Tabel 13. Nilai Elastisitas Model Cobb-Douglas
Variabel Elastisitas
Jumlah Kincir X
1
0,16897 Luas Lahan X
2
0,40593 Tenaga Kerja X
3
0,10347 Sumber : Data Primer diolah, 2013
Jumlah kincir merupakan faktor produksi yang memiliki dugaan nilai elastisitas sebesar 0,169 yang artinya jika jumlah kincir meningkat sebesar satu
persen dengan asumsi faktor produksi lain tetap ceteris paribus, maka output produksi akan meningkat sebesar 0,169 persen. Pengaruh jumlah kincir yang
cukup kecil terhadap output produksi garam diduga karena keterbatasan modal yang membuat petambak tidak meningkatkan jumlah kincir, sehingga kurang
pengoptimalan produksi yang dihasilkan. Luas lahan merupakan faktor produksi yang mempunyai dugaan nilai
elastisitas terbesar, yaitu 0,406 yang artinya jika areal lahan diperluas sebesar satu persen dengan asumsi faktor produksi lain tetap ceteris paribus, maka output
produksi garam akan meningkat sebesar 0,406 persen. Pengaruh luas lahan cukup besar dibandingkan faktor lain, dikarenakan faktor ini merupakan satu-satunya
wadah yang dijadikan tempat peminihan atau tempat terbentuknya garam. Faktor produksi tenaga kerja mempunyai dugaan nilai elastisitas positif
dan nyata sebesar 0,104.artinya setiap penambahan tenaga kerja sebanyak satu persen,maka akan meningkatkan ouput produksi garam sebesar 0,104.
Penambahan tenaga kerja dapat mengefisienkan waktu dengan cara mempercepat proses mengerik, mencuci, hingga pengangkutan, sehingga akan lebih banyak lagi
waktu yang bisa digunakan untuk melakukan proses produksi garam yang lain.
6.1.4.2.2. Skala Usaha Garam Rakyat
Skala usaha dapat menjelaskan bagaimana suatu kenaikan proporsional dari semua faktor produksi input terhadap output. Penjumlahan dari setiap
koefisien bebas dalam fungsi produski Cobb-Douglas dapat digunakan untuk mengetahui besarnya skal usaha dalam kegiatan produksi. Berdasarkan hasil
estimasi, fungsi produksi garam diperoleh penjumlahan dari ketiga variabel bebas yaitu sebesar 0,67837 Tabel 15. Nilai skala usaha dalam usaha garam rakyat
berada antara 0 dan 1 0 b
1
+ b
2
+ b
3
1 yang menunjukkan bahwa berada dalam kondisi decreasing return to scale. Artinya bahwa peningkatan faktor
produksi secara bersama-sama meningkatankan jumlah produksi yang diperoleh,namun semakin lama peningkatannya semakin berkurang. Pada suatu
tittik tertentu, penggunaan input produksi akan mencapai produksi total yang maksimum, yaitu pada saat PM sama dengan nol. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan faktor produksi usaha garam rakyat sudah optimal.
6.2. Analisis Pendapatan Usaha Garam Rakyat di Desa Santing
Dalam bab ini, jenis petambak dikelompokkan menjadi enam bagian, yaitu terdiri dari petambak dengan status lahan milik sendiri baik yang menggunakan zat
aditif dan tidak menggunakan zat aditif, petambak dengan status lahan milik sewa baik yang menggunakan zat aditif dan tidak menggunakan zat aditif, dan
petambak dengan status lahan bagi hasil, baik yang menggunakan zat aditif dan tidak menggunakan zat aditif. Pengelompokkan juga dilakukan dengan
membedakan status lahan dikarenakan memiliki unsur biaya lahan yang berbeda nilainya. Dalam analisis ini, pembahasan dibagi menjadi empat tahap, yaitu
analisis penerimaan usaha garam rakyat, analisis biaya usaha garam rakyat, analisis pendapatan usaha garam rakyat, dan analisis profitabilitas dari usaha
garam rakyat. Data yang digunakan adalah data yang diberikan petambak pada musim tanam di bulan Juli – November 2011.
Dalam hal ini, zat aditif merupakan suatu teknologi yang disebut-sebut mampu memperbaiki kualitas dan meningkatkan kuantitas usaha garam rakyat
khususnya di wilayah Kabupaten Indramayu selaku sentra penggaraman di Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan untuk dapat membuktikan suatu hipotesis yang
menyebutkan bahwa zat aditif mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas garam, sehingga akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh petambak garam.