Jika suatu sistem pada suhu mutlak T mengalami suatu Kemudian untuk mengerjakan soal nomor 2 kita gunakan

63 73 dalam. Jadi susah dilihat, tapi ada. Kedua entropi termasuk fungsi keadaan. Ketiga entropi juga harganya hanya tergantung pada kedudukan awal dan kedudukan akhir sistem dan tidak tergantung pada lintasan yang ditempuh. Keempat entropi menyatakan ukuran ketidakteraturan suatu sistem. Dan kelima suatu sistem yang memiliki entropi tinggi berarti sistem tersebut makin tidak teratur. Kemudian guru memberikan sebuah contoh untuk konsep entropi bahwa jika sebuah gas dipanaskan maka molekul-molekul gas akan bergerak secara acak entropinya tinggi tetapi jika suhunya diturunkan gerak molekulnya menjadi teratur entropi rendah. Pembelajaran ini guru memberikan sebuah persamaan umum untuk materi entropi sebagai persamaan jadi yang didapat dari sebuah buku LKS. Penyampaian guru terlihat seperti pada transkrip vid. tanggal 20 April 2012, lamp. 5 dibawah ini:

G: Jika suatu sistem pada suhu mutlak T mengalami suatu

proses reversibel dengan menyerap kalor Q maka kenaikan entropi ∆S dinyatakan: ∆ = Dalam wawancara guru mengungkap bahwa “nanti ketika mengajarkan termodinamika juga harus menjelaskan len juga, dari mana asalnya kata len, supaya anak tidak bingung. Meskipun itu jatahnya guru matematika. Karena dalam fisika juga ada, maka harus diajarkan” wawancara 11 April 2012, lamp.2. Pernyataan guru tersebut tidak sesuai dengan hasil pengamatan peneliti, bahwa didalam pembelajaran guru tidak menjelaskan rumus len, tetapi guru hanya memberikan soal yang cara kerjanya menggunakan persamaan len dengan cara guru memberikan 64 73 langsung persamaan jadi, tidak menjelaskan dari mana asal persamaan tersebut ke siswa. Seperti dalam transkrip vid. 27 April 2012, menit 47:59, lamp.5 dibawah ini:

G: Kemudian untuk mengerjakan soal nomor 2 kita gunakan

persamaan usaha W= nRT ln kemudian dijadikan W= nRT ln v 2 -v 1 Gambar 4.11 guru memberikan persamaan yang ada len nya Terlepas dari konsep yang danggap penting oleh guru, peneliti mengamati, selama pembelajaran guru menghabiskan 19 soal sebagai bentuk untuk menggali pemahaman siswa mengenai konsep yang sudah diajarkan. Sehingga peneliti menduga bahwa pola mengajar guru adalah sedikit singkat memberikan konsep tetapi banyak latihan soal. Terlihat dalam pembelajaran disetiap pertemuan, hanya beberapa menit saja guru menjelaskan setelah itu kegiatan pembelajaran diisi dengan latihan soal. Guru mengungkap bahwa: “materi yang masuk dalam kurikulum salah satunya yaitu ini materi termodinamika yang harus semua guru mengajarkan. Materi ini sudah dirumuskan karena merupakan materi pokok yang sudah ditetapkan oleh pemerintah supaya untuk diajarkan kepada siswa. Jadi kita sebagai guru sudah tahu, materi apa saja yang akan kita ajarkan kesiswa dengan melihat kurikulum yang saat ini sebagai patokannya” wawancara 11 April 2012, lamp. 5. Dari pernyataan tersebut, guru tidak mengungkap materi apa saja yang masuk dalam kurikulum sekolah pada mata pelajaran fisika. Tetapi guru 65 73 mengungkap bahwa materi termodinamika ini merupakan salah satu materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru tentang materi termodinamika didasarkan oleh beberapa faktor yaitu: 1 Menurut guru materi yang penting untuk diajarkan pada hukum I termodinamika adalah proses isotermis, isobarik, isokorik, dan adiabatik sedangkan untuk hukum II termodinamika materi yang penting untuk diajarkan siklus carnot dan entropi. Pemahaman guru tersebut tidak sesuai dengan teori dalam buku Fisika SMA kelas XI. 2 Menurut guru materi tentang energi dalam adalah materi yang sulit untuk diajarkan kepada siswa. Menurut guru dikarenakan konsep tersebut sangat mikroskopis. 3 Guru berpendapat bahwa termodinamika adalah materi yang sulit untuk dijelaskan, maka guru menggunakan tipe pembelajaran yang sedikit konsep tetapi latihan soal untuk siswa banyak. b. Kemampuan guru dalam memaparkan konsep dan metode disiplin keilmuan Guru mengungkap bahwa “sejarah hanya dipelajari dikuliah, itu aja hanya sekilas dan menyeluruh, hehe tidak tiap topik begitu” wawancara 19 Mei 2012, lamp. 5. Pernyataan guru sesuai dengan hasil pengamatan peneliti, bahwa didalam pembelajaran ketika guru membahas materi termodinamika, peneliti tidak melihat guru memaparkan sejarah dari 66 73 termodinamika, yang guru lakukan adalah guru langsung bertanya jawab dengan siswa dan memberikan materi termodinamika secara konseptual. Menurut guru “yang menarik dalam fisika itu karena terbiasa jadi luarbiasa dimana dengan terbiasa tersebut kita jadi bisa, kan begitu” wawancara 19 Mei 2012, lamp. 5. Dengan kebiasaan tersebut tenyata guru memahami bahwa fisika itu sangat dekat dengan kehidupan sekitar. Guru menungkap bahwa: “matematika itu merupakan rohnya fisika. Artinya begini, fisika akan lebih hidup dengan matematika, akan lebih teraktualisasi dengan matematika, dan akan lebih teridentifikasi dengan matematika serta akan lebih jelas lagi karena dengan matematika” wawancara 19 Mei 2012, lamp. 5. Artinya bahwa “saya mengajar fisika, jadi tetap fisika yang nomor satu kemudian disusul matematika. Jadi kita mengajaran dulu konsepnya seperti apa baru dipermudah dengan hitung-hitungan” wawancara 19 Mei 2012, lamp. 5. Pernyataan guru tersebut dapat menjelaskan bahwa mata pelajaran fisika mempunyai hubungan yang baik dengan mata pelajaran lain yaitu matematika, guru mengungkap diatas bahwa matematika merupakan roh fisika, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk mengajarkan mata pelajaran fisika harus membutuhkan bantuan mata pelajaran matematika yang sebagai fungsi untuk mempermudah secara matematis. Guru mengungkap perbedaan antara mata pelajaran fisika dengan mata pelajaran matematika yang dianggap guru bahwa matematika merupakan roh dari fisika: “ Beda matematika dengan fisika yaitu kalau matematika kan murni angka, sedangkan fisika lebih kepada gejala alam yang terjadi kemudian kita 67 73 aktualisasikan dengan matematika, tapi pemahamanannya itu mengenai gejala-gejala alam yang bisa diukur dengan matetamika menjadi angka- angka yang dapat mengartikan suatu konsep misalnya gerak, lisrtik, termodinamika, dll. Kalau segi rumus matematika hanya satu rumus untuk semua soal dalam topik bahasan jadi . Nah kalau fisika kan beda variable beda rumus, beda yang diketahui beda rumus, jadi rumus ditentukan sesuai dengan permasalahan yang ada” wawancara tanggal 19 Mei 2012, lamp. 5. Pemahaman guru tentang matematika merupakan roh dari fisika adalah pencerminan dari bentuk pola pengajaran guru yang sedikit memberikan konsep dan banyak latihan soal. Dapat disimpulkan bahwa guru kurang paham tentang hakikat dari fisika. Hal ini tidak sesuai dengan buku Filsafat Ilmu Pengetahuan, “fisika merupakan hukum yang bersifat konstan dan dapat disebut hukum alam, yang cara berfikirnya memerlukan bantuan sarana berfikir ilmiah yaitu matematika dengan pengukuran yang akurat dan perhitungan yang pasti” Wahana, 2010:121. Dari hasil analisis dan pembahasan diatas, penelitian tentang bentuk kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional dari seorang guru dalam realitanya sehari-hari adalah: 1. Kompetensi Pedagogik a. Guru memahami tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan anak didik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun didalam pembelajaran peneliti melihat, guru terfokus pada kognitif saja dan tidak terlihat pembelajaran pada aspek afektif dan aspek psikomotorik. 68 73 b. Guru mengenal dengan karakter kelasnya yang bersifat heterogen yang tingkat kecerdasan siswanya pintar, sedang, dan rendah, hal tersebut ditentukan dari nilai NEM dan nilai ulangan. Guru hafal 15 nama dari 25 siswa sehingga dijadikan sarana guru untuk mengenal siswanya. Guru lebih memberikan pendampingan kepada siswa yang membutuhkan dan memberikan kebebasan kepada siswa yang sudah jelas. Guru paham dengan siswa yang aktif dan kreatif. Tipe guru secara dominan adalah memperhatikan siswa secara personal. Guru paham dengan tingkat perkembangan kognitif siswa, sehingga didalam pembelajaran guru melakukan tanya jawab secara spontan untuk mengetahui bahwa siswa tersebut paham atau blum paham terhadap pelajaran. Guru paham dengan minat siswa untuk belajar fisika karena lebih menyukai latihan soal. c. Guru memahami bahwa materi termodinamika adalah materi yang ada dalam kurikulum dan terlihat didalam pembelajaran guru mengajarkan materi termodinamika. Guru mampu mengembangkan silabus secara mandiri yang sesuai dengan keadaan sekolah, keadaan siswa, dan fasilitas sekolah tersebut. d. Guru mampu membuat perencanaan pembelajaran secara disiplin yaitu mempersiapkan RPP, materi, soal-soal, dan animasi. Guru mampu membuat RPP sesuai teori komponen pendukung RPP namun ada ketidakcocokan antara RPP dengan pelaksanaan pembelajaran yaitu sejauh dari pengamatan peneliti, sistem penilaian yang digunakan guru 69 73 kurang jelas. Pada RPP hanya disebutkan penilaian menggunakan sistem pengamatan keaktifan kelas, kuis dan tugas tetapi tidak dilengkapi dengan lembar observasi, soal kuis dan soal tugas. Pada RPP, indikator ketiga untuk mendeskripsikan dan memformulasikan energi dalam, tetapi pada pelaksanaan pembelajaran tidak terlihat. e. Guru menyatakan bahwa seorang guru harus bersikap baik supaya disenangi muridnya dan terlihat didalam pembelajaran guru mampu menciptakan pembelajaran yang dialogis dengan cara bersahabat dan simpati kepada semua siswa yang terutama kepada siswa yang sedang mendapat kesulitan mengerjakan soal, perhatian dengan keluhan siswa, membuat aktifitas pembelajaran yang interaktif dengan cara berdiskusi mengerjakan soal bersama-sama dan tanya jawab, dan memberikan sikap kepada siswa yang gagal mengerjakan soal dengan cara pendekatan yang dapat membesarkan hati siswa secara logis. f. Guru kurang memanfaatkan papan tulis untuk pembelajaran karena menurut guru kurang efektif dan efisien. Pada pembelajarannnya guru lebih terampil menggunakan teknologi modern untuk menampilkan bahan ajar seperti materi, animasi, gambar-gambar, dan soal-soal. guru hanya memanfaatkan papan tulis untuk memberikan penekanan pada persamaan yang dirasa guru penting dengan cara memberi kotak. Guru mengungkap untuk tidak memanfaatkan laboratorium sebagai KBM. Laboratorium digunakan untuk praktikum diluar jam belajar 70 73 yaitu sore hari sepulang sekolah dengan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan sekolah. Sehingga tidak mengganggu jam belajar siswa. g. Guru paham dengan waktu untuk melaksanakanan evaluasi yaitu setiap bab. Namun, sejauh pengamatan peneliti guru tidak membuat soal. Terlihat jelas bahwa guru mengutip 9 soal dari buku dan internet, dan tipe soal pilihan ganda sebagai bentuk untuk membiasakan siswa untuk UN. Peneliti menduga bahwa guru memakai cara seperti ini untuk memudahkan guru untuk mendapatkan soal dan mengoreksi jawaban siswa. h. Guru memberikan motivasi kepada siswa yang mengalami keterlambatan dengan cara melayani di program klinik, dan untuk siswa yang berpotensi dikembangkan dalam pelatihan pendalaman materi untuk mengikuti olimpiade. 2. Kompetensi Profesional a. Guru kurang memahami materi termodinamika secara luas dan mendalam. Hal tersebut didasarkan oleh beberapa faktor yaitu: 1 Menurut guru materi yang penting untuk diajarkan pada hukum I termodinamika adalah proses isotermis, isobarik, isokorik, dan adiabatik sedangkan untuk hukum II termodinamika materi yang penting untuk diajarkan siklus carnot dan entropi. Pemahaman guru tersebut tidak sesuai dengan teori dalam buku Fisika SMA kelas XI. 71 73 2 Menurut guru materi tentang energi dalam adalah materi yang sulit untuk diajarkan kepada siswa. Menurut guru dikarenakan konsep tersebut sangat mikroskopis. 3 Guru berpendapat bahwa termodinamika adalah materi yang sulit untuk dijelaskan, maka guru menggunakan tipe pembelajaran yang sedikit konsep tetapi latihan soal untuk siswa banyak. b. Pemahaman guru tentang matematika merupakan roh dari fisika adalah pencerminan dari bentuk pola pengajaran guru yang sedikit memberikan konsep dan banyak latihan soal. Dapat disimpulkan bahwa guru kurang paham tentang hakikat dari fisika. Hal ini tidak sesuai dengan buku Filsafat Ilmu Pengetahuan, “fisika merupakan hukum yang bersifat konstan dan dapat disebut hukum alam, yang cara berfikirnya memerlukan bantuan sarana berfikir ilmiah yaitu matematika dengan pengukuran yang akurat dan perhitungan yang pasti” Wahana, 2010:121. 72 Dibawah ini merupakan bentuk kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru dalam pengembangan persiapan dan pelaksanaan pembelajaran: Tabel: 4.1 Pengaruh Pengembangan Persiapan dan Pelaksanaan Pembelajaran Komptensi Persiapan Guru Aktivitas yang berpengaruh didalam pembelajaran Komptensi Pedagogik 1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan • Tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan anak didik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik • Makna afekif dan psikomotorik tidak sesuai dengan teori • Guru terfokus pada kognitif saja 2. Pengembangan dan karakterisik dari peserta didik • Mengenal dengan karakter kelasnya yang bersifat heterogen • Hafal 15 nama dari 25 siswa • Paham dengan siswa yang aktif dan kreatif • Paham dengan tingkat perkembangan kognitif siswa • Paham dengan minat siswa • Tipe guru secara dominan memperhatikan siswa secara personal • Tanya jawab secara spontan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa • Siswa lebih menyukai latihan soal 3. Pengembangan kurikulum silabus • Paham bahwa termodinamika adalah materi yang ada dalam kurikulum • Mampu mengembangkan silabus secara mandiri • Guru mengajarkan materi termodinamika 4. Perencanaan pembelajaran • Mampu membuat perencanaan pembelajaran secara disiplin yaitu mempersiapkan RPP, materi, soal-soal, dan animasi • Guru mampu membuat RPP sesuai teori komponen pendukung RPP • Indikator pada RPP dalam memformulasikan energi dalam tidak sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran yaitu materi ini tidak diajarkan • Sistem penilaian tidak sesuai dengan RPP 73 Komptensi Persiapan Guru Aktivitas yang berpengaruh didalam pembelajaran 5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis • Seorang guru harus bersikap baik supaya disenangi muridnya • Guru mampu menciptakan pembelajaran yang dialogis dengan cara bersahabat dan simpati kepada semua siswa yang terutama kepada siswa yang sedang mendapat kesulitan mengerjakan soal • Perhatian dengan keluhan siswa, • Membuat aktifitas pembelajaran yang interaktif dengan cara berdiskusi mengerjakan soal bersama- sama dan tanya jawab • Memberikan sikap kepada siswa yang gagal mengerjakan soal dengan cara pendekatan yang dapat membesarkan hati siswa secara logis. 6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran • Kurang memanfaatkan papan tulis untuk pembelajaran karena menurut guru kurang efektif dan efisien • Tidak memanfaatkan laboratorium sebagai KBM • Menggunakan teknologi modern untuk menampilkan bahan ajar seperti materi, animasi, gambar-gambar, dan soal-soal • Memanfaatkan papan tulis untuk memberikan penekanan pada rumus • Tidak memanfaatkan laboratorium sebagai KBM 7. Evaluasi hasil belajar siswa • Guru paham untuk melaksanakan ulangan setiap bab • Guru melaksanakan ulangan setelah materi termodinamika selesai • Tetapi guru kurang mampu dalam membuat soal • Membuat 9 soal dengan mengutip pada buku dan internet, dan tipe soal pilihan ganda 8. Pengembangan untuk peserta didik dalam mengaktualisasikan potensi yang dimiliki • Guru paham untuk memotivasi siswa dengan program dari sekolah • Memotivasi siswa yang mengalami keterlambatan dengan cara melayani di program klinik, dan untuk siswa yang berpotensi dikembangkan dalam pelatihan pendalaman materi untuk mengikuti olimpiade. Kompetensi Profesional 1. Kemampuan guru dalam • Memaparkan makna termodinamika • Tidak memaparkan makna termodinamika dalam 74 Komptensi Persiapan Guru Aktivitas yang berpengaruh didalam pembelajaran menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam • Materi yang penting untuk diajarkan pada hukum I termodinamika adalah proses isotermis, isobarik, isokorik, dan adiabatik sedangkan untuk hukum II termodinamika materi yang penting untuk diajarkan siklus carnot dan entropi • Energi dalam adalah materi yang sulit untuk diajarkan kepada siswa • Termodinamika adalah materi yang sulit untuk dijelaskan pembelajaran • Guru memberikan materi secara lengkap hanya pada konsep adalah proses isotermis, isobarik, isokorik, dan adiabatik, siklus carnot, dan entropi • Tipe pembelajaran yang sedikit konsep tetapi latihan soal untuk siswa banyak. 2. Kemampuan guru dalam menguasai konsep dan metode disiplin keilmuan pada mata pelajaran yang diampu • Matematika merupakan roh dari fisika • Pola pengajaran guru yang sedikit memberikan konsep dan banyak latihan soal Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional seorang guru sangatlah penting dimiliki, agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Dibawah ini merupakan hasil dari penelitian bahwa kompetensi pedagogik guru yang sesuai dengan teori. Guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik, sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan kompetensi profesional guru yang lemah, mempengaruhi pembelajaran yaitu menyebabkan pembelajaran terputus-putus dan konsep yang diajarkan hanya sekilas, sehingga terkesan membingungkan. 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi paparan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran. Kedua hal tersebut diuraikan seperti pada subbab berikut:

A. Kesimpulan

Penelitian tentang bentuk-bentuk kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional dari seorang guru dalam realitanya sehari-hari adalah: 1. Kompetensi Pedagogik a. Guru memahami tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan anak didik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun didalam pembelajaran peneliti melihat, guru terfokus pada kognitif saja dan tidak terlihat pembelajaran pada aspek afektif dan aspek psikomotorik. Seharusnya tiga aspek tersebut harus ada didalam setiap pembelajaran agar tujuan pembelajaran mencapai sasaran. b. Guru mengenal dengan karakter kelasnya yang bersifat heterogen yang tingkat kecerdasan siswanya pintar, sedang, dan rendah, hal tersebut ditentukan dari nilai NEM dan nilai ulangan. Guru hafal 15 nama dari 25 siswa sehingga dijadikan sarana guru untuk mengenal siswanya. Guru lebih memberikan pendampingan kepada siswa yang membutuhkan dan memberikan kebebasan kepada siswa yang sudah jelas. Guru paham dengan siswa yang aktif dan kreatif. Tipe guru