Karakteristik Responden Wanita Wanita dalam Kehidupan Masyarakat Tanah Datar

nagari. Sebagaimana yang dikatakan oleh adat Adat Salingka Nagari, Harato Salingka Kaum yang artinya ketentuan hanya berlaku untuk satu nagari, harta adalah untuk kaum tertentu secara turun temurun. Sistem pemerintahan nagari dipimpin oleh penghulu dari masing- masing suku. Setiap suku mempunyai beberapa buah paruik yang dikepalai seorang tungganai, yaitu seorang laki- laki tertua dari keluarga menurut sistem matrilineal kaum dari turunan garis ibu. Sedangkan yang memimpin penduduk ialah kepala kaum yang disebut penghulu andiko. Sedangkan kampung atau pemukiman penduduk diatur oleh seorang yang dinamakan tuo kampung. Pemerintahan yang berada ditangan penghulu suku pada umumnya diturunkan secara turun temurun dari mamak kepada kemenakan. Selain pemerintahan adat terdapat juga pemerintahan yang formal. Sistem pemerintahan formal timbul di era orde baru. Pemerintahan yang diatur dalam nagari diganti dengan sistem pemerintahan desa. Di dalam sistem pemerintahan terdapat lembaga untuk mewadahi aspirasi rakyat. Lembaga tersebut seperti Kerapatan Adat Nagari KAN dan BPRN.

B. Stakeholder Wanita di Kabupaten Tanah Datar

1. Karakteristik Responden Wanita

Kaum wanita di masyarakat Minangkabau khususnya di Kabupaten Tanah Datar, memiliki keistimewaan bila dibandingkan dengan suku-suku lain di Indonesia. Masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan yang bersifat matrilineal garis keturunan ibu. Wanita yang menjadi responden kebanyakan bermatapencaharian sebagai petani atau buruh tani. Wanita yang bekerja selain di bidang pertanian, biasanya tingkat pendidikan lebih tinggi, setingkat diploma atau sarjana. Mereka pada umumnya bekerja di lingkungan pemerintahan atau sebagai pegawai negeri. Beberapa matapencaharian lain yang ditemukan selama penelitian antara lain, pengusahawirausaha kue tradisional, ukiran dll, pengrajin kain tenunan dan anyaman. Namun, pada umumnya pekerjaan utama mereka adalah bertani di sawah dan ladang. Seluruh responden merupakan masyarakat asli Tanah Datar. Umur responden yang paling banyak berada pada rentang umur 35-39 tahun, yaitu sebesar 25. Sebagian besar pendapatan rata-ratabulan responden berada pada kisaran Rp. 250.000-750.000,-. Pendidikan terakhir responden kebanyakan adalah lulusan SLTA, yaitu sebesar 43,3 kemudian SLTP 36,7, sarjana dan diploma hanya sebesar 20. Untuk lebih terperincinya dapat dilihat pada Lampiran 3.

2. Wanita dalam Kehidupan Masyarakat Tanah Datar

Masyarakat Minangkabau termasuk kelompok masyarakat yang unik. Mereka memiliki sistem-sistem masyarakat yang khas dan sampai sekarang sistem tersebut masih berlaku dalam komunitas mereka, menjadikan suku Minangkabau berbeda dengan suku-suku lain di Indonesia. Salah satu ciri masyarakat Minangkabau yang juga berlaku di Kabupaten Tanah Datar adalah sistem kekerabatannya yang bersifat matrilineal. Sistem matrilineal merupakan sistem keluarga berdasarkan garis ibu, dimana keturunan dan harga-benda diperhitungkan melalui garis ibu dan bukan garis bapak, sehingga yang berkuasa atas seluruh kelompok keluarga adalah saudara laki- laki seorang wanita Geertz, 1981. Sistem tersebut membuat seorang ibu memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting dalam keluarga Minangkabau. Kedudukan seorang perempuan dalam keluarga Minangkabau secara garis besar ada tiga, yaitu sebagai bundo kanduang, sebagai pemilik harta, dan sebagai pendidik anak dalam keluarga Azrial, 1994. Sebagai bundo kanduang, seorang ibu merupakan simbol kehormatan dalam masyarakat. Seorang bundo kanduang disebut juga limpapeh rumah nan gadang, semarak masyarakat dalam kampung. Sebagai lambang kehormatan dan kemuliaan, maka seorang perempuan yang menjadi bundo kanduang harus memahami ketentuan adat yang berlaku, tahu dengan malu dan sopan santun, tahu dengan basa-basi, tahu cara berpakaian yang pantas. Bundo kanduang merupakan tiang kokoh adat Minangkabau. Dengan kata lain, baik buruk sebuah kampung ditentukan oleh peranan dari para bundo kanduangnya. Harta pusaka di Minangkabau umumnya menjadi milik kaum perempuan. Penguasaan harta pusaka berdasarkan matrilineal berada pada wanita tertua dalam sebuah kaum. Wanita tertua ini juga disebut “Amban Puruak”, yang menguasai semua harta pusaka kaum. Harta pusaka ini diatur penggunaannya oleh kaum perempuan ibu untuk semua anggota perempuan dalam kaumnya. Oleh karena itu wanita tertua ini merupakan lambang kekuasaan ibu dalam sebuah kaum. Harta pusaka merupakan warisan turun-temurun menurut garis ibu, dan tidak boleh dibagi-bagikan oleh pewarisnya. Setiap harta pusaka yang diterima harus selalu dijaga agar tetap utuh. Selain sebagai bundo kanduang dan pemilik harta pusaka dalam kaum, seorang perempuan juga berperan sebagai pendidik anak dalam keluarga. Dalam sistem kekerabatan masyarakat Minangkabau, hubungan yang paling dekat adalah hubungan ibu jo anak ibu dengan anak. Kedekatan ini dikarenakan si ibu adalah orang yang mengandung dan melahirkan si anak. Kemudian ibu juga yang biasanya merawat anak secara langsung sejak bayi sehingga ibu menjadi pendidik utama si anak dalam keluarga.

3. Identitas Regional menurut Stakeholder Wanita

Dokumen yang terkait

Identitas Budaya Dan Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Peran Identitas Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya pada Mahasiswa Etnis Minangkabau Asal Sumatera Barat di Universitas Sumatera Utara)

10 110 264

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pariwisata (Studi Tentang Pembangunan Ekowisata Di Kenagarian Lasi Kecamatan Candung Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat)

3 79 104

Memafaat Umpan Balik dalam Menunjang Siaran Pedesaan (Studi Kasus Stasiun Regional II RRI Bagor, Jawa Barat)

0 13 100

Studi identitas regional guna menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat studi kasus menurut pemerintah lokal, pemuda dan anak-anak

0 23 123

Studi identitas regional guna menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat studi kasaus identitas regional menurut masyarakat adat dan petani

0 40 129

Studi identitas regional guna menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat studi kasus identitas regional menurut masyarakat pendidikan, masyarakat industri dan masyarakat tenaga kerja

0 22 134

JILBAB DAN IDENTITAS DIRI MUSLIMAH (Studi Kasus Pergeseran Identitas Diri Muslimah Jilbab dan Identitas Diri Muslimah Studi Kasus Pergeseran Identitas Diri Muslimah di Komunitas Solo Hijabers Kota Surakarta.

0 5 14

Pengembangan Perangkat Lunak Penentuan Produk Domestik Regional Bruto (Studi Kasus : Provinsi Sumatera Barat).

0 1 18

Pengembangan Perangkat Lunak Penentuan Produk Domestik Regional Bruto (Studi Kasus : Provinsi Sumatera Barat) - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

Konsep pembangunan berkelanjutan kelompok studi

0 0 2