a. Upacara perkawinan
Perkawinan merupakan suatu kebutuhan yang naluriah bagi setiap makhluk yang hidup. Pada dasarnya perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang
akan melahirkan anak buat menyambung keturunan. Karena perkawinan demikian pentingnya dalam kehidupan manusia makan padanya berlaku bermacam- macam
aturan yang kemudian menjadi adat tradisi. Secara umum, upacara perkawinan yang lazim dan berjalan normal di
masyarakat Minangkabau dalam hal ini di Kabupaten Tanah Datar adalah sebagai berikut:
a. Pinang- meminang Sebelum acara pinang meminang biasanya terdapat semacam ritual yang
dikenal sebagai acara perkenalan. Pada umumnya acara perkenalan terjadi pada upacara perkawinan, pada waktu pemuda mengantarkan marapulai calon
pengantin laki- laki ke rumah anak daro calon pengantin perempuan. Pada saat itulah mereka berkenalan. Mereka seolah-olah mengganggu anak daro dengan
kiasan-kiasan kata. Pinang-Meminang biasanya diprakarsai oleh pihak keluarga perempuan
walaupun ada beberapa pengecualian, sebagai contoh di Nagari V Kaum Kabupaten Tanah Datar dimana meminang dilakukan oleh keluarga laki- laki
Depdikbud, 1978. Pada dasarnya peminangan dilakukan dalam 3 tahap yaitu penjajakan, peminangan resmi kemudian batuka tando. Biasanya inisiatif pertama
muncul dari kalangan ibu-bapak. Setelah mereka memiliki calon, maka mulailah tahap penjajakan. Hal ini dilakukan melalui perantara dan pekerjaan ini disebut
manyalisik. Pekerjaan ini dilakukan dengan hati-hati sekali sehingga tidak kentara oleh orang banyak, sehingga apabila lamaran menemukan jalan buntu tidak akan
menimbulkan malu. Penyampaian dapat dilakukan dimana saja, pertemuan dapat berlangsung dimana saja, di jalan, di pematang sawah dan sebagainya. Proses ini
dapat berlangsung berminggu- minggu atau bahkan berbulan-bula n. Peminangan dilakukan oleh keluarga yang paling dekat, baik keluarga calon
anak daro maupun keluarga calon marapulai. Tahapan peminangan berlangsung 2 tahap, yaitu penjajakan secara resmi atau manilangkai dan peresmian peminangan
atau batuka tando bertunangan. Pada tahap pertama keluarga yang akan
meminang mengirim utusan pada keluarga calon menantu untuk membicarakan secara resmi pinangan mereka. Utusan ini terdiri dari beberapa orang, ada yang
terdiri laki- laki saja, laki- laki dan perempuan atau hanya perempuan saja. Bawaan yakni barang-barang yang dibawa waktu meminang bermacam- macam, namun
yang paling penting dan punya arti simbolis adalah sirih secara lengkap yang terdiri dari sirih, kapur sirih, gambir, pinang, tanah napa yang semuanya ditaruh di
atas carano atau baki Gambar 19.
Rombongan peminang disambut di rumah calon menantu oleh anggota keluarga calon menantu, biasanya terdiri dari mamak calon menantu, saudara-
saudaranya dan orang sumando. Di rumah tersebut rombongan disuguhi makan dan minum. Sehabis makan maka mulailah salah seorang dari rombongan yang
pandai berbicara pasambahan menyampaikan maksudnya secara sindiran dengan pantun yang diucapkan secara berirama. Pertemuan ini akan ditutup dengan
peresmian bertunangan yang disebut batuka tando. b. Batuka tando
Sebenarnya batuka tando merupakan pengukuhan perjanjian dengan saling bertukar barang-barang tertentu. Barang tersebut dapat berupa cincin, gelang,
kain, keris, atau tidak sama sekali. Bentuk tando yang bermacam- macam ini memiliki kekuatan adat yang mengikat kedua belah pihak. Tujuannya untuk
menghalangi masing- masing pihak bertindak lain. Andaikata pertunangan itu putus, pihak yang memutuskan akan mengembalikan tando yang diterima dahulu
disertai dengan membayar denda. Kalau ada pihak yang tidak mau membayar denda maka keluarga yang dimungkiri akan mengambil tindakan balasan.
Gambar 19. Peralatan yang digunakan dalam peminangan sebagai tempat meletakkan sirih; baki kiri dan carano kanan
Sumber: Foto koleksi penelitian
Sebelum upacara perkawinan dimulai lebih dahulu diadakan acara pendahuluan. Semua acara ini sangat erat hubungannya dengan upacara
perkawinan walaupun kadang-kadang bukan merupakan bagian pesta sebagai acara puncak.
c. Menentukan hari Salah satu dari yang terpenting adalah musyawarah membicarakan persiapan
perkawinan. Hal ini biasa disebut manduduakkan nan tuo pada masing- masing pihak di rumah keluarga calon marapulai dan anak daro. Pada waktu itu ditanya
persiapan-persiapan yang ada dan yang kurang. Kalau kurang bagaimana mengatasinya dan sebagainya. Biasanya kekurangan biaya diatasi secara bersama-
sama dalam musyawarah ini. Selain itu juga dimusyawarahkan rencana waktu akan dilangsungkan
perkawinan sekalian dengan pestanya. Hal ini biasa disebut dengan menantukan hari menentukan hari. Acara ini sudah tentu disesuaikan dengan rencana
keluarga calon marapulai atau sebaliknya. Penyampaian hasil mufakat dari sebelah pihak dapat dilakukan oleh seorang atau oleh beberapa orang. Biasanya
pesta perkawinan itu dilangsungkan menjelang bulan puasa, pada bulan haji, atau sesudah padi disabit istilahnya padi pulang atau padi aman.
d. Manyiriah Kira-kira 3 hari sebelum upacara puncak perkawinan pesta dilakukan acara
manyiriah atau mengundang orang datang pada kenduri perkawinan. Ini disebut juga mamanggia atau manjapuik. Yang mengundang terdiri dari laki- laki kepada
laki- laki dan perempuan kepada perempuan. Pada waktu mengundang tersebut seorang anak muda dengan memakai pakaian yang bersih dan menyangkutkan
sarung di bahu berjalan keliling kampung dengan menyuguhkan rokok biasanya rokok daun nipah kepada orang-orang yang akan diundang. Adatnya ialah
mengundang ke rumah, bila yang bersangkutan tidak ada di rumah dapat dititipkan pesan sambil meninggalkan sebatang rokok atau sekapur sirih. Yang
perempuan mengundang tamu perempuan dengan membawa sirih dalam uncang tas terbuat dari kain bermanik- manik. Sesampai dirumah, sirih disuguhkan
kepada tuan rumah. Orang yang ditugaskan mengundang biasanya dari keluarga terdekat.
Pelaksanaan perkawinan ditandai dengan adanya nikah dan diiringi dengan baralek pesta
e. Nikah Jikalau bertukar tanda atau persetujuan atas peminangan dapat dianggap
sebagai resminya hubungan antara dua keluarga secara adat, maka nikah atau aqad nikah adalah perjanjian antara seorang lelaki dengan seorang wanita untuk
hidup bersama sesuai dengan ajaran agama Islam. Pernikahan dilakukan pada hari yang dianggap paling baik. Acara pernikahan lazim dilakukan di rumah anak daro.
Namun ada pula yang dilaksanakan di masjid. Jika dilaksanakan di masjid, marapulai dijemput untuk dibawa ke masjid oleh utusan anak daro.
Dalam acara pernikahan, marapulai dan anak daro tidak dihadirkan berhadap- hadapan. Sebab yang mengucapkan akad hanyalah marapulai kepada ayah wali
anak daro. Anak daro hanyalah menyatakan persetujuan kepada saksi yang datang menanyai.
f. Baralek Baralek atau pesta kawin adalah upacara yang dilakukan untuk memeriahkan
perkawinan dan merupakan hari yang paling berkesan dan penting bagi calon mempelai. Lama upacara berlangsung bermacam- macam tergantung dari besarnya
upacara. Ada yang siap dalam satu hari saja, semua aturan adat diperlonggar atau malah ditiadakan. Karena itu sering disebut juga kanduri kenduri artinya
dikendorkan aturan adatnya. Perkawinan yang dilaksanakan amat sederhana atau kecil-kecilan dengan hanya mengundang beberapa tamu saja. Perkawinan
menengah, perkawinan yang dilaksanakan secara sederhana dengan mengundang orang kampung baik dalam sukunya atau tidak. Upacara ini sudah cukup besar,
dengan menyembelih seekor atau beberapa ekor kambing ditambah dengan daging yang dibeli di pasar. Bentuk inilah yang paling sering dilakukan orang. Upacara
menengah disebut simajo lelo. Upacara ini dilakukan oleh orang biasa atau penghulu berlangsung selama 3 hari. Sedangkan pada upacara besar, aturan adat
diikuti secara urut yang berlangsung selama tujuh hari dengan menyembelih kerbau. Biasa dilaksanakan oleh keturunan raja atau sekarang oleh orang-orang
kaya. Upacara yang besar biasa disebut simajo kayo. Berikut akan diuraikan urutan upacara perkawinan baralek menengah yang sering dilakukan
Sumber: Koleksi foto penelitian
Gambar 20. Pakaian adat perkawinan pengantin marapulai dan anak daro di Kecamatan Lintau Buo
g. Upacara babako Pada hari pertama upacara perkawinan didahului dengan upacara babako baik
marapulai maupun anak daro. Upacara ini dilakukan di rumah bako rumah keluarga dari mana ayah marapulaianak daro berasal masing- masing. Pada hari
anak daro atau marapulai dijemput oleh seorang bako mereka untuk dibawa ke rumah bako. Di rumah bako mereka ditunggu seluruh anggota keluarga untuk
diberi pakaian pengantin. Sesudah makan calon pengantin tersebut diberi pakaian pengantin yang akan dibawanya ke rumah istrinya atau untuk menanti calon
suaminya. Pada dasarnya pakaian marapulai terdiri dari sandal jepit dari kulit sebagai
alas kaki, celana dibuat longgar dan dalam dari kain tenunan Pandai Sikek atau Silungkang yang dihiasi dengan benang makao, dan benang emas berwarna
kemerahan atau hitam. Ada juga yang warna celananya hitam. Di samping celana longgar dan dalam, terdapat juga celana sempit dan pendek.
Pada gambar diatas, marapulai memakai pakaian dengan dasar hitam yang dihiasi dengan benang warna emas. Celana sempit yang digunakan dilapisi
sebelah luarnya dengan kain balapak, yaitu sarung dari benang makao berhiaskan emas. Kain ini disebut sesamping. Celana dan sesamping diikatkan ke pinggang
dengan sepotong kain berwarna merah yang disebut cawek ikat pinggang. Pada cawek diselipkan keris pusaka. Di bahu dipakai pula selendang berwarna merah
atau keemasan yang disebut salempang. Untuk menutupi kepala dipakai tutup kepala yang disebut saluak, terbuat dari bahan kain batik atau dari emas.
Anak daro memakai selop sebagai alas kaki. Untuk menutupi badan bagian bawah dipakai sarung yang ditenun dari benang makao berwarna emas. Baju
kurung terbuat dari beludru berwarna hitam yang ditaburi bunga-bunga berwarna emas. Di leher terdapat kalung yang beragam bentuk. Di bahu disandang kain
selendang. Di pergelangan tangan dipakaikan gelang emas besar. Tutup kepala yang digunakan anak daro pada gambar diatas disebut takuluak tanduak. Tutup
kepala dari bahan kain yang dilipat menjulang ke atas seperti tanduk. Di belakang kedua pengantin terdapat pelaminan yang dihiasi dengan pernak-pernik beragam
warnatermasuk langit- langit dan dinding yang diberi tabir. Sesudah diberi pakaian, baik marapulai atau anak daro diarak bersama-sama
ke rumah orangtua mereka kembali. Para pengiring, semuanya dari keluarga bako memakai pakaian yang bagus-bagus. Di samping itu anggota rombongan yang
tua-tua membawa talam dulang berisi beras dan beras pulut yang ditempatkan dalam piring besar. Di atas beras ditempatkan barang bawaan lain untuk
marapulaianak daro seperti bahan pakaian ataupun barang-barang yang akan dibawa sebagai bawaan untuk anak daro oleh marapulai. Rombongan tersebut
diarak dengan bunyi-bunyian, seperti talempong seperti gamelan, gendang, rebana dan kadang-kadang juga mungmung gong dan puput batang padi.
Mendekati rumah marapulaianak daro, rombongan dijemput oleh keluarga ibu mereka dan dibawa naik ke rumah. Sesudah makan- minum, diserahkanlah anak
daromarapulai tersebut kepada orangtua mereka kembali berikut dengan bawaannya. Beberapa nagari yang tidak mengadakan upacara ini biasanya bako
dari si calon datang ke rumah marapulai atau anak daro untuk menyaksikan atau memakaikan pakaian marapulaianak daro. Kehadiran induak bako ditempat anak
daromarapulai penting sekali, sebab ini merupakan bukti persetujuan dan partisipasi ayah dan keluarga asalnya dalam momen tersebut.
h. Malam bainai Acara ini dilaksanakan di rumah anak daro. Diadakan sehari atau beberapa
hari sebelum hari pernikahan. Bainai adalah memerahkan kuku pengantin dengan daun inai yang telah dilumatkan. Bainai semata-mata dihadiri perempuan dari
kedua belah pihak. Marapulai dibawa kerabat perempuannya dari garis ibu dan garis ayahnya ke rumah anak daro.
Dalam acara ini hanya dihidangkan minuman dan makanan kecil. Ketika acara akan dimulai, anak daro dibawa dari kamarnya ke ruangan yang telah dipasang
pelaminan. Ia didudukkan di sebelah marapulai. Keduanya memakai pakaian pengantin yang lebih sederhana dari hari berhelat. Acara dipimpin seorang wanita
yang terampil untuk tugas ini. Yang diinai adalah keduapuluh kuku jari mereka masing- masing. Anak daro diinai oleh kerabat marapulai, begitu sebaliknya. Yang
diberi kesempatan pertama kali adalah ibu marapulai untuk menginai adalah calon menantu.
i. Manjapuik marapulai dan menjelang mertua Terdapat pola mengenai kedatangan marapulai ke rumah istrinya. Ada
marapulai yang dijemput keluarga anak daro dan ada pula marapulai yang datang sendiri dengan rombongannya. Marapulai dari rumahnya berangkat dengan
diantar seorang anak muda yang ahli dalam pasambahan. Di nagari tertentu ada yang berkelompok, marapulai bersama dengan kawan-kawannya. Sesampai di
halaman rumah anak daro, rombongan kemudian dipersilahkan tuan rumah untuk masuk. Rombongan dijamu makan-minum dan makan sirih. Di nagari tertentu
tamu tersebut mengikuti pesta yang diadakan istri. Mereka baru pulang setelah larut malam.
Namun pola yang lebih umum dipakai ialah saat marapulai hendak ke rumah istrinya, dia dijemput oleh keluarga anak daro atau bahkan oleh istrinya sendiri.
Rombongan penjemput terdiri dari ninik mamak, keluarga sumando, dan dayang- dayang yang membawa bawaan seperti sirih dalam carano, makanan dalam
dulang, singgang ayam, dan kue-kue. Barang bawaan harus lengkap sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Jika ada yang kurang maka marapulai tidak
diizinkan untuk dibawa. Sesampai rumah marapulai mereka dijamu oleh tuan rumah. Sesudah makan dan minum, dengan pasambahan minta kepada keluarga
marapulai untuk melepas kepergian marapulai ke rumah istri. Sesudah selesai pasambahan barulah kedua pengantin diarak menuju rumah anak daro. Marapulai
dan anak daro kemudian dipersandingkan di pelaminan. Sedangkan tamu-tamu dipersilahkan untuk mengikuti pesta dan acara perjamuan yang telah disiapkan.
Pada malam harinya di rumah anak daro diadakan acara kesenian rakyat seperti
randai, talempong dan lain- lain. Esok paginya marapulai bersama dengan rombongan pengantar kembali ke rumahnya, lalu kembali lagi ke rumah istrinya.
Pada acara menjelang mertua anak daro dengan penggiring dan marapulai membawa bawaan pergi ke rumah orangtua marapulai. Bawaan biasanya terdiri
dari nasi kuning, pulut dll, lauk-pauk, gulai, dan bermacam kue tradisional berbeda tiap daerah. Arak-arakan ini dimeriahkan dengan bunyi-bunyian seperti
talempong dan rebana. Rombongan ditunggu oleh keluarga dan ninik mamak marapulai dengan berpakaian adat. Setelah selesai dijamu, rombongan kembali ke
rumah anak daro dengan membawa bawaan yang diberi keluarga marapulai. Di beberapa daerah mengenai ritual ini ada yang berbeda, baik mengenai urutan,
waktu, barang bawaan, dan prosesinya. Nikah dan baralek merupakan acara pokok dari upacara- upacara perkawinan.
Upacara ini berpuncak pada manjupuik marapulai dan mengantar anak dara menjelang mertua. Dengan selesainya acara puncak tersebut berakhirlah upacara
pelaksanaan perkawinan. Tetapi upacara perkawinan belum selesai karena masih ada ketentuan dan acara-acara berikutnya.
j. Manjalang Sesudah upacara pada hari pertama maka hari berikutnya atau beberapa hari
sesudah itu dilakukan acara perkenalan antara kedua keluarga. Biasanya keluarga laki- laki dan perempuan dari marapulai berkunjung ke rumah anak daro. Di
samping itu juga anak daro mengunjungi rumah-rumah anggota kerabat marapulai, diantar oleh beberapa keluarga dekat. Anak daro juga mengunjungi
bako dari marapulai. Biasanya kunjungan oleh keluarga marapulai tidak membawa apa-apa. Kunjungan oleh anak daro ke keluarga marapulai biasanya
membawa makanan atau makanan itu diantarkan terlebih dahulu. Pada waktu kunjungan ini anak daro bermalam di rumah ibu marapulai. Acara manjalang ini
sekaligus dapat berarti memperkenalkan keluarga batih baru kepada seluruh warga nagari, dimana kita lihat orang yang berpakaian adat berjalan dan berkunjung ke
sana kemari dalam nagari. k. Makan bali
Beberapa hari sesudah pesta perkawinan marapulai atau keluarga asalnya mengantarkan bahan makanan mentah ke rumah anak daro. Bahan ini disebut
bali-bali. Biasanya bali-bali ini berupa ikan basah. Ada juga bali-bali yang diganti dengan uang dan keluarga anak daro saja yang berbelanja. Semua bahan makanan
dimasak, digunakan untuk menjamu kawan-kawan dari marapulai. Acara ini disebut makan bali atau makan bali-bali.
Pada waktu makan biasanya tamu- tamu membawa oleh-oleh. Oleh-oleh ini sudah berganti dengan uang. Makin dekat hubungan keluarga seseorang dengan
marapulai makin besar uang yang diberikan. Sekarang makan bali ini berubah bentuk dengan acara undangan yang dilakukan pada hari minggu untuk
mengundang teman-teman marapulai dan ini menjadi acara pokok bagi teman- teman marapulai dan anak daro.
Sesudah menikah, seorang laki- laki akan menetap bersama keluarga istri. Sesudah marapulai dijemput untuk dibawa ke rumah istrinya, marapulai menetap
di rumah istrinya. Sejak itu ia menjadi anggota baru dalam keluarga istri.
b. Upacara batagak gala