Penerimaan Usaha Garam Rakyat

Zat aditif merupakan pemberianhibah dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu melalui program BLM Bantuan Langsung Masyarakat. Program ini merupakan bagian dari program PUGAR dari Kementrian Kelautan dan Perikanan RI yang diusung sebagai langkah awal melakukan swasembada garam nasional pada tahun 2015. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat PUGAR merupakan program pemberdayaan yang difokuskan pada kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan bagi petambak garam. Karena sifatnya hibah, artinya petambak tidak mengeluarkan uang tunai secara langsung, maka biaya zat aditif termasuk kedalam biaya diperhitungkan. Biaya tenaga kerja dalam keluarga adalah upah yang seharusnya dibayarkan petambak kepada petambak itu sendiri dan anggota keluarganya yang telah menyelesaikan suatu pekerjaan dalam usaha tambak. Pada kenyataannya upah TKDK tidak dibayarkan petambak kepada TKDK. Petambak pemilik lahan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk sewa lahan karena tanah tersebut adalah miliknya sendiri. Pada petambak penyewa, biaya sewa yang merupakan biaya atas penggunaan lahan merupakan salah satu komponen biaya yang sangat penting dan mempunyai proporsi yang besar atas biaya total. Oleh karena itu, penggunaan lahan oleh pemilik lahan harus dianggap sebagai biaya dan dikategorikan sebagai biaya diperhitungkan. Biaya penyusutan alat menyatakan pengurangan nilai dari alat yang dimiliki petambak karena peralatan tersebut telah digunakan dalam usaha tambak. Nilai ekonomis alat yang dimiliki petambak, dari waktu ke waktu mengalami kecenderungan untuk turun. Meskipun tidak dikeluarkan secara nyata, biaya penyusutan peralatan perlu dimasukkan sebagai salah satu komponen dari biaya.

6.2.2.1. Biaya Usaha Garam Rakyat pada Status Lahan Milik Sendiri

Biaya dibayarkan tunai pada status lahan milik sendiri terdiri dari biaya PBB pajak lahan, biaya bambu, biaya ember timba, biaya ember cuci, biaya solar, biaya waring, reparasi alat. dan upah TKLK Tenaga Kerja Luar Keluarga. Biaya diperhitungkan non-tunai pada status lahan milik sendiri terdiri dari biaya sewa lahan, biaya pembelian zat aditif, upah TKDK Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan penyusutan alat. Dari hasil yang ditunjukkan pada Tabel 17, biaya tunai dan biaya total dari petambak yang menggunakan zat aditif lebih besardibandingkan dengan biaya tunai dan total dari petambak yang tidak menggunakan zat aditif. Besarnya biaya tersebut didukung oleh status lahan milik sendiri, sehingga petani mampu membayar upah tenaga kerja karena alokasi biaya lahan rendah. Pada biaya diperhitungkan juga dimasukkan unsur biaya zat aditif, meskipun petambak yang menggunakan zat aditif tidak mengeluarkan uang tunai untuk biaya tersebut, namun harus tetap diperhitungkan ke dalam unsur biaya usaha garam rakyat. Tabel 17. Biaya Usaha Garam Rakyat pada Status Lahan Milik Sendiri Per-hektar di Desa Santing, Tahun 2011 Pengeluaran Usahatani Petani yang Menggunakan Zat Aditif Petani yang Tidak Menggunakan Zat Aditif Nilai Rp Persentase Nilai Rp Persentase Biaya Tunai 1. Pajak Lahan 50.937,50 0,23 52.000,00 0,29 2. Bambu 64.270,83 0,29 55.214,29 0,31 3. Ember Timba 92.291,67 0,42 87.047,62 0,49 4. Ember Cuci 27.083,33 0,12 22.523,81 0,13 5. Solar 121.875,00 0,55 110.119,05 0,62 6. Waring 53.104,17 0,24 50.947,62 0,29 7. TKLK 8.445.312,50 38,17 6.787.268,52 38,11 8. Reparasi Alat 127.187f,50 0,57 26.000,00 0,15 Total Biaya Tunai 8.982.062,50 40,59 7.191.120,90 40,38 Biaya Diperhitungkan 1. Sewa Lahan 1.568.750,00 7,09 1.580.000,00 8,87 2. Zat Aditif 719.140,63 3,25 0,00 3. TKDK 8.953.125,00 40,46 7.135.069,44 40,06 4. Penyusutan Alat 1.903.212,70 8,60 1.903.212,70 10,69 Total Biaya Diperhitungkan 13.144.228,32 59,41 10.618.282,14 59,62 TOTAL BIAYA 22.126.290,82 100,00 17.809.403,04 100,00 Sumber : data primerdiolah, 2013 a. Petambak yang Menggunakan Zat Aditif Pada Tabel 17 diperlihatkan bahwa biaya tunai terbesar pada usaha garam rakyat di Desa Santing ada pada upah tenaga kerja luar keluarga yaitu mencapai prosentase 38.17 dari total biaya keseluruhan, sedangkan biaya diperhitungkan terbesar ada pada upah tenaga kerja dalam keluarga, yaitu sebesar 40.46 dari total biaya keseluruhan. Zat aditif termasuk kedalam biaya diperhitungkan, dan nilainya tidak besar yaitu 3.25. Produksi garam di Indonesia masih sangat tradisional, karena hanya mengandalkan proses alam dengan bantuan penuh dari sumber daya manusia, sehingga biaya terbesar yang dikeluarkannya dalam satu masa tanam ada pada upah tenaga kerja. b. Petambak yang Tidak Menggunakan Zat Aditif Biaya tunai yang paling besar pada usaha garam rakyat di Desa Santing adalah upah tenaga kerja luar keluarga yaitu mencapai 38.11 dari total biaya keseluruhan, sedangkan biaya diperhitungkan terbesar ada pada upah tenaga kerja dalam keluarga, yaitu sebesar 40.06 dari total biaya keseluruhan. Sama halnya dengan petambak garam yang menggunakan zat aditif, petambak garam yang tidak menggunakan zat aditif pun memiliki nilai biaya upah yang cukup tinggi dari total biaya usaha garam rakyat dengan status lahan milik sendiri.

6.2.2.2. Biaya Usaha Garam Rakyat pada Status Lahan Milik Sewa

Biaya dibayarkan tunai pada status lahan milik sewa terdiri dari biaya sewa lahan, biaya bambu, biaya ember timba, biaya ember cuci, biaya solar, biaya waring, reparasi alat. dan upah TKLK Tenaga Kerja Luar Keluarga. Biaya diperhitungkan non-tunai pada status lahan milik sendiri terdiri dari PBB pajak lahan, biaya pembelian zat aditif, upah TKDK Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan penyusutan alat. Tabel 18. Biaya Usaha Garam Rakyat pada Status Lahan Milik Sewa Per-hektar di Desa Santing, Tahun 2011