1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara lisan maupun tertulis. Pembelajaran
bahasa Indonesia dapat juga berfungsi sebagai sarana melatih berpikir dan mengembangkan ide yang telah dimiliki seseorang. Di lembaga pendidikan yang
bersifat formal, seperti di sekolah, keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Keberhasilan dan prestasi siswa tersebut dipengaruhi oleh
kemampuan, ketepatan, dan metode yang dipilih seorang guru dalam memberikan pembelajaran. Seorang guru dalam bidang bahasa harus menghayati tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Pembelajaran bahasa Indonesia, terdapat pengajaran berbicara, menyimak, mendengarkan dan menulis. Dari berbagai pengajaran tersebut, menulis
merupakan pembelajaran yang tidak mudah. Menulis merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan
melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami Gie, 1992:3. Dalam pengajaran menulis terdapat berbagai teks, salah satunya adalah teks prosedur
kompleks. Menulis teks prosedur kompleks adalah teks yang menjelaskan langkah-langkah secara lengkap dan jelas tentang cara melakukan sesuatu
Kosasih, 2013:107.
Dalam pembelajaran seorang guru harus membuat tahapan. Tahap pembelajaran yang baik dan benar, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Tahap dalam pembelajaran sangat penting dalam proses pengajaran menulis. Siswa akan lebih mudah memahami dan dapat mengungkapkan pendapat
melalui tulisan dengan lebih terarah dan tertata. Pembelajaran menulis juga membutuhkan peran siswa yang aktif dan
kreatif. Pemilihan bahan pembelajaran harus disesuaikan dengan taraf perkembangan siswa. Bahan yang sesuai dengan taraf perkembangan siswa
diberikan agar diterima dengan mudah dan dapat dikembangkan sesuai dengan informasi yang pernah diterima oleh siswa.
Dewasa ini, berbagai paradigma lama sudah digantikan dengan paradigma pembelajaran baru. Paradigma pembelajaran lama peran guru menggunakan
pembelajaran bersumber pada teori, dimana seorang guru aktif dalam memberikan dan menjelaskan teori teknik ceramah, sedangkan siswa hanya berperan pasif
siswa hanya duduk, mendengarkan ceramah, diam, mencatat, dan menghafal. Paradigma baru yang saat ini diterapkan, menuntut siswa lebih aktif dan kreatif
dalam proses pembelajaran berlangsung. Suasana yang diharapkan siswa mampu menggali dan memecahkan sendiri masalah-masalah dalam proses pembelajaran
dan guru lebih banyak berperan sebagai motivator dan fasilitator. Situasi yang diharapkan saat proses pembelajaran berlangsung adalah siswa lebih banyak
berperan aktif.
SMA N 2 Ngaglik yang merupakan salah satu sekolah negeri di Yogyakarta. Peneliti melakukan penelitian di SMA N 2 Ngaglik karena sekolah
sudah menerapkan Kurikulum 2013 di kelas X dan XI sejak tahun 2014. Peneliti telah melakukan observasi, wawancara, dan tes kondisi awal di Kelas X IIS 1,
Semester 2, Tahun Ajaran 20142015 di SMA N 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, masih
ada beberapa masalah dalam hal keaktifan dan kemampuan menulis teks prosedur kompleks selama pembelajaran menulis. Masalah yang ditemukan dalam hal
keaktifan adalah guru masih sering menggunakan teknik ceramah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran siswa di kelas masih kurang aktif
dan membosankan. Selain itu, ditemukan masalah dalam hal menulis teks prosedur kompleks,
yaitu siswa masih mengalami kesulitan dalam penulisan ejaan dan tanda baca. Hal tersebut terbukti berdasarkan kondisi awal skor ketercapaian penulisan ejaan dan
tanda baca hanya memperoleh 59. Selanjutnya, siswa masih kurang mampu mengungkapkan gagasan dan buah pikirannya. Hal itu terbukti berdasarkan hasil
kondisi awal skor ketercapaian isi hanya mencapai 66. Peneliti telah melakukan tes kondisi awal keaktifan dan kemampuan
menulis kepada 32 siswa Kelas X IIS 1, Semester 2, Tahun Ajaran 20142015 di SMA N 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta. Hasil kondisi awal keaktifan selama
proses pembelajaran menulis, dari 32 siswa hanya 10 siswa 31 yang tuntas. Hal ini menunjukkan masih banyaknya siswa yang tidak aktif selama proses
pembelajaran. Selain itu, dari 32 siswa hanya 10 orang 31 yang tuntas dalam
pembelajaran menulis teks prosedur kompleks. Hasil tersebut membuktikan bahwa kegiatan menulis teks prosedur kompleks bukanlah hal yang mudah.
Menulis membutuhkan ketelitian dan kreativitas. Berdasarkan kenyataan di atas, perlu diadakan alternatif pembelajaran
yang diharapkan membantu dalam meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis teks prosedur kompleks siswa kelas X IIS 1. Peneliti dalam membantu
meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis teks prosedur kompleks memutuskan untuk menggunakan teknik Jigsaw. Metode ini bisa digunakan dalam
pembelajaran membaca, menulis, mendengarkan, maupun berbicara. Dalam teknik jigsaw, guru memperhatikan semua skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran ini lebih bermakna Lie, 2010:69.
Sebagai pengajar, guru harus mampu menggunakan teknik yang sesuai dengan karakteristik siswa. Teknik yang digunakan dalam pembelajaran
diharapkan siswa mampu menerima dengan baik. Pembelajaran juga membutuhkan interaksi yang multi arah baik dari siswa dengan siswa maupun
guru dengan siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
Teknik pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah teknik Jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot Arons dan kawan-kawan dari Universitas Texas
yang kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan Slavin, 2008 dalam Sugiyanto, 2010:45. Peneliti memilih langkah-langkah Slavin karena penerapan
dalam pembelajarannya lebih terperinci dan lebih jelas. Penggunaan teknik ini diharapkan mampu membuat siswa lebih aktif dan kreatif, serta dapat
meningkatkan kemampuan menulis teks prosedur kompleks siswa.
B. Rumusan Masalah