keperawatan melainkan dari beberapa pihak sehingga hasil atau nilai yang diharapkan dapat mewakili keadaan yang sebenarnya.
Berdasarkan penjabaran di atas dapat diketahui supervisi atau pengawasan yang dilakukan oleh supervisor kepada perawat di RS
Brawijaya sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari setiap jawaban pada pertanyaan mengenai kepuasan terhadap supervisi sebagian besar
perawat menyatakan puas terhadap supervisor di RS Brawijaya. Untuk itu, para supervisor baik itu manajer keperawatan dan kepala ruang
harus tetap mempertahankan dan meningkatkan pengawasan kepada para perawat yakni dengan memberikan dukungan, penghargaan dan
tanggung jawab kepada perawat dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
4. Kepuasan terhadap Pengembangan Karir
Kesempatan untuk maju merupakan salah satu dorongan untuk memilih tempat bekerja. Diadakannya pendidikan dan pelatihan
tambahan oleh suatu organisasi sehingga suatu saat nanti pekerja memiliki kesempatan untuk mempromosikan dari satu jabatan ke
jabatan lain yang lebih tinggi merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi dan kepuasan kerja seseorang Kurniadi, 2013.
Selain faktor kompensasi ada faktor lain yang menentukan seseorang untuk bekerja di suatu organisasi, yaitu kesempatan karir
yang diberikan oleh organisasi tersebut. Jika kesempatan karir yang diberikan oleh organisasi sangat menunjang maka banyak karyawan
yang akan merasa puas dan bertahan di organisasi tersebut. Handoko 2000 menjelaskan keterkaitan kepuasan kerja dengan jenjang karir.
Semakin tinggi kesempatan karir yang diberikan oleh suatu organisasi kepada perawat yang bekerja seperti memberikan pelatihan dan
pendidikan maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan kerja perawat tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yaitu pada tabel 5.12 dapat diketahui bahwa jumlah perawat yang tidak puas terhadap
pengembangan karir di RS Brawijaya sebanyak 56 58.3 sedangkan perawat yang menyatakan puas terhadap pengembangan karir di RS
Brawijaya berjumlah 40 41.7. Jika ditinjau dari masing-masing pertanyaan mengenai
kepuasan terhadap pengembangan karir, rata-rata perawat menyatakan tidak puas dan sangat tidak puas terhadap pengembangan karir di RS
Brawijaya. Pada pertanyaan nomor 1, mengenai kesempatan yang diberikan RS untuk meningkatkan jenjang karir keperawatan sebanyak
50 52.1 menyatakan tidak puas dan sangat tidak puas terhadap
kesempatan yang diberikan dalam meningkatkan jenjang karir keperawatan di RS Brawijaya. Hal ini sejalan dengan penelitian
Hunter, Felix dan Tan 2008 yang menyatakan bahwa seseorang yang mendapatkan kesempatan karir yang lebih luas akan lebih puas dalam
bekerja dibandingkan dengan yang mendapatkan kesempatan pengembangan karir lebih sempit.
Pada pertanyaan mengenai kesempatan mengikuti pelatihan di luar rumah sakit, perawat yang menyatakan tidak puas dan sangat
tidak puas berjumlah 47 49 sedangkan perawat yang menyatakan puas dan sangat puas terhadap kesempatan mengikuti pelatihan di luar
rumah sakit berjumlah 49 51. Selisih diantara perawat yang tidak puas dan puas tidak berbeda jauh hal ini diikarenakan pelatihan di luar
rumah sakit juga sering diadakan oleh RS Brawijaya dan memberikan kesempatan kepada perawat yang potensial untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilannya. Sedangkan untuk kesempatan mengikuti pendidikan formal
keperawatan yang lebih tinggi lebih dari 50 perawat menjawab tidak puas dan sangat tidak puas. Hal ini sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Handoko 2000, semakin rendah kesempatan karir yang diberikan maka akan semakin rendah tingkat kepuasan kerjanya.
Untuk proses yang diterapkan dalam program pengembangan karir
sebagian besar perawat sudah puas dengan proses yang diterapkan oleh pihak manajemen RS Brawijaya.
Pentingnya kesempatan atau peningkatan karir yang diberikan oleh organisasi sangat menentukan tingkat kepuasan kerja seseorang.
Untuk itu, sebaiknya pihak RS Brawijaya lebih memfokuskan dan memberikan kesempatan kepada perawat-perawatnya untuk mengikuti
pendidikan dan kesempatan untuk meningkatkan karir mereka.
5. Kepuasan terhadap Rekan Kerja