harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat tujuan tersebut; mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau
darmawisataekskursi. Sedangkan pengertian pariwisata menurut Marpaung 2002, pariwisata adalah perpindahan sementara ya ng dilakukan manusia dengan
tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Di berbagai negara di Eropa Barat misalnya, orang menggolongkan daerah
tujuan wisata ini menurut faktor- faktor tertentu Pendit, 1999 yaitu: 1. Daerah tujuan wisata tergantung atas alam, misalnya tempat berlibur pada
musim- musim tertentu dan tempat beristirahat untuk kesehatan 2. Daerah tujuan wisata tergantung atas kebudayaan, misalnya kota-kota
bersejarah, pusat pendidikan, tempat yang mempunyai acara khusus seperti perayaan, adat istiadat, pesta rakyat serta tempat seperti pusat beribadah
3. Daerah tujuan wisata tergantung atas lalu lintas, misalnya daerah pelabuhan laut, pertemuan lalu lintas kereta api, persimpangan lalu lintas kendaraan
bermotor, daerah pelabuhan udara 4. Daerah tujuan wisata tergantung atas kegiatan ekonomi, misalnya pusat
perdagangan dan perindustrian, pusat-pusat bursa dan pekan raya, tempat- tempat yang memiliki institut perekonomian atau peristiwa-peristiwa ekonomi
5. Daerah tujuan wisata tergantung atas kegiatan politik, misalnya ibukota atau pusat pemerintahan, tempat-tempat dimana terdapat institut politik atau
kegiatan-kegiatan politik
C. Pariwisata Berkelanjutan Sustainable Tourism
Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World Travel and Tourism Council pada tahun 1998 menyebutkan bahwa sektor pariwisata
memiliki pertumbuhan yang cukup besar yaitu 4 persen per tahun dan menyumbang sekitar 11,6 persen pada GDP dunia Linberg, 2002 dalam Hidayati
dan Mujiyani, 2003. Di Indonesia, pada tahun 2000 sektor pariwisata telah menyumbang sebesar 9,27 persen dari GNP Indonesia dan menyerap hampir 8
persen dari seluruh jumlah tenaga kerja Menpora, 2000 dalam Hidayati dan Mujiyani, 2003. Namun demikian, kebijakan pembangunan pariwisata yang telah
diterapkan hanya fokus pada manfaat dari segi ekonomi semata sehingga
menyebabkan terabaikannya pelestarian lingkungan dan terpinggirkannya penduduk lokal Siregar, 2001 dalam Hidayati dan Mujiyani, 2003. Kondisi
tersebut mendorong timbulnya kesadaran untuk mengembangkan pariwisata yang ramah terhadap lingkungan dan mengangkat peranan penduduk lokal. Dukungan
dari dunia internasional terhadap pariwisata berkelanjutan pun sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengertian pariwisata berkelanjutan dalam agenda
21 oleh WTO Agenda 21, 1992 dalam Hidayati dan Mujiyani, 2003 yaitu:
....meets the needs of present tourists and host regions while protecting and enhancing opportunities for the future. It is envisaged
as leading to management of all resources in such a way that economic, social, and aesthetic needs can be fulfilled while
maintaining cultural integrity, essential ecological processes, biological diversity and life support systems.
Konsep pariwisata berkelanjutan sampai sekarang juga masih dalam perdebatan. Beberapa konsep dan definisi pariwisata berkelanjutan bermunculan,
diantaranya adalah sebagai berikut: •
Kegiatan wisata yang mempertemukan kepentingan pengunjung dan penerima dengan menjaga kesempatan bagi generasi mendatang untuk dapat pula ikut
menikmati wisata ini. Untuk itu diperlukan adanya sebuah pengelolaan tertentu atas lingkungan dan sumberdaya yang tersedia agar dapat memenuhi
kepentingan ekonomi, sosial dan estetika dan tetap menjaga integritas budaya, proses ekologis yang penting, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung
kehidupan WTO, 2002 dalam Hidayati dan Mujiyani, 2003 •
Pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang berkelanjutan yang intinya adalah pembangunan yang harus didukung secara ekologis dalam jangka
panjang dan sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat Piagam Pariwisata Berkelanjutan di Insula, 1995 dalam
Hidayati dan Mujiyani, 2003 •
Semua bentuk pembangunan, pengelolaan dan aktivitas pariwisata yang memelihara integritas lingkungan, sosial, ekonomi dan kesejahteraan dari
sumberdaya alam dan budaya yang ada untuk jangka waktu yang lama Federation of Nature and National Park, 1993 dalam Hidayati dan Mujiyani,
2003
• Pariwisata yang memperhatikan kemampuan alam untuk regenerasi dan
produktifitas masa datang. Selain itu juga mengenali kontribusi dari masyarakat dan komunitas adat, gaya hidup yang berpengaruh pada
pengalaman wisatawan serta mengakui bahwa penduduk lokal juga harus menerima hak yang sama dari keuntungan ekonomi yang timbul dari kegiatan
wisata Tourism Concern WWF, 1992 dalam Hidayati dan Mujiyani, 2003 Beberapa definisi diatas secara umum memiliki kesamaan yang
merupakan terjemahan lebih lanjut dari pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu kegiatan wisata dianggap berkelanjutan apabila memenuhi syarat sebagai
berikut Hidayati dan Mujiyani, 2003: •
Secara ekologis berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata yang tidak menimbulkan efek negatif bagi ekosistem setempat. Selain itu, konservasi
merupakan kebutuhan yang harus diupayakan untuk melindungi sumberdaya alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan wisata
• Secara sosial dapat diterima, yaitu mengacu pada kemampuan penduduk lokal
untuk menyerap dan melakukan usaha pariwisata industri dan wisatawan tanpa menimbulkan konflik sosial
• Secara kebudayaan dapat diterima, yaitu masyarakat lokal mampu beradaptasi
dengan budaya turis yang cukup berbeda Tourist culture •
Secara ekonomis menguntungkan, yaitu keuntungan yang didapat dari kegiatan pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Tidak dapat dipungkiri, hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan dianggap sebagai ”resep” pembangunan yang terbaik termasuk
pembangunan pariwisata. Menurut Bater 2001 dalam Pusat Penelitian Kepariwisataan ITB
2002 , pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat
dikenali melalui prinsip-prinsipnya yang dielabirasi berikut ini : 1. Partisipasi
Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata,
mengidentifikasi sumberdaya-sumberdaya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-strategi dalam
pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat juga harus
berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah didukung sebelumnya
2. Keikutsertaan para pelaku stakeholders involvement Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok
dan institusi LSM, kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan
serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata 3. Kepemilikan lokal
Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan
bahwa pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku bisnis atau wirausahawan setempat benar-benar
dibutuhkan untuk mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan lingkages antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal harus
diupayakan menunjang kepemilikan lokal tersebut 4. Pembangunan sumberdaya yang berkelanjutan
Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumberdaya dengan berkelanjutan, yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari
penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui irreversible secara berlebihan. Hal ini juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam tahap
perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan, sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pariwisata harus
menjamin bahwa sumberdaya alam dan buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan menggunakan kriteria-kriteria dan standar-standar internasional
5. Mewadahi tujuan-tujuan masyarakat Tujuan-tujuan masyarakat dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar
kondisi yang harmonis antara pengunjungwisatawan, tempat dan masyarakat setempat dapat terwujud. Misalnya, kerjasama dalam wisata budaya cultural
tourism partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran
6. Daya dukung Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya
dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan
pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian dan perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe
fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi limit of acceptable use
7. Monitor dan evaluasi Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan
mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator- indikator dan batasan-batasan untuk mengukur
dampak pariwisata. Pedoman atau alat-alat bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala nasional, regional dan lokal
8. Akuntabilitas Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan
mendapatkan pekerjaan, pendapatan, dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya alam seperti tanah, air dan udara harus menjamin akuntabilitas serta memastikan bahwa sumber-sumber yang ada
tidak dieksploitasi secara berlebihan 9. Pelatihan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program- program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat
dan meningkatkan keterampilan bisnis, vacasional dan profesional. Pelatihan yang diterapkan, sebaiknya mencakup tentang topik pariwisata berkelanjutan,
manajemen perhotelan serta topik-topik lain yang relevan 10. Promosi
Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan
identitas masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan lahan
tersebut seharusnya bertujuan untuk mewujudkan pengalaman wisata yang berkualitas yang memberikan kepuasan bagi pengunjung.
D. Kaitan antara Pariwisata dan Stakeholders