Perumusan Masalah Analisis Pendapatan Usaha Garam Rakyat Berdasarkan Status Lahan dan Penggunaan Zat Aditif (Studi Kasus: Desa Santing, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)

2. Bagaimana pengaruh penggunaan zat aditif dan status penguasaan lahan terhadap pendapatan usaha garam rakyat di Desa Santing?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi garam di Desa Santing. 2. Menganalisis pengaruh pemberian zat aditif dan status penguasaan lahan terhadap pendapatan petambak garam di Desa Santing.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai : 1. Petambak, sebagai informasi bahwa belanja daerah di sektor pertanian dapat menjadi insentif dan memberikan berkontribusi dalam pembangunan daerah. 2. Pemerintah, sebagai salah satu bahan masukan bagi para pembuat kebijakan dan para pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan mengenai perbaikan produksi gatam dan peningkatan kesejahteraan petambak garam, khususnya dalam mewujudkan Program Swasembada Garam Nasional. 3. Masyarakat, sebagai informasi bahwa proporsi belanja daerah di sektor 4. Akademisi, khususnya untuk penelitian mengenai analisis pendapatan dan profitabilitas usaha garam rakyat menurut status penguasaan lahan dan penggunaan zat aditif agar dapat dievaluasi guna perumusan kebijakan selanjutnya di masa mendatang dan sebagai bahan pustaka yang berkaitan dengan usaha garam rakyat yang berkelanjutan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan kebijakan harga dasar garam rakyat yang ditetapkan pada tahun 2011. Lokasi pengambilan data primer dilakukan di Desa Santing, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Data produksi garam rakyat yang digunakan adalah data produksi tahun 2011. Produksi garam hanya dilakukan mulai bulan Juli hingga bulan November. Penelitian ini akan menilai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi garam serta dampak apa saja yang diakibatkan dari penggunaan zat aditif terhadap pendapatan petambak di Desa Santing. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Garam

Garam natrium klorida NaCl adalah elektrolit ekstra seluler dasar yan penting bagi keberlangsungan dan perkembangbiakan makhluk hidup Korovessis dan Lekkas 2000. Garam merupakan salah satu mineral terbaik di dunia dan substansi kimia yang berhubungan erat dengan sejarah peradaban manusia. Garam diproduksi menggunakan evaporasi tenaga surya sejak awal mula peradaban manusia. Kehidupan dimulai dari laut dimana organisme monoseluler mulai diciptakan. Garam rakyat Indonesia sebagian besar masih diolah dengan cara tradisional, yaitu dengan menimba, mengaliri dan memasukkan air laut ke dalam lahan-lahan yang sudah disiapkan diatas tanah. Garam rakyat atau garam krosok merupakan sebutan bagi garam yang diproduksi oleh masyarakat diatas lahan milik pribadi atau milik orang lain. Garam rakyat nantinya akan menjadi bahan baku pembuatan garam konsumsi ataupun garam industri. Masa produksi garam hanya dapat dilakukan pada saat musim kemarau yaitu sekitar 4-6 bulan dari bulan Juni hingga bulan November. Proses produksi garam sangat bergantung pada faktor cuaca. Garam diproduksi dengan cara menguapkan air laut yang dipompa di lahan pegaraman. Kondisi cuaca menjadi salah satu penentu keberhasilan target produksi garam Mahdi, 2009. Evaporasi air garam dapat tercapai jika didukung oleh radiasi surya serta bantuan rekayasa iklim mikro pada areal pegaraman, khususnya angin, curah hujan, suhu dan kelembaban, serta durasi penyinaran matahari. Proses produksi garam memerlukan cuaca yang kering dengan laju evaporasi tinggi. Curah hujan menjadi faktor pengurang evaporasi yang memberikan efek negatif pada proses pembuatan garam Zhiling et al, 2009. Indonesia hanya dapat memproduksi garam pada musim kemarau, yakni ketika curah hujan di Indonesia relatif sedikit, sedangkan di negara-negara subtropis dapat memproduksi garam sepanjang tahun karena iklim yang relatif kering sepanjang tahun.

2.2 Zat Aditif

2.2.1 Pengertian Zat Aditif

Produksi garam rakyat di Indonesia saat ini cenderung menghasilkan garam dengan kualitas tiga K3 dengan mutu rendah dari kadar NaCl rendah pula. Dengan demikian diperlukan penambahan zat aditif selama proses pembuatan garam untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi garam. Saat ini telah ditemukan beberapa zat aditif sebagai filter untuk menjadikan garam dari kualitas tiga K3 mnejadi kualitas satu K1. Salah satu dari zat aditif adalah Garam Solusi ramsol. Ramsol adalah bahanformula zat aditif yang berfungsi sebagai pembersih dan pemutih garam NaCl dalam proses produksi garam. Ramsol ditemukan pertama kali oleh Hasan Achmad Sujono, istilah ramsol sendiri merupakan singkatan dari Garam Solusi. Bahan baku ramsol terdiri dari rumput laut, kulit kerang dan zeolit. Pada tanggal 10 Maret 2009 Ramsol telah memperoleh sertifikat Perlindungan Hak Merek dengan Nomor IDM000161720 dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual – Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Ramsol tersebut juga memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI SPPT-SNI sebagai garam konsumsi beryodium dengan SNI No. 01-3556- 2000. Pada tanggal 7 Juni 2010 Ramsol memperoleh sertifikat dai Majelis Ulama Indonesia MUI Propinsi Jawa Barat dengan sertifikat halal No. 01061030100608. Badan Pengawas Obat dan Makanan POM telah mengeluarkan persetujuan pendaftaran produk pangan No. BPOM RI MD 245728001223 tanggal 31 Agustus 2010 Aris, 2011. Produksi Ramsol skala industri Hasan Achmad Sujono melakukan kerjasama dengan Ir. Cholidi selaku Direktur Utama PT. Sumber Alam Niagamas PT. SUN. Perusahaan tersebut bergerak di bidang usaha Industri Pengolahan Mineral Garam Garam Iodium. Balai Besar Industri Agro, Badan Litbang Industri, Kementrian Perindustrian telah melakukan uji laboratorium terhadap Ramsol dan menyatakan bahwa produk tersebut memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia SNI untuk produk garam konsumsi beryodium. Beberapa uji laboratorium yang dilakukan adalah sebagai berikut Aris, 2011 : 1. Sampel garam krosok dengan Ramsol yang diuji oleh Balai Besar Industri Agro, Badan Litbang Industri, Kementrian Perindustrian 8 Januari 2007 2. Sampel garam halus dengan Ramsol yang diuji oleh Balai Besar Industri Agro, Badan Litbang Industri, Kementrian Perindustrian 19 Februari 2007 3. Sampel garam halus beryodium diuji oleh Balai Besar Industri Agro, Badan Litbang Industri, Kementrian Perindustrian 24 Mei 2010. Sampel dinyatakan memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia SNI untuk produk garam konsumsi beryodium. Kementrian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia telah memberikan penghargaan kepada Hasan Achmad Sujono atas inovasi Ramsol sebagai bahan aditif dalam memproduksi garam yang juga dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan manusia. Analisis kelayakan usaha terhadap pemberian Ramsol dalam proses produksi garam yang dilakukan secara tradisional, semi intensif, dan back yard menunjukkan bahwa Ramsol dapat meningkatkan produksi dan kualitas garam yang dihasilkan, sehingga menguntungkan dari segi ekonomis. Dengan demikian Ramsol memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil produksi penggaraman nasional serta meningkatkan pendapatan petambak garam.

2.2.2 Tata Cara Pemakaian Zat Aditif

Menurut Prasetyanto 2011 dalam modul pelatihan garam tingkat dasar menyebutkan tata cara pemakaian ramsol pada masing-masing teknik pembuatan garam baik tradisional, semi intensif, dan back yard adalah sebagai berikut : 1. Siapkan ramsol sebanyak 700 gr yang diaduk dengan air 10 liter hingga merata sampai terlihat keruh keabu-abuan. 2. Taburkan ke meja-meja garam sampai habis yang dimulai dari tiap-tiap meja mengikuti arah angin agar tercampur dengan sendirinya homogen.