pada tiap pertemuan, agar siswa terbiasa menetapkan target dan tujuan belajar mereka serta mengevaluasinya sendiri. Diharapkan dengan begitu kemandirian
siswa dapat meningkat. Pencapaian indikator no.4 adalah yang paling rendah. Pernyataan yang
mewakili adalah “Saat saya mencoba menyelesaikan soal, saya sering tidak tuntas atau tidak selesai”. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal dikarenakan saat
siswa belajar mereka hanya fokus pada materi yang sedang dipelajari dan tidak mengaitkannya dengan materi yang sudah dipelajari. Hal ini dapat dilihat pada
isian butir angket ke-18. Pada butir tersebut hanya 8 siswa yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan materi lainnya yang telah mereka pelajari. 18 siswa,
hampir separuh jumlah siswa dalam kelas, menyatakan mereka tidak mengaitkan materi yang dipelajari dengan materi lainnya yang telah mereka pelajari. Sisanya,
12 siswa menjawab ragu-ragu.
4.2.5 Temuan dalam Penelitian
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal pada aspek kemampuan problems solving dan kemandirian
belajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa siswa kelas sampel yang dikenai pembelajaran menggunakan model PBL dengan teknik
radiant thinking mencapai ketuntasan belajar secara klasikal pada tes kemampuan problems solving dan kemandirian belajar siswa, sehingga dapat dinyatakan
bahwa model PBL dengan teknik radiant thinking efektif terhadap kemampuan problems solving dan kemandirian belajar siswa pada pembelajaran bangun ruang
kelas VIII.
Pelaksanaan model PBL dengan teknik radiant thinking telah dirancang sedemikian rupa, namun pada pelaksanaannya terdapat beberapa kegiatan yang
tak terlaksana atau didapatkan informasi perlunya suatu tambahan kegiatan. Perlakuan yang dikenakan pada kelas eksperimen terkait pelaksanaan model PBL
dengan teknik radiant thinking sehingga mengakibatkan tercapainya ketuntasan belajar secara klasikan pada aspek kemampuan problems solving dan
kemandirian belajar adalah sebagai berikut. 1
Dilaksanakan dalam lima kali pertemuan. Tiga pertemuan pertama untuk pembelajaran, satu pertemuan berikutnya untuk tes kemampuan problems
solving dan pada pertemuan terakhir untuk pelaksanaan tes hasil belajar THB dan pengisian angket kemandirian belajar.
2 Selain mengingatkan siswa pada materi prasyarat untuk materi luas
permukaan dan volume prisma serta limas, siswa juga diingatkan kembali tentang materi yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah.
3 Memberikan tugas merangkum materi prisma dan limas lengkap dalam
bentuk mind map pada pertemuan I untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
4 Penjelasan mengenai cara pembuatan mind map dan pembagian lembar
panduan pembuatan mind map dilaksanakan di luar jam pembelajaran. 5
Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan sintaks PBL. 6
Memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah dan aktif dalam pembelajaran.
7 Masalah disajikan dalam LTS dimaksudkan untuk mengefisienkankan
penggunaan waktu yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa melaksanakan pemecahan masalah sesuai dengan langkah-langkah
pemecahan masalah menurut Polya. LTS dikerjakan siswa setelah siswa melengkapi isian dalam LKS yang dimaksudkan untuk membangun
pengetahuan siswa. 8
Tidak dilaksanakan kuis karena keterbatasan waktu. 9
Pemberian tugas rumah individu berupa masalah yang harus diselesaikan siswa. Soal yang digunakan sebagai tugas adalah soal yang hendaknya akan
digunakan sebagai soal kuis. Sehingga siswa mendapatkan lembaran soal yang berfungsi pula sebagai lembar jawab di mana pada lembaran itu terdapat
tempat bagi siswa untuk menuliskan target nilai yang ingin diperolehnya. 10
Nilai yang diperoleh siswa saat tugas tersebut dicek pada pertemuan selanjutnya. Melainkan menanyakan pada siswa apakah target nilai mereka
sudah tercapai. Selain temuan terkait keefektifan model PBL dengan teknik radiant
thinking dan bagaimana pelaksanaannya di sekolah, didapatkan pula temuan bahwa kemampuan problems solving siswa kelas sampel berbeda-beda.
Pencapaian tiap indikator kemampuan problems solving siswa dapat ditinjau dari skor yang diperolehnya pada tes kemampuan problems solving.
Ditinjau dari skor pengisian angket, kemandirian belajar siswa pun beragam. Ada yang mendapat skor dengan kriteria kemandirian belajar sangat
tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Skor rata-rata kemandirian belajar dalam kategori baik. Diketahui pula bahwa beberapa indikator kemandirian belajar siswa
yang masih di bawah rata-rata. Indikator tersebut adalah “menetapkan target dan
tujuan belajar”, “memonitor, mengatur, dan mengontrol,” dan “memandang kesulitan sebagai tantangan”. Informasi ini dapat menjadi pertimbangan bagi
perencanaan pembelajaran selanjutnya.
4.2.6 Faktor Penghambat