2. Skoring
Metode skoring digunakan untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap persepsi, motivasi, dan preferensi responden yang diperoleh dari kuisioner. Nilai
kuantitatif tersebut kemudian dihitung secara matematis. N ilai akhir yang dihasilkan merupakan identitas regional yang dipilih responden. Kriteria skor
meliputi:
Masih dikenal Mk
1. Sangat
dikenal 2. Dikenal
3. Cukup dikenal
4. Biasa saja 5. Tidak terlalu
dikenal 6. Tidak
dikenal 7. Sangat tidak
dikenal
Masih dipakai Mp
1. Selalu
dipakai 2. Sering
dipakai 3. Dipakai
4. Biasa saja 5. Jarang
dipakai 6. Tidak
dipakai 7. Tidak
pernah dipakai
Masih membudaya Mb
1. Sangat
membudaya 2.
Membudaya 3.
Cukup membudaya
4. Biasa saja
5. Agak tidak
membudaya 6.
Tidak membudaya
7. Sangat tidak
membudaya
Keunikan Ke
1. Sangat
unik 2. Unik
3. Cukup unik
4. Biasa saja 5. Tidak
terlalu unik
6. Tidak unik
7. Sangat
tidak unik Motivasi
Mo 1. Sangat
ingin 2. Ingin
3. Cukup ingin
4. Biasa saja 5. Tidak
terlalu ingin
6. Tidak ingin
7. Sangat tidak
ingin
Preferensi Pr
1. Sangat
Suka 2. Suka
3. Cukup Suka
4. Biasa saja 5. Tidak
terlalu suka
6. Tidak Suka
7. Sangat tidak
Suka
Nilai skoring berkisar antara 1-7, dari yang sangat baik sampai sangat buruk. Kriteria masih dikenal, masih dipakai, masih membudaya dan keunikan
dikelompokkan dalam nilai persepsi.
2. Multiple Correspondences Analysis MCA
Pengolahan dan analisis data menggunakan metode MCA. MCA adalah program analisis data multivariat yang menguraikan hubungan antara beberapa
variabel kualitatif dan kemudian direpresentasikan dalam bentuk plot masing- masing kategori yang terdapat dari variabel tersebut. Dalam plot tersebut masing-
masing kategori dari variabel direpresentasikan oleh beberapa titik dan karakteristiknya direpresentasikan oleh jarak antar titik.
Pemilihan MCA dalam melihat aspek kehidupan di lima kecamatan di Kabupaten Tanah Datar akan menghasilkan data berbentuk kualitatif sehingga
untuk menguraikan pola hubungan tersebut hanya dapat menggunakan MCA. Input dari MCA adalah Burt’s Table yaitu tabel kontingensi antar semua variabel
yang akan diamati.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kebudayaan Tanah Datar Secara Umum
Adat Alam Minangkabau merupakan undang-undang tidak tertulis yang mencakup segala aturan hidup masyarakat di Minangkabau. Sampai sekarang adat
Minangkabau masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Sesuai dengan Tambo Minangkabau Tak Lapuak Dek Hujan, Tak Lakang Dek Paneh Tak lapuk
karena hujan, tak lekang karena panas. Kuatnya akar adat Alam Minangkabau dikarenakan adat tersebut masih kental dalam masyarakat, digunakan dalam setiap
segi kehidupan bermasyarakat. Kabupaten Tanah Datar secara administrasi dan sosio-kultural termasuk
dalam komunitas suku bangsa Minangkabau. Aturan-aturan dan ketentuan- ketentuan adat Minangkabau berlaku secara turun-temurun, sebagai pegangan dan
pedoman hidup bagi masyarakat Tanah Datar. Hal ini tercermin dalam setiap kegiatan upacara adat seperti upacara turun mandi, upacara batagak gala, upacara
perkawinan, kematian, dan lain sebagainya. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersumber dari alam menghasilkan kebudayaan material fisik yang digunakan
dalam mengolah sawah, perkebunan, perikanan, peternakan, industri dan sumberdaya alam lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Hal ini
sejalan dengan filosofi Minangkabau tentang Alam Takambang Dijadikan Guru. Kebutuhan spiritual dan hiburan masyarakat telah melahirkan berbagai bentuk
kesenian, seperti tari-tarian, gerakan silat, tenunan dan sulaman, permainan anak nagari, seni tulis; tambo, hikayat, prosa, pasambahan dan kesusastraan lain.
Kesenian yang ada juga melahirkan berbagai bentuk alat musik, seperti talempong, saluang, gendang, dulang, rebab dan lain sebagainya. Begitu juga
dengan perkembangan seni bangunan, seni ukir dan seni lukis yang cukup maju. Salah satu hasilnya dapat kita lihat pada bangunan dan arsitektur rumah gadang
yang dibangun khusus sebagai tempat tinggal keluarga dengan aspek-aspek adat istiadat di dalamnya.
Perwujudan dari semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat Minangkabau dalam berinteraksi dengan alam lingkungan sekitar telah
menghasilkan berbagai bentuk kebudayaan, dari mulai budaya pakaian dengan