Motivasi Motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean tahun ajaran 2014/2015 pada pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pokok bahasan geometri.
usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk didalamnya kegiatan belajar.
Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama Agus Suprijono, 2009:163.
Wlodkowski 1985 menjelaskan, motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang
memberi arah serta ketahanan persistence pada tingkah laku tersebut. Menurut Suryabrata 1984 motif adalah keadaan dalam diri seseorang
yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara 2011:51 secara umum terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi
merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi
mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peran penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga
siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno dalam Agus Suprijono, 2009:163 dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
4. Adanya penghargaan dalam belajar.
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
peserta didik dapat belajar dengan baik. Menurut Agus Suprijono 2009:163 motivasi belajar bertalian erat
dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi:
1. Mendorong peserta didik untuk berbuat.
2. Menentukan arah kegiatan pembelajaran, yakni kearah tujuan belajar
yang hendak dicapai. 3.
Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan- kegiatan apa yang harus dikerjakan dan sesuai guna mencapai tujuan
pembelajaran dengan cara menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.
Terdapat dua jenis motivasi , yaitu : 1.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merujuk pada motivasi untuk terlibat didalam satu kegiatan sebagai sarana mencapai tujuan Schunk, dkk., 2008
dalam Eggen dan Kauchak 2012:67. Menurut John W. Suntrock 2009:204, motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk
mendapatkan sesuatu yang lain sebuah cara untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai contoh, murid yang termotivasi secara ekstrinsik
belajar keras untuk menghadapi suatu tes karena mereka yakin belajar akan membuahkan skor yang yang tinggi atau pujian dari guru.
2. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk terlibat didalam kegiatan untuk kegiatan itu sendiri Schunk, dkk., 2008 dalam Eggen dan
Kauchak 2012:67. Sedangkan menurut John W. Suntrock 2009:204, motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu
demi hal itu sendiri sebuah tujuan itu sendiri. Sebagai contoh, murid yang termotivasi secara intrinsik belajar karena mereka ingin
memahami isi pelajaran dan memandang pembelajaran itu bernilai pada dirinya sendiri.
Peneliti menemukan bahwa murid akan termotivasi secara intrinsik oleh pengalaman-pengalaman yang Eggen dan Kauchak,
2012:68 : a.
Memberikan tantangan. Tantangan terjadi ketika tujuan-tujuan lebih sukar secara sedang-sedang saja dan saat keberhasilan tidak
terjamin pasti. Memenuhi tantangan juga lebih memuaskan secara emosional Ryan Deci, 2000; Stipek, 2002.
b. Mendorong perasaan otonomi siswa. Murid akan lebih
termotivasi ketika mereka merasa dapat mempengaruhi pembelajaran mereka sendiri Perry, 1998; Ryan Deci, 2000.
c. Membangkitkan rasa ingin tahu. Pengalaman yang baru,
mengejutkan, atau ganjil dapat memicu motivasi intrinsik. d.
Melibatkan kreativitas dan fantasi. Pembelajaran kreatif memungkinkan murid untuk membuat materi lebih personal lewat
imajinasi mereka Lepper Hodell, 1989. e.
Memberikan investasi pribadi. Guru yang berpengalaman menggambarkan usaha membuat materi lebih pribadi sebagai
salah satu cara untuk mendorong minat siswa untuk belajar Schraw Lehman, 2001 dan siswa merasakan semacam
otonomi saat mereka mempelajari topik-topik yang bisa mereka rasakan hubungannya secara pribadi I yengar Lepper, 1999.
Salah satu teori yang terkenal kegunaanya untuk menjelaskan mengenai motivasi siswa adalah yang dikembangkan oleh Abraham
Maslow. Menurut Maslow 1984, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhan tersebut adalah :
1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis ini merupakan kebutuhan yang paling kuat, meliputi kebutuhan-kebutuhan pokok manusiawi seperti kebutuhan
akan makanan, pakaian, tempat berlindung, yang penting untuk mempertahankan hidup. Apabila kebutuhan ini kurang dipenuhi, maka
kebutuhan-kebutuhan lain mungkin akan terdesak kebelakang. Namun suatu kebutuhan jika sudah dipenuhi ia bukan kebutuhan lagi. Dengan
demikian memungkinkan munculnya kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat sosial.
2. Kebutuhan akan keselamatan
Apabila kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan-kebutuhan baru yang dapat dikategorikan dalam kebutuhan
akan keselamatan.
Kebutuhan tersebut
meliputi keamanan,
ketergantungan, kebebasan dari rasa takud, cemas, dan kekalutan, perlindungan, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan rasa cinta
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan-kebutuhan akan cinta, rasa kasih, dan
rasa memiliki. Seseorang akan menginginkan suatu hubungan yang penuh rasa dengan orang disekitarnya. Ia merasa ingin memiliki suatu
tempat dalam kelompok atau keluarganya dan ia akan berusahan keras untuk menggapainya.
4. Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan-kebutuhan ini diklasifikasikan dalam dua perangkat tambahan. Pertama, keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan,
keunggulan dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia, serta kemerdekaan dan kebebasan. Kedua,
keinginan akan nama baik atau gengsi, prestise suatu penghormatan
dan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, martabat, maupun apresiasi. Pemenuhan
kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri- sendiri, kekuatan maupun kegunaan dan rasa diperlukan oleh dunia.
5. Kebutuhan akan perwujudan diri
Meskipun semua kebutuhan telah dipenuhi, seseorang masih sering merasa tidak puas dan muncul kegelisahan yang baru, kecuali jika ia
melakukan apa yang secara individual sesuai dengan dirinya. Kebutuhan ini dapat dikatakan sebagai perwujudan-diri. Seseorang
akan cenderung untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kecenderungan ini dapat diungkapkan
sebagai keinginan untuk makin lama makin istimewa, untuk menjadi apa saja menurut kemampuannya. Kebutuhan ini terlihat jelas
biasanya ketika keempat kebutuhan sebelumnya sudah terpenuhi.
Gambar 2.1. Segitiga Motivasi
Aktualisasi
Diri
Harga Diri Kebutuhan akan Rasa
Cinta Kasih Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan Fisiologis
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu kondisi yang mendorong atau memberikan arahan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan akademis guna mencapai tujuan yang diinginkan. Secara lebih khusus jika seseorang menyebutkan motivasi
belajar yang dimaksud di dalamnya tentu segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang
melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih rajin lagi dalam belajar untuk mencapi prestasi belajar yang lebih maksimal dari sebelumnya.
Jenis motivasi intrinsik biasanya memiliki daya tahan yang lebih kuat dibanding motivasi ekstrinsik. Hal ini terjadi karena pada motivasi
intrinsik keinginan belajar siswa itu timbul dari dalam dirinya sendiri, sehingga ia akan sungguh-sungguh memahami isi pelajaran tersebut dan
memandangnya sebagai suatu yang bernilai. Teori kebutuhan Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan
fisoiologis merupakan kebutuhan dasar. Apabila kebutuhan fisiologis kurang dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan lain mungkin akan terdesak
kebelakang. Kaitannya pada pendidikan dapat terlihat dari keinginan siswa untuk dapat memenuhi kebutuhannya dari bawah. Siswa yang datang
kesekolah dengan perut lapar, sakit, atau tanpa pakaian yang layak ia tidak akan termotivasi untuk mencari ilmu dan untuk mengerti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Jika siswa merasa kurang aman dalam belajar atau takut dengan pelajaran tentu akan membuatnya menjadi pasif dan takut
untuk bertanya kepada guru maupun teman. Perasaan diterima dan dihargai oleh kelompoknya merupakan hal penting bagi siswa.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori motivasi dari Abraham Maslow sebagai acuan dalam pembuatan kuesioner motivasi
belajar siswa.