Pengertian Kemandirian Belajar Siswa Pentingnya Pengembangan Kemandirian Belajar Siswa

untuk memenuhi kebutuhan dirinya dengan tidak bergantung pada orang lain, berani mengambil keputusan, dan bertanggungjawab atas segala tindakannya.

2.1.8.1 Pengertian Kemandirian Belajar Siswa

Kemandirian siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemandirian siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan pengertian dari kemandirian siswa dapat disimpulkan kemandirian belajar siswa adalah belajar adalah kondisi aktivitas belajar siswa yang mempunyai ciri atau sifat mandiri, yakni tidak tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan belajarnya, memiliki kemauan serta bertanggungjawab sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar dapat disamakan dengan istilah Self-Directed Learning SDL yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi belajar yang diarahkan oleh diri sendiri. SDL didefinisikan oleh Knowles sebagai berikut: In its broadest meaning, “self-directed learning” describes a process in which individuals take the initiative, with or without the help of others, in diagnosing their learning needs, formulating learning goals, identifying human and material resources for learning, choosing and implementing appropriate learning strategies, and evaluating learning outcomes. Scott, 2006: 2 yang artinya adalah SDL adalah proses yang mana individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosa kebutuhan belajar, merumuskan target belajar, mengidentifikasi sumber manusia dan bahan untuk belajar, memilih dan mengimplementasikan strategi belajar yang sesuai dan mengevaluasi hasil belajar. Sehingga kemandirian belajar akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam proses pembelajaran.

2.1.8.2 Pentingnya Pengembangan Kemandirian Belajar Siswa

Kemandirian sangat penting untuk ditanamkan pada siswa sejak dini, karena jika kelak mereka dewasa, mereka harus mampu mengurus diri sendiri serta memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan dari orang lain seperti yang selama ini mereka dapatkan Hidayati et al., 2013. Apalagi kelak kehidupan yang akan siswa hadapi semakin kompleks. Laju perkembangan teknologi dan arus kehidupan global yang sulit atau semakin tak terbendung mengisyaratkan bahwa kehidupan di masa mendatang akan sarat pilihan yang rumit Ali Asrori, 2011: 107. Sehingga selain mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya, pada siswa hendaknya ditanamkan kemandirian dalam mengambil keputusan dan tanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambil. Menurut Hurlock, sebagaimana dikutip oleh Ali Asrori 2011: 107, situasi kehidupan seperti itu memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika kehidupan remaja yang secara psikologis berada pada pencarian jati diri. Pengaruh kompleksitas kehidupan sudah terlihat dari fenomena akhir-akhir ini, antara lain tawuran antar pelajar, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan berbagai perilaku yang mengarah ke tindak kriminal. Berdasarkan pendapat Hurlock tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa hendaknya mampu menentukan sikapnya sendiri agar tidak mudah terpengaruh dan terjerumus pada tawuran, narkoba, dan tindakan kriminal lainnya. Dalam konteks proses belajar, gejala negatif yang nampak adalah kurang mandiri dalam belajar, kebiasaan belajar yang kurang baik yaitu tidak tahan lama dan baru belajar menjelang ujian, membolos, menyontek, dll. Sebagai gambaran, siswa yang menyontek sebenarnya sedang mengalami krisis kemandirian karena dengan menyontek bukan saja menunjukkan bahwa mereka tidak jujur, tetapi juga tidak mandiri. Mereka tidak mampu menyelesaikan masalah yang diberikan atau tidak percaya diri dengan jawabannya sendiri. Tidak mampu menata dirinya sendiri untuk belajar lebih giat dan juga kurang disiplin serta bertanggung jawab dalam belajar.

2.1.8.3 Indikator Kemandirian Belajar

Dokumen yang terkait

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING ( CPS ) BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII MATERI KUBUS DAN BALOK

4 17 221

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL TABA DENGAN STRATEGI CONCEPT MAPPING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KARAKTER SISWA KELAS VIII

66 247 322

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL DESIGNED STUDENT CENTERED INSTRUCTIONAL TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI PESERTA DIDIK KELAS VIII MATERI LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI DATAR

1 25 255

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN DENGAN PERFORMANCE ASSESSMENT TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI LINGKARAN

2 68 200

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL CORE DENGAN ASESMEN PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MATERI GEOMETRI

1 35 323

Keefektifan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II SMP N 1 Lebaksiu pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar.

0 2 88

Perbandingan Keefektifan Pembelajaran CTL dan Pembelajaran PBL Ditinjau dari Prestasi Belajar Bangun Ruang Sisi Datar, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Kepercayaan Diri Siswa SMP Kelas VIII.

0 0 2

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION DAN PROBLEM SOLVING AND REASONING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN

1 1 19

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 1 6