nilai X yang tinggi maupun nilai X yang rendah, hal ini dapat dilihat dari plot antara sisaan dengan nilai dugaan telah menunjukan bahwa titik-titik telah
menyebar secara acak dan tidak membentuk pola Iriawan dan Astuti, 2006. Penentuan ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai
probabilitas chi- squared uji White. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai α
yang digunakan maka terima H
0.
Artinya model regresi tersebut homoskedastis. Sebaliknya, jika nilai probabilitas lebih kecil dari nilai α yang digunakan maka
tolak H yang berarti model regresi bersifat heteroskedastis.
c. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu situasi dimana nilai-nilai pengamatan mempunyai hubungan yang kuat sehingga variabel X tertentu tidak begitu
mempengaruhi variabel Y, tetapi justru variabel X tertentu dipengaruhi variabel X Soekartawi, 2003. Untuk mengidentifikasi adanya multikolinearitas dalam
model digunakan nilai VIF Variance Inflation Factor, pengujiannya adalah jika nilai VIF lebih besar dari 10 untuk masing-masing variabel maka terdapat
multikolinearitas Iriawan dan Astuti, 2006. d.
Autokorelasi Autokorelasi merupakan kondisi linier antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang Gujarati, 1993. Masalah autokorelasi ini umumnya terjadi pada data time series, sehingga pada penelitian
tidak dilakukan, karena data yang digunakan adalah cross section.
4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis pendapatan usahatani garam dilakukan dengan cara mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran usahatani. Data pengeluaran dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Kemudian dilakukan perhitungan pendapatan usahatani atas biaya total. Secara sistematis
pendapatan dirumuskan sebagai berikut Soekartawi, 1986 :
П = NP – BT – BD
Dimana : П
= pendapatan Rp NP
= nilai produksi hasil kali jumlah fisik dengan harganya
BT = biaya tunai usahatani
BD = biaya diperhitungkan
NP – BT = pendapatan atas biaya tunai
NP – BT+BD= pendapatan atas biaya total Pendapatan dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya diperhitungkan.
Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar jumlah tunai yang dibutuhkan petambak untuk menjalankan kegiatan usahatani secara bisnis. Biaya
diperhitungkkan digunakan untuk melihat seberapa besar pengeluaran petambak jika penyusutan, sewa lahan dan tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan.
Sedangkan biaya total adalah penggabungan antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya total berguna untuk melihat seberapa besar jumlah
minimum yang dikeluarkan oleh suatu usahatani dari kepemilikan dan pengoperasian sebuah aset tani.
4.4.4. Analisis Profitabilitas
Profitabilitas pada usahatani dapat dilihat dengan menghitung nilai imbangan penerimaan dan biaya RC Ratio atau menghitung efisien atau tidak
usahatani untuk dilakukan. Ratio penerimaan dan biaya menunjukkan besarnya penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang dilakukan dalam suatu usahatani. Nilai
RC ratio tersebut dianalisis dengan maksud untuk melihat nilai keuntungan pada suatu usaha. Semakin besar nilai RC ratio maka akan semakin menguntungkan
usaha tersebut. Secara sistematik RC ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana : R
= Revenue Penerimaan C
= Cost Biaya Q
= Total Produksi kg Pq
= Harga persatuan produk Rp TFC
= Total Fixed Cost Biaya Tetap Total
TVC = Total Variable Cost Biaya Variabel Total Jika nilai RC ratio lebih dari satu berarti usahatani tersebut
menguntungkan, sedangkan jika nilai RC ratio kurang dari satu berarti usahatani garam tidak menguntungkan. Apabila nilai RC ratio sama dengan satu maka
usahatani garam tersebut mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Secara sistematiis RC ratio dapat dituliskan sebagai berikut Soekartawi, 1995.
4.5. Batasan Penelitian
Dalam menganalisis pendapatan usaha garam rakyat serta faktor-faktor yang mempengaruhi produksi garam di lokasi penelitian, variabel-variabel yang
diukurdianalisis adalah : 1. Luas lahan garapan adalah sepetak tahan dimana petambak melakukan
kegiatan penanaman padi dalam satu musim tanam dan diukur dengan satu satuan hektar.
2. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan pada proses persiapan lahan, produksi dan pemanenan garam. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja
dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Seluruh tenaga kerja disetarakan dengan Hari Kerja Pria HKP. Tingkat upah berdasarkan
tingkat upah yang berlaku di lokasi penelitian. 3. Produksi total adalah hasil garam yang didapat dari luas tertentu, diukur
dalam kilogram kg. 4. Biaya total adalah semua jenis pengeluaran dalam usaha garam rakyat baik
berupa tunai maupun tidak tunai diperhitungkan. 5. Zat aditif yang digunakan oleh responden mempunyai merk dagang bernama
garam solusi ramsol. 6. Zat aditif yang digunakan oleh responden dalam penelitian ini merupakan
hibah yang berasal dari program Bantuan Langsung Masyarakat BLM. Program ini merupakan inisiasi Kementrian Kelautan dan Perikanan dan
diberikan melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. 7. Musim garam di lokasi penelitian berlangsung selama lima bulan dan terjadi
hanya satu musim dalam setahun. Hal itu disebabkan karena produksi garam
di Indonesia bergantung dengan sinar matahari, sehingga hanya bisa berproduksi pada musim kemarau saja.
8. Data yang diperoleh merupakan data usaha garam rakyat di Desa Santing
pada satu musim tanam selama bulan Juli hingga November di tahun 2011.
BAB V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Keadaan Umum, Geografi dan Sosial Ekonomi
Penelitian dilaksanakan di Desa Santing, terletak di Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Desa Santing terletak pada ketinggian 0-7 meter diatas
permukaan laut. Secara geografis, Kabupaten Indramayu berada pada posisi 107º 52’ - 108º 36’ BT dan 06º 15’ -06º 40’ LS. Curah hujan rata-rata per bulannya
adalah 200,08 mm dan rata-rata hari hujan per bulannya 3,25 hari. Suhu udara harian berkisar antara 27º - 34º Celsius.
Kawasan pantai terdapat di sepanjang pantai timur dan utara Indramayu termasuk sebagaian Kecamatan Losarang. Jarak tempuh desa ke ibukota
Kecamatan Losarang sejauh 3 km, jarak desa dari ibukota Kabupaten Indramayu dan Provinsi Jawa Barat berturut-turut sejauh 21 km dan 84 km. Desa penelitian
ini berbatasan dengan : a.
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cemara b.
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Muntur c.
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Karang Anyar d.
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muntur Desa Santing memiliki luas wilayah sebesar 1138,2 Ha dengan kemiringan
tanahnya rata-rata 0 – 2 . Lahan-lahan tersebut memiliki peruntukkan yang berbeda-beda, diantaranya terdiri dari lahan sawah teknis, lahan sawah tadah
hujan, lahan pemukiman. Pada Tabel 5 akan dilihat mengenai luas wilayah Desa Santing menurut penggunaannya.
Tabel 5. Luas Wilayah di Desa Santing Menurut Penggunaan, Tahun 2010
No Penggunaan Wilayah
Luas Ha Persen
1 Pemukiman
150 13,18
2 Sawah irigasi
347 30,49
3 Penggaraman
175 15,38
4 Tambakkolam
436 38,31
5 Prasarana umum lain
30,2 2,65
Jumlah 1138,2
100 Sumber: Data Umum Tahun 2011 Kecamatan Losarang, 2011