Maka statistik yang digunakan adalah uji proporsi satu pihak pihak kanan. Kriteria pengujiannya adalah tolak
H
jika .
5 ,
z z
Berdasarkan hasil
analisis diperoleh
nilai
. 73
, 1
z
Jelas ,
64 ,
1 73
, 1
5 ,
z z
maka
H
ditolak dan uji sangat berarti. Artinya proporsi siswa yang diajar dengan model PBL dengan teknik radiant thinking yang
memperoleh nilai tes mencapai KKM, yakni 70 pada tes kemampuan problems solving materi prisma dan limas lebih dari 74,5 atau tuntas secara klasikal.
Perhitungan selengkapnya pada lampiran 71.
4.1.2.6 Uji Hipotesis 2 Ketuntasan Belajar pada Aspek Kemandirian Belajar
Hasil angket lihat lampiran 64 menunjukkan bahwa 36 siswa dari 38 atau 94,74 siswa kelas eksperimen mencapai KKM kemandirian belajar. Hasil
tersebut perlu diuji untuk mengetahui keberartiannya. Hipotesis yang ditetapkan adalah sebagai berikut.
: 74,5 proporsi siswa yang mendapat skor kemandirian belajar
dalam kategori minimal sedang sama dengan 74,5 :
74,5 proporsi siswa yang mendapat skor kemandirian belajar dalam kategori minimal sedang lebih dari 74,5
Maka uji statistik yang digunakan adalah uji proporsi satu pihak pihak kanan. Kriteria pengujiannya adalah tolak
H
jika .
5 ,
z z
Berdasarkan hasil
analisis diperoleh
nilai
. 84
, 2
z
Jelas 64
, 1
84 ,
2
5 ,
z z
maka
H
ditolak. Berarti proporsi siswa yang diajar dengan model PBL dengan teknik radiant thinking yang memperoleh skor
kemandirian belajar minimal berkategori sedang lebih dari 74,5 atau tuntas secara klasikal. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 72.
4.1.2.7 Analisis Persentase Hasil Angket Siswa Kelas Eksperimen
Selain diuji proporsinya, analisis kemandirian siswa juga dilakukan dengan
deskriptif persentase.
Cara yang
dilakukan adalah
dengan mengelompokkan butir angket berdasarkan indikator yang diwakili. Kemudian
dihitung persentase kemandirian siswa pada tiap indikator. Persentase tiap indikator kemandirian siswa pada angket adalah sebagai berikut.
Tabel 4.5 Pencapaian Tiap Indikator Kemandirian Belajar
No. Indikator
Persentase 1.
Inisiatif belajar 71,35
2. Mendiagnosis kebutuhan belajar 72,81
3. Menetapkan target dan tujuan belajar 70
4. Memonitor, mengatur, dan mengontrol 68,63
5. Memandang kesulitan sebagai tantangan 48,42
6. Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan 75,26
7. Memilih dan menetapkan strategi 69,74
8. Mengevaluasi proses dan hasil belajar 78,42
9. Self eficacy 76,05
Perhitungan persentase selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 65. Rata-rata persentase skor angket yang diperoleh siswa adalah 70,62 , dapat
dilihat pada lampiran 64. Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa terdapat empat indikator yang persentase pencapaiannnya masih di bawah skor rata-rata. Empat
indikator tersebut adalah 1 menetapkan target dan tujuan belajar; 2 memonitor, mengatur, dan mengontrol; 3 memandang kesulitan sebagai tantangan; dan 4
memilih dan menetapkan strategi. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang membangun keempat indikator kemandirian tersebut masih
perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
4.1.2.8 Analisis Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
Skor penilaian dan persentase aktivitas siswa kelas eksperimen selama pembelajaran menggunakan model PBL dengan teknik radiant thinking dapat
dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Analisis Hasil Pengamatan Siswa Kelas Eksperimen
Pertemuan ke- Skor
1 – 5
Persentase Kategori
1 3,56
71,25 Baik
2 3,72
74,44 Baik
3 2,99
74,63 Baik
Rata-rata 73,44
Baik
Pertemuan ke-3 skor 1-4 dan pengamatan dilakukan terhadap masing-masing siswa
Berdasarkan tabel 4.6 tampak bahwa persentase siswa yang melaksanakan aktivitas yang direncanakan dalam pembelajaran mengalami
peningkatan dengan rata-rata 73,44 dan dalam kategori baik. Aktivitas siswa yang diamati pada pertemuan I dan II adalah aktivitas pelaksanaan langkah-
langkah pemecahan masalah dan aktivitas yang menjadi indikator kemandirian belajar siswa. Sedangkan pada pertemuan III aktivitas yang diawasi difokuskan
pada aktivitas yang menjadi indikator kemandirian belajar. Aktivitas tersebut adalah aktivitas-aktivitas dari indikator-indikator yang dapat diamati di sekolah,
yakni indikator: 1 inisiatif belajar; 2 mendiagnosis kebutuhan belajar; 3 menetapkan target dan tujuan belajar;4 memonitor, mengatur, dan mengontrol,;
dan 5 self eficacy. Pelaksanaan langkah-langkah pemecahan masalah dapat diamati saat
siswa melaksanakan diskusi untuk memecahkan masalah dalam LTS dan saat presentasi. Saat dilakukan observasi terhadap kegiatan penyelesaian LTS pada
pertemuan I ditemukan bahwa lebih dari 30 siswa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan; 23-30 siswa menuliskan rumus dan atau menggambar dalam
menjawab soal, melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan meninjau jawabannya. Pada pertemuan II setiap aspek tersebut mengalami peningkatan.
Lebih dari 30 siswa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, menuliskan rumus dan atau menggambar dalam menjawab soal, dan melaksanakan rencana
pemecahan masalah, sedangkan jumlah siswa yang meninjau jawabannya masih tetap, yakni kisaran 23-30. Pada pengamatan pertemuan III tidak dilakukan
pengamatan terhadap
langkah-langkah pemecahan
masalah. Informasi
keterlaksanaan langkah-langkah pemecahan masalah diperoleh dari LTS yang dikumpulkan siswa. Berdasarkan LTS tampak bahwa setiap langkah pemecahan
masalah dilaksanakan oleh semua siswa. Selanjutnya akan dibahas hasil pengamatan aktivitas yang menjadi indikator kemandirian belajar siswa, yakni
aktivitas yang dimaksudkan untuk dibiasakan pada siswa agar menjadi kebiasaan guna menumbuhkan kemandirian belajar siswa.
Kegiatan yang dibiasakan pada siswa yang dimaksudkan untuk mengembangkan inisiatif belajarnya adalah 1 partisipasi siswa dalam
mengerjakan LKS dan LTS; 2 mengerjakan tugasnya dalam kelompok; 3 inisiatif bertanya pada guru; 4 mengajukan diri untuk presentasi; 5
memberikan saran, mengemukakan pendapat, atau memberi tanggapan terhadap presentasi kelompok; 6 menyatakan simpulan dari materi pembelajaran; dan 7
menjawab pertanyaan guru sebagai bentuk refleksi. Pada pertemuan I rata-rata skor pengamatan aktivitas siswa pada kegiatan
tersebut pada paragraf sebelumnya adalah 3,5. Ini menunjukkan bahwa inisiatif belajar siswa dalam kategori baik dengan jumlah siswa yang aktif pada kisaran
16-22. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa siswa memerlukan dorongan lebih untuk memberikan saran, mengemukakan pendapat, atau memberi
tanggapan terhadap presentasi kelompok; serta menyatakan simpulan dari materi pembelajaran karena jumlah siswa yang aktif pada kegiatan tersebut lebih rendah
jika dibandingkan dengan kegiatan yang lain, kisarannya berturut-turut adalah 16- 22 dan 8-15 sedangkan pada kegiatan yang lain kisarannya antara 23-30.
Pada pertemuan II rata-rata skor pengamatan aktivitas indikator inisiatif belajar pada pertemuan ini adalah 3, 67. Kisaran jumlah siswa yang
melaksanakan aktivitas masih sama dengan yang di pertemuan II, namun rata- ratanya mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang aktif pada aktivitas
memberikan saran, mengemukakan pendapat, atau memberi tanggapan terhadap presentasi kelompok masih sama seperti pada pertemuan sebelumnya, yakn 16-22
sedangkan pada aktivitas menyatakan simpulan dari materi pembelajaran mengalami peningkatan menjadi kisaran 16-22 siswa dari yang sebelumnya 8-15
siswa. Pada pertemuan ini terjadi penurunan jumlah siswa yang mengajukan diri untuk mempresentasikan LKS 2 dan LTS 2. Kegiatan yang diamati pada aspek
inisiatif belajar pada pertemuan II dan III bertambah dua kegiatan, yakni 1 mengerjakan soal yang ditugaskan; dan 2 membuat mind map. Pada pertemuan
II jumlah siswa yang mengumpulkan tugas berupa menyelesaikan soal yang ditugaskan pada pertemuan sebelumnya sejumlah 16-22 siswa. Pada pertemuan III
jumlah siswa yang mengerjakan tugas sejumlah 25 siswa. Pada pertemuan II jumlah siswa yang mengumpulkan mind map sejumlah 23 siswa. Pada pertemuan
III, jumlah siswa yang mengumpulkan mind map sejumlah 13 siswa. Sehingga total siswa yang menyelesaikan tugas mind map adalah 36 siswa.
Selain dua aktivitas tersebut, pada pertemuan III ditambahkan pula aktivitas lain yang mewakili inisiatif belajar, yakni mencatat hal-hal yang
dianggap penting. Pada pertemuan III semua siswa yang aktif mencatat penjelasan guru saat guru menjelaskan dengan sejumlah 5 siswa sangat aktif mencatat, 20
siswa cukup aktif mencatat, dan 13 siswa kurang aktif mencatat. Semua siswa juga berdikusi dan mengerjakan tugasnya dalam kelompok, namun dengan tingkat
keaktifan yang berbeda, yakni sejumlah 13 siswa sangat aktif, 22 siswa cukup aktif, dan 3 siswa kurang aktif. Hasil pengamatan pada keaktifan siswa bertanya
pada teman atau guru tentang materi yang belum dipahami memberikan hasil yang hampir sama dengan 11 siswa sangat aktif bertanya, 24 siswa cukup aktif
bertanya, dan 3 siswa yang kurang aktif bertanya. Hasil pengamatan aktivitas siswa untuk indikator kemandirian belajar yang lain dijabarkan pada paragraf-
paragraf selanjutnya. Indikator siswa mendiagnosis kebutuhan belajar adalah keantusiasan
siswa dalam belajar. Pada pertemuan I dan II jumlah siswa yang antusias dalam belajar sama, yakni pada kisaran 23-30 siswa. Tidak ada peningkatan kisaran
jumlah siswa, namun antusiasme siswa stabil dan masuk kategori sangat baik. Jumlah siswa yang antusias pada pembelajaran sudah lebih dari 50 jumlah siswa
dari pertemuan pertama dikarenakan model pembelajaran PBL dengan teknik radiant thinking adalah sesuatu yang baru, sehingga menarik perhatian siswa.
Penyebab lainnya adalah karena diberikannya penguatan dan motivasi oleh guru
kepada siswa. Pada pertemuan III, jumlah siswa yang antusias dalam belajar sejumlah 34 siswa.
Indikator siswa menetapkan target belajar adalah siswa menuliskan target nilai minimal yang ingin dicapai. Pada pertemuan I jumlah siswa yang menuliskan
target nilai minimal yang ingin dicapai pada lembar LKS dan LTS adalah 16-22 siswa. Pada pertemuan II jumlah siswa yang menuliskan target nilai minimal yang
ingin dicapai pada lembar LKS, LTS, atau tugas rumah adalah 23-30 siswa. Pada pertemuan III jumlah siswa yang menuliskan target nilai minimal yang ingin
dicapai pada lembar LKS, LTS, atau tugas rumah adalah 37 siswa. Indikator siswa memonitor, mengatur, dan mengontrol adalah
mengontrol proses pembelajaran di kelas- siswa dapat memilih untuk menyimak penjelasan guru dan presentasi kelompok lain. Pada pertemuan I jumlah siswa
yang menyimak penjelasan guru dan presentasi kelompok lain sejumlah 23-30 siswa. Pada pertemuan II kisaran jumlah siswa yang menyimak penjelasan guru
dan presentasi kelompok lain sama seperti pada pertemuan II. Pada pertemuan III jumlah siswa yang menyimak penjelasan guru dan presentasi kelompok lain
sejumlah 36 siswa, serta 2 siswa yang kurang memperhatikan. Indikator self eficacy siswa adalah siswa mengerjakan soal kuis dengan
jujur dan percaya diri. Namun, dikarenakan kuis tidak dilaksanakan, maka tidak diperoleh informasi mengenai self eficacy siswa. Pengamatan pada pertemuan III
kuis juga tidak terlaksana, sehingga untuk mendapatkan informasi mengenai self eficacy siswa berdasarkan hasil pengamatan dilakukan pengamatan pada saat
siswa melaksanakan tes kemampuan problems solving dengan indikator
ketenangan siswa saat mengerjakan soal tes. Hasil pengamatan menunjukkan 4 siswa tenang, 19 siswa cukup tenang, dan 15 siswa kurang tenang dalam
mengerjakan tes. Berdasarkan penjabaran hasil pengamatan aktivitas pada langkah
– langkah pemecahan masalah dan kemandirian belajar tampak bahwa terjadi
peningkatan keaktifan siswa pada tiap pertemuannya. Pernyataan ini mendukung dan didukung oleh persentase aktivitas siswa yang meningkat pula pada tiap
pertemuan. Sehingga dapat dinyatakan pula bahwa siswa semakin aktif dan antusias dalam melaksanakan pemecahan masalah dan kemandirian belajar siswa
semakin meningkat.
4.1.2.9 Analisis Hasil Penilaian Mind Map Siswa Kelas Eksperimen