20
efektif dalam pengembangan karakter anak maupun semua pihak yang ada di sekolah.
e. Lingkungan masyarakat
Keadaan, situasi, dan karakter lingkungan masyarakat berpengaruh pada pembentukan karakter remaja. Remaja akan melihat serta meniru
apa yang dilakukan oleh orang-orang yang ada disekitarnya. Lingkungan yang mendukung pengembangan karakter positif remaja
tentunya situasi lingkungan juga memiliki karakter yang positif. Bila lingkungan sekitar kurang mendukung pengembangan karakter positif,
maka karakter baik yang sudah ditanamkan di sekolah maupun di keluarga akan luntur karena pengaruh lingkungan tersebut.
f. Media
Perkembangan teknologi yang sangat pesat sangat mempengaruhi remaja. Banyak remaja yang meniru sesuatu yang dilihatnya pada
media tanpa
menyaring hal
tersebut. Kondisi
ini sangat
memprihatinkan, mengingat akses anak dalam mengoperasikan Gadget sangat mudah. Banyak remaja SMP yang memiliki Gadget. Apabila
dalam penggunaannya tidak dapat terkontrol dengan baik, maka Gadget yang fungsi dan tujuannya untuk hal-hal yang baik justru menjadi
perusak karakter remaja.
7. Tantangan-tantangan Pendidikan Karakter di Sekolah
Fathurrohman, dkk 2013 menjelaskan ada beberapa tantangan
pendidikan karakter di sekolah. Diantaranya sebagai berikut.
21
a. Dekandensi Moral
Salah satu penyebab dekandensi moral adalah kemajuan teknologi yang sangat pesat. Kemajuan teknologi mempermudah semua
orang dari berbagai belahan dunia untuk berkomunikasi termasuk menyebarkan informasi mengenai berbagai hal. Oleh karena segala
informasi mudah diakses, seperti perjudian dan perzinaan serta sejalan dengan itu Indonesia belum siap menghadapi kemajuan teknologi, maka
dekandensi moral terjadi di Indonesia. Negara barat mempunya budaya yang sangat berbeda dengan negara timur, terkhusus Indonesia.
Perilaku yang dianggap wajar dan tidak salah di negara barat belum tentu demikian di Indonesia. Indonesia belum siap menghadapi
kemajuan teknologi ini. b.
Fanatisme yang Berlebihan Fanatisme yang dimaksudkan adalah fanatisme yang buta
terhadap pendapat, mazhab sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak, dan sebagainya yang didasarkan pada
hawa nafsu. Fanatisme ini merupakan salah satu akibat dari kemerosotan moral, karena fanatisme seperti ini menjadi pemicu
terjadinya pertentangan dan terkotak-kotaknya golongan. Orang-orang di zaman sekarang sangat fanatik terhadap
kelompok dan kelas sosial mereka. Satu sama lain saling berselisih dan saling menyerang. Contohnya dalam perbedaan agama, banyak orang
menganggap agamanyalah yang paling benar dan agama lainnya tidak
22
benar. Ketika terjadi hal demikian, agama yang sangat baik adanya dan seharusnya mempersatukan umat manusia justru disalah persepsikan,
sehingga terkesan bahwa agama malah memisah-misahkan umat manusia.
8. Hambatan pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP
Barus 2015 menegaskan Pendidikan karakter terintegrasi di SMP berpedoman pada aturan yang dibuat oleh Direktorat Pembinaan
SMP tahun 2010 yang dijadikan standar minimal ketentuan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Ketentuan pelaksanaan pendidikan
karakter di sekolah tersebut hanya melibatkan guru mata pelajaran yang menjadi subjek pelaksana pendidikan karakter. Kenyataannya, proses
pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru mata pelajaran mengalami hambatan. Hambatan-hambatan umum dalam
proses pelaksanaan pendidikan karakter antara lain:
a. Tidak operasionalnya pedoman Pendidikan Karakter dari
Direktorat Pembinaan SMP 2010,
b. Integrasi nilai karakter melalui pembelajaran masih bersifat acuan,
belum dapat diterapkan, c.
Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian karakter,
d. Penanaman nilai karakter masih cenderung pada tataran kognitif,
belum mengarah pada afeksi,
23
e. Komitmen dan konsistensi para guru dalam menjaga gawang
karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh; dan belum tercipta kolaborasi yang baik antara para guru dan konselorguru BK dalam
implementasi pendidikan karakter.
B. Hakikat Karakter Bersahabat