112
experiential learning memberikan gambaran baru bagi saya guru BK untuk membuat program BK kedepannya. Berdasarkan apa yang saya lihat,
ketika dilakukan implementasi pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning peneliti hanya
sedikit menyampaikan informasi menggunakan menggunakan media presentasi dan banyak memberikan pengalaman langsung kepada siswa. hal
itu saya rasa sangat menarik karena dengan demikian siswa mampu menemukan poin yang disampaikan peneliti dengan sendirinya”.
b. Siswa 1 Marcel Clark
“Saya merasa senang mengikuti kegiatan ini. Tiap kali bimbingan pasti ada permainan yang baru dan menarik untuk saya ikuti. Selain itu permainannya
seru membuat saya lebih membaur bersama teman-teman, lebih mengenal teman-teman, lebih bisa menghargai perbedaan yang ada. Saya mempunyai
niat untuk selalu mendengarkan teman yang sedang berbicara, agar saya benar-ben
ar bisa memahami dan menghargai teman”.
B. Pembahasan
Peningkatan karakter bersahabat melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning terlaksana sesuai dengan
perencanaan. Penelitian tindakan yang terdiri dari tiga siklus, menghasilkan beragam data tentang kondisi nyata siswa kelas VII SMP Aloysius Turi Tahun
Ajaran 2015 2016. Beragam data telah dirangkum pada hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Data tersebut menjadi tolok ukur keberhasilan
dalam penelitian tindakan ini.
113
Peneliti mempunyai data yang diambil melalui Tes Karakter Bersahabat dan Self Assesment Scale. Hasil Tes Karakter Bersahabat antara
pretest dan posttest menunjukkan ada peningkatan secara signifikan. Demikian juga hasil Self Assesment Scale Karakter Bersahabt antar siklus juga
menunjukkan ada peningkatan secara signifikan. Capaian karakter bersahabat siswa sebelum dilakukan tindakan
menunjukkan bahwa 9 siswa berada pada kategori sangat tinggi dan sangat tingggi, sedangkan siswa yang berkategori sedang berjumlah 10, bahkan ada
yang berkategori rendah 2 siswa. Peningkatan siswa berkategori tinggi setelah dilakukannya tindakan sangat pesat yaitu menjadi 18 siswa dari yang
sebelumnya 9 siswa. walaupun pada kategori sangat tinggi menjadi 7 siswa yang berarti justru menurun 2 siswa, secara keseluruhan dapat dikatakan ada
peningkatan karakter bersahabat pada siswa karena siswa yang berkategori rendah sudah tidak ada dan siswa yang berkategori sedang hanya tersiswa 5
orang. Dapat juga dilihat melalui rata-rata perolehan skor Tes Karakter Bersahabat pada saat sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan mengalami
peningkatan 3, 07 poin di mana rata-rata total skor pada pretest 60,53 dan posttest 63,60.
Keefektifan implementasi pentitikan karakter juga dibuktikan melalui hasil penilaian siswa yang menyatakan bahwa siswa merasa gembira dalam
melaksanakan kegiatan, semangat mengikuti kegiatan, lebih kreatif, berani mencoba melakukan sesuatu, keinginan untuk menolong orang lain, dan puas
terhadap bimbingan yang diberikan. Keberhasilan implementasi pendidikan
114
karakter bersahabat tidak terlepas dari layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning yang peneliti pilih sebagai strategi.
Bimbingan klasikal merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa oleh guru bimbingan dan konseling
atau konselor sekolah kepada sejumlah siswa dalam satuan kelas yang dilaksanakan di dalam kelas Makrfiah Wiryo Wiryo Nuryono, 2014,
sehingga ketika siswa dihdapkan persoalan yang sama atau ketika siswa mendiskusikan sesuatu secara bersama, siswa didorong untuk berani
mengemukakan pendapatnya dan menghargai orang lain. Hal tersebut akan dibutuhkan selama hidupnya. Siswa juga berani menghadapi kesukaran
setelah mengerti bahwa teman-temannya juga mengalami kesukaran tersebut. oleh sebab itu bimbingan klasikal sangat efektif dan efesien untuk
meningkatkan karakter bersahabat siswa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah experiential
learning. Pendekatan khas experiential learning sangat bermanfaat bagi pembentukan karakter siswa. Experiential learnig bertujuan untuk
mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa, dan memperluas keterampilan yang telah ada
pada siswa Baharuddin danWahyuni, 2010. Penggunaan media permainan games menjadi kekhasan dalam
layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. Bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning yang lebih
mengedepankan simulasi permainan menyebabkan siswa terlibat aktif dan
115
kreatif dalam berdinamika bersama. Setiap siklus dalam peelitian ini menggunakan permainan sebagai salah satu cara agar siswa belajar dari hal
yang dialami langsung dan mampu memaknai setiap permainan untuk diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Tindakan pada siklus I dengan topik “Aku Berharga” bertujuan agar siswa mampu menghargai dirinya sendiri. Sejauh mana hubungan ditandai
dengan pengungkapan informasi pribadi dan perasaan J.Parker R. Asher, 1993. Pengungkapan informasi pribadi dan perasaan harus dilandasi dengan
pemahaman diri sendiri sebelum mengungkapkannya kepada orang lain. Siklus I menggunakan permainan “Menggambar Jari”. Permainan itu
bertujuan mengajak siswa untuk mengenal dan memahami apa yang ada pada dirinya. Siswa yang sebelumnya tidak pernah memikirkan pengalaman sedih,
pengalaman bahagia, sifat buruk yang ada dalam diri, sifat yang disukai pada teman, sifat yang tidak disuakai pada teman, dan hal positif pada diri, menjadi
memikirkan hal tersebut dan berproses didalamnya. Kemudian siswa diajak memaknai pengalaman ketika menggambar dan membacakan gambar milik
temannya. Siswa membagikan hasil refleksi pengalamannya dengan mengungkapkan makna secara lisan dibalik permainan tersebut. Makna dalam
permainan tersebut seperti, “sebenarnya setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri-sendiri, maka tidak perlu malu ketika kekurangan
tersebut diketahui oleh orang lain. Namun yang perlu dilakukan adalah berbenah diri, dengan berbenah diri seseorang akan semakin merasa
berharga”. Aktivitas tersebut sebagai proses membagikan pengalaman pada
116
siswa lainnya. Lembar kerja individu merupakan bagian dalam pendekatan experiential learning.
Hasil Self Assesment Scale Karakter Bersahabat siklus I pada siswa menunjukkan ada 17 siswa berkategori sedang dan 13 siswa berkategori
tinggi. Sebelumnya pada data pra siklus, 8 siswa berkategori tinggi dan 14 siswa berkategori sedang. Sedangkan siswa dengan kategori sangat tinggi
menurun menjadi 0 dari yang sebelumnya 5 dan siswa berkategori rendah juga menurun dari yang tadinya 3 menjadi 0.
Hasil peningkatan skor karakter bersahabat siswa antara pra tindakan dan siklus I tidak mengalami peningkatan skor secara signifikan. Peneliti
berpendapat kondisi itu terjadi karena media yang digunakan peneliti tidak sesuai dengan minat siswa. peneliti menggunakan media menggambar jari.
Kemungkinan yang menyebabkan peningkatan skor tidak signifakan, yaitu belum tentu semua siswa bisa dan berminat dengan aktivitas menggambar,
serta siswa belum terbiasa mengungkapkan mengenai dirinya maupun orang lain. Kondisi itu sejalan dengan pendapat Reid 2007 yang mengatakan
bahwa dalam pemberian tugas harus berkaitan dengan usia dan minat siswa agar siswa semakin termotivasi.
Tindakan pada siklus II dengan topik “Menghargai Orang Lain” menekankan pada siswa mampu menghargai perbedaan pendapat dirinya
degan temannya mealui sebuah permainan “Terserang Nuklir”. Proses permainan berbentuk diskusi tersebut juga dapat disebut sebagai proses
mengalami. Saat siswa bermain permainan “Terserang Nuklir” siswa diajak
117
untuk berdiskusi, berpendapat, bahkan mengkritik pendapat teman yang berbeda. Proses itulah yang merupakan aktivitas penting dalam pendekatan
experiential learning. Peneliti memberikan penguatan dan kesimpulan dengan memutarkan video “Two choice”. Video tersebut mengungkapkan bahwa
orang dapat menjadi baik dengan menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain, maka peneliti menyimpulkan bahwa orang tidak mungkin
menghargai orang lain jika belum menghargai dirinya sendiri. Setelah kesimpulan, harapannya siswa dapat menghargai dirinya sendiri dan
menghargai orang lain. Hasil Self Assesment Scale Karakter Bersahabat siklus II pada siswa menunjukkan ada peningkatan pada kategori tinggi yaitu
menjadi 17 siswa dari sebelumnya pada siklus I berjumlah 13 siswa. Sedangkan siswa berkategori sedang menurun menjadi 13 siswa dari
sebelumnya siklus I berjumlah 17 siswa. Tindakan pada siklus III dengan topik “Gaul it’s Oke” lebih
menekankan siswa mampu mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. Per
mainan yang dilakukan pada siklus III ini adalah “Bergaul dengan Kelemahan dan Kelebihanku”. Hasil Self Assesment Scale Karakter
Bersahabat siklus III sangat jelas meningkat. Siswa berkategori sangat tinggi menjadi 3 orang, berkategori tinggi menjadi 20 orang, dan berkategori sedang
menjadi 7 orang. Tentunya hal tersebut sangat baik karena terbukti bahwa layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dapat
sungguh meningkatkan karakter bersahabat siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi Tahub Ajaran 2015 2016.
118
Peningkatan karakter bersahabat melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning sangat bermanfaat bagi penyelesaian
tugas perkembangan siswa SMP remaja. Tugas perkembangan itu adalah mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok William Kay dalam Jahja, 2011.
119
BAB V PENUTUP
Bab ini menguraikan kesimpulan, keterbatasan, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, Peneliti menyimpulkan bahawa:
1. Karakter bersahabat dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal
dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 20152016. Peningkatan tersebut dibuktikan
dengan hasil tes karakter bersahabat antara pretest dan posttest yang mengalami peningkatan.
2. Capaian karakter bersahabat siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun
ajaran 20152016 mengalami perubahan dengan grafik meningkat pada setiap siklus.
3. a. Terjadi peningkatan karakter bersahabat secara signifikan pada siswa ke-
las VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 20152016 melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning.
b. Terjadi peningkatan karakter bersahabat secara signifikan antar siklus pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 20152016
melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning.