Profitabilitas Usaha Garam Rakyat

Tabel 25. Profitabilitas Usaha Garam Rakyat Perhektar dengan Status Lahan Bagi Hasil di Desa Santing, Tahun 2011. Uraian Usaha Garam Rakyat Menggunakan Zat Aditif Tidak Menggunakan Zat Aditif Penerimaan RpHa 30.642.857,14 26.750.000,00 Biaya Tunai RpHa 17.386.171,73 18.260.138,89 Biaya Total RpHa 26.099.904,01 28.368.443,18 RC Atas Biaya Tunai RpHa 1,76 1,47 RCAtas Biaya Total RpHa 1,17 0,94 Sumber : Data Primer diolah, 2013

6.2.5. Analisis Pendapatan dan Profitabilitas Usaha Garam Rakyat di Desa

Santing, Tahun 2011 Analisis pendapatan dan profitabilitas pada penelitian ini bertujuan agar dapat mengetahui gambaran suatu usaha garam rakyat di Desa Santing dan sejauh mana tingkat keuntungannya. Selanjutnya analisis ini akan dibagi berdasarkan status penguasaan lahan dan penggunaan zat aditif. Dapat dilihat pada Tabel 26 . 6.2.5.1. Status Penguasaan Lahan Status penguasaan lahan yang ada dalam penelitian ini, terdiri dari : a. Lahan Milik Sendiri Pendapatan tunai adalah hasil yang diperoleh petambak secara langsung setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang sudah dikeluarkan secara tunai untuk usaha garam rakyat. Pendapatan tunai yang diperoleh rata-rata petambak pada status lahan milik sendiri yang sebesar Rp 17.200.595,80. Pendapatan total adalah hasil yang diperoleh petambak baik langsung dan tidak langsung setelah dikurangi dengan biaya baik langsung maupun tidak langsung atas usaha garam rakyat. Pendapatan yang diperoleh rata-rata petambak garam pada status lahan milik sendiri sebesar Rp 5.319.340,57. Nilai RC ratio tunai dan nilai RC ratio total dari petambak pada lahan milik sendiri yaitu sebesar 3,13 dan 1,27. Nilai tersebut mempunyai makna bahwa setiap satu juta rupiah biaya yang dibayarkan petambak, maka petambak garam pada lahan milik sendiri mendapatkan penerimaan tunai dan penerimaan total sebesar Rp3.130.000,00 dan Rp1.270.000,00. Kesimpulannya usaha garam rakyat pada lahan milik sendiri yang ada di Desa Santing dengan status lahan milik sendiri masih menguntungkan b. Lahan Milik Sewa Pendapatan tunai yang diperoleh rata-rata petambak pada status lahan milik sendiri yang menggunakan zat aditif sebesar Rp 14.826.391,37. Pendapatan total yang diperoleh rata-rata petambak garam pada status lahan milik sendiri sebesar Rp 4.334.448,42. Nilai RC ratio tunai dan nilai RC ratio total dari petambak pada lahan milik sewa yaitu sebesar 2,56 dan 1,22. Nilai tersebut mempunyai makna bahwa setiap satu juta rupiah biaya yang dibayarkan petambak, maka petambak garam memperoleh penerimaan tunai dan penerimaan total sebesar Rp2.560.000,00 dan Rp1.220.000,00. Kesimpulannya usaha garam rakyat yang ada di Desa Santing dengan status lahan milik sewa masih menguntungkan, namun masih lebih menguntungkan usaha garam rakyat dengan status lahan milik sendiri. c. Lahan Bagi Hasil Ada yang membedakan dari status lahan bagi hasil, dimana petambak garam harus membagi sepertiga dari hasil produksinya untuk pemilik lahan. Hal tersebut berpengaruh terhadap pendapatan yang diterimanya, dimana biaya bagi hasil memiliki persentase paling tinggi dari biaya total. Pendapatan tunai yang diperoleh petambak garam yang berstatuskan lahan bagi hasil sebesar Rp10.873.273,26, sedangkan pendapatan total yang diterimanya sebesar Rp1.462.254,98. Nilai RC ratio tunai dan nilai RC ratio total dari petambak pada lahan milik sewa yaitu sebesar 1,61 dan 1,05. Nilai tersebut mempunyai makna bahwa setiap satu juta rupiah biaya yang dibayarkan petambak, maka petambak garam memperoleh penerimaan tunai dan penerimaan total sebesar Rp 1.610.000,00 dan Rp1.050.000,00. Kesimpulannya usaha garam rakyat yang ada di Desa Santing dengan status lahan bagi hasil masih menguntungkan, namun masih lebih menguntungkan usaha garam rakyat dengan status lahan milik sendiri.

6.2.5.2. Penggunaan Zat Aditif

Penggunaan zat aditif dilakukan tidak menentu, umumnya mereka menggunakan satu bungkus zat aditif 700 gr untuk satu kali produksi. seperti yang tersaji pada Tabel 26, pendapatan total yang diperoleh semua petambak yang menggunakan zat aditif sebesar Rp6.241.017,21. Nilai tersebut masih lebih besar jika dibandingkan dengan petambak yang tidak menggunakan zat aditif dan hanya memperoleh pendapatan total sebesar Rp1.169.701,43. Nilai Rc ratio total yang diperoleh petambak yang menggunakan zat aditif sebesar 1,27, sedangkan petambak yang tidak menggunakan zat aditif sebesar 1,05. Artinya setiap satu juta rupiah biaya yang dibayarkan petambak, maka petambak garam mendapatkan penerimaan sebesar Rp1.050.000,00. Dari hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa penggunaan zat aditif dirasakan manfaat lebihnya, khususnya dalam peningkatan produksi dan pendapatan. Tabel 26. Pendapatan dan Profitabilitas Usaha Garam Rakyat Perhektar di Desa Santing, Tahun 2011. Sumber : Data Primer diolah, 2013 Uraian Pendapatan Tunai Rp Pendapatan Total Rp RC Tunai RC Total Petambak Lahan Sendiri Menggunakan Zat Aditif 20.252.312,50 7.108.084,18 3,25 1,32 Tidak Menggunakan Zat Aditif 14.148.879,10 3.530.596,96 2,97 1,20 Rata-rata 17.200.595,80 5.319.340,57 3,13 1,27 Petambak Lahan Sewa Menggunakan Zat Aditif 17.414.882,10 7.072.014,32 2,75 1,35 Tidak Menggunakan Zat Aditif 12.237.900,64 1.596.950,52 2,34 1,08 Rata-rata 14.826.391,37 4.334.482,42 2,56 1,22 Petambak Bagi Hasil Menggunakan Zat Aditif 13.256.685,41 4.542.953,13 1,76 1,17 Tidak Menggunakan Zat Aditif 8.489.861,11 1.618.443,18 1,46 0,94 Rata-rata 10.873.273,26 1.462.254,98 1,61 1,05 Rataan Keseluruhan Menggunakan Zat Aditif 16.974.626,67 6.241.017,21 2,40 1,27 Tidak Menggunakan Zat Aditif 11.625.546,95 1.169.701,43 2,01 1,05 Petambak Responden 14.300.086,81 3.705.359,32 2,21 1,17 97

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. Mayoritas petambak garam responden yang menggunakan zat aditif setuju bahwa zat aditif mampu meningkatkan produksi dan kualitas garam yang dihasilkan. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi garam di Desa Santing diantaranya : jumlah kincir X 1 , luas lahan X 2 , tenaga kerja pada saat produksi X 3 , dan zat aditif D. Berdasarkan olahan data, faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 dan positif terhadap produksi garam di Desa Santing adalah jumlah kincir X 1 , luas lahan X 2 , tenaga kerja pada saat produksi X 3 , dan zat aditif D. 2. Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan tunai tertinggi diperoleh petambak lahan milik sendiri serta menggunakan zat aditif sebesar Rp 20.252.312,50, sedangkan pendapatan terendah adalah petambak lahan bagi hasil serta tidak menggunakan zat aditif sebesar Rp 8.489.861,11. Pendapatan total tertinggi diperoleh petambak lahan milik sewa serta menggunakan zat aditif sebesar Rp 7.108.084,18, sedangkan pendapatan total terendah adalah petambak lahan bagi hasil serta tidak menggunakan zat aditif sebesar Rp 1.618.443,18. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa zat aditif mampu meningkatkan pendapatan petambak garam di Desa Santing selama kurang lebih lima bulan satu musim tanam, baik di lahan milik sendiri dan lahan milik sewa. Akan tetapi hal itu tidak akan terjadi pada petambak lahan bagi hasil, karena pada status tersebut petambak harus membayarkan bagi hasil yang cukup besar dari nilai produksi. 3. Nilai RC ratio profitabilitas total untuk petambak lahan milik sendiri, petambak lahan milik sewa, petambak lahan bagi hasil yang menggunakan zat aditif sebesar 1,32; 1,35 dan 1,17; sebaliknya petambak yang tidak menggunakan zat aditif sebesar 1,20; 1,08 dan 0,94. Semua pendapatan