak
mendengar nasihat dan peringatan dari sang ibu, Ranjani kembali merelakan tubuhnya kepada Hendro dan tidak pulang satu malam karena diancam Hendro.
Gelisah anak tidak pulang, ibu Ranjani menanyakan kepada teman Ranjani kemana Ranjani selesai pesta ulang tahun temannya. Teman Ranjani tidak mau
memberitahukan kemana Ranjani selesai pesta ulang tahun. Ibu Ranjani histeris mendengar pengakuan dari Ranjani saat dilihat anak perempuan satu-satunya
duduk di teras rumah dengan kumal dan memaksa Ranjani untuk jujur-sejujurnya kepada orang tuanya. Ranjani memberi pengakuan bahwa ia telah menjalin
hubungan selama empat bulan dengan Hendro sampai melakukan hubungan seks karena diancam Hnedro. Kecewa, marah, dan kesal kepada pelaku dan anak
perempuanya ibu Ranjani langsung melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian dan PKPA.
Saat peneliti mendengarkan cerita ibu Ranjani betapa emosi beliau melihat Hendro dan keluarganya di pengadilan.
“Anjing memang laki-laki itu dek, dirusaknya anak ibu. Anak ibu cuma satu perempuan tapi tega si Anjing itu merusak, padahal
sudah beristiri dia dek. Sudah pernah ibu bilang sama Ranjani jangan dekat-dekat kau sama Hendro udah punya isteri dia, baru
Universitas Sumatera Utara
keluar dari penjara karena merampok. Tetap ibu lihat si Ranjani dekat sama Hendro. Curigalah ibu. Ibu taunya si Ranjani udah
diapa-apain dengan Hendro waktu si Ranjani nggak pulang satu malam dari pesta ulang tahun temannya. Ibu paksa dia
ngomong, itulah baru ibu tau dari bulan empat sudah ditidurin si Hendro si Ranjani. Sakit dak hati ibu anak ibu dibuat kayak
gitu”
. Akibat perbuatan Hendro, Ranjani tidak mau sekolah karena malu dan
trauma atas kejadian yang menimpanya. Ayah dan Ibu Ranjani masih melajutkan sidang ini sampai pengadilan menjatuhkan hukuman yang setimpal untuk pelaku.
Peneliti juga pernah berjumpa dengan Ibu dan Ayah Ranjani saat di PKPA untuk melanjutkan sidang terakhirnyanya sidang putusan hakim. Untuk Ranjani sendiri,
PKPA memberikan solusi agar Ranjani memilik keterampilan dan kegiatan sehari-hari walaupun tidak sekolah, dengan pertimbangan PUSPA dan keluarga,
Ranjani dimasukkan kedalam Salon dekat rumah untuk mempermudah pemantauan Ranjani takut keluarga pelaku menyimpan dendam kepada Ranjani.
3.6.3 Kasus Pencabulan