Latar Belakang Masalah Motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean tahun ajaran 2014/2015 pada pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pokok bahasan geometri.

siswanya dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang benar- benar dipilih oleh guru Herman Hudoyo, 1980:18. Interaksi ini akan terjalin jika siswa merasa nyaman dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. Oleh sebab itu peran guru menjadi sangat penting didalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru akan menemui beragam sikap, sifat, cara pandang maupun karakter siswa yang berbeda-beda. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa dapat lebih termotivasi dan aktif dalam mengikuti pelajaran. Eveline Siregar dan Hartini Nara dalam Teori Belajar dan Pembelajaran 2011:51 mengungkapkan bahwa motivasi memiliki dua peranan penting dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai suatu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dalam hal ini guru bertindak sebagai motivator yang dapat memberikan dorongan bagi siswa agar lebih percaya diri untuk mengembangkan kreativitas mereka di dalam menemukan konsep-konsep baru yang lebih kompleks. Sehingga siswa selalu senang dan bergairah dalam mempelajari semua mata pelajaran di sekolah. Salah satu mata pelajaran yang biasanya diangggap menakutkan bagi siswa adalah mata pelajaran matematika. Matematika dianggap sulit oleh kebanyakan orang karena mereka hanya menghafal rumus dan tidak mengerti makna atau konsepnya. Namun disisi lain setiap orang dituntut untuk dapat menguasai pengetahuan dasar tentang matematika serta keterampilan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu guru harus bisa menyajikan kegiatan pembelajaran matematika yang menarik dan inovatif agar dapat menumbuhkan minat dan motivasi yang kuat bagi siswa didalam mengikuti proses pembelajaran matematika di kelas. Diharapkan jika siswa aktif melibatkan dirinya didalam menemukan suatu prinsip dasar, ia akan mengerti konsep tersebut lebih baik, ingat lebih lama, dan akan mampu menggunakan konsep tersebut di konteks yang lain Herman Hudoyo, 1980:20. Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru diantaranya adalah discovery learning dan cooperative learning. Belajar “menemukan” discovery learning merupakan satu pendekatan mengajar dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut Eggen dan Kauchak 2012:177. Model pembelajaran ini digunakan untuk mengajarkan konsep dan generalisasi hubungan antara konsep. Melalui model belajar “menemukan” ini siswa dilatih untuk berpikir secara aktif, menemukan sendiri, menyelidiki sendiri sehingga diharapkan hasil pemahaman yang diperoleh siswa akan bertahan lama dalam ingatan. Sedangkan cooperative learning merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri M. Hosnan, 2013:235. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan Februari hingga Maret 2015 di SMA Negeri 1 Godean sebelum dilaksanakannya penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut, kondisi lingkungan sekolah cukup nyaman untuk terlaksananya kegiatan belajar mengajar. Ketersediaan sarana dan prasarana sekolah juga sudah memadai, seperti adanya laboratorium, perpustakaan, ruang kelas, papan tulis berpetak, viewer serta kipas angin pada setiap kelas. Namun ada beberapa kelas yang belum memiliki papan tulis berpetak karena kelas tersebut baru saja selesai dibangun. Selain itu alat peraga yang tersedia di dalam kelas hanya penggaris panjang saja, tidak ada penggaris segitiga, busur maupun alat peraga lain. SMA Negeri 1 Godean memiliki empat guru bidang studi matematika dengan kualifikasi pendidikan dua guru Sarjana Pendidikan dan dua guru lainnya Sarjana Sains. Observasi kelas dilakukan oleh peneliti di kelas X MIA3 dan X IIS1 untuk kelompok mata pelajaran matematika wajib. Guru yang mengajar matematika kelompok mata pelajaran wajib di kelas X ini memiliki jumlah jam mengajar sebanyak 26 jam per minggu. Pengalaman mengajar beliau kurang lebih sudah 27 tahun. Selama mengajar di kelas terlihat metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya metode ceramah saja tetapi guru sudah mulai menerapkan metode lain, yaitu metode diskusi. Sedangkan model pembelajaran yang digunakan guru adalah model pembelajaran discovery learning. Namun dalam pelaksanaan di kelas guru belum bisa melaksanakan model pembelajaran discovery learning ini secara penuh karena keterbatasan waktu. Model belajar “menemukan” ini membutuhkan banyak waktu, sedangkan waktu yang tersedia terbatas dan banyaknya materi yang harus disampaikan oleh guru tidak sebanding dengan waktu yang tersedia. Oleh sebab itu terkadang guru masih menggunakan metode ceramah untuk mengejar ketercapaian materi yang harus disampaikan kepada siswa. Kontribusi siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran discovery learning juga belum maksimal. Siswa tidak secara mandiri mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Hal ini disebabkan karena pada awal pembelajaran guru membagikan handout yang didalamnya sudah tersedia informasi-informasi yang dibutuhkan siswa sehingga siswa belum mendapat kesempatan menemukan konsep tersebut secara mandiri. Setelah siswa menarik kesimpulan guru meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil atau konsep yang telah mereka temukan. Guru menunjuk siswa secara acak. Jika siswa kurang tepat dalam mengkomunikasikan isi materi guru akan meminta siswa untuk membaca ulang materi tersebut sehingga siswa akan menemukan letak kesalahannya. Setelah materi selesai dibahas guru melakukan evaluasi dengan meminta siswa mengerjakan uji kompetensi yang terdapat pada handout . Kekurangan dalam pembuatan handout oleh guru adalah tidak dimasukkannya kriteria penilaian ke dalam handout. Setiap usai pembelajaran guru selalu memberikan tugas rumah untuk siswanya. Namun guru jarang membahas pekerjaan rumah pada pertemuan berikutnya. Guru hanya membahas soal-soal pekerjaan rumah yang dirasa sulit dan tidak dapat diselesaikan oleh siswa. Hal ini membuat beberapa siswa merasa ragu dan kebingungan mengenai kebenaran hasil yang sudah mereka kerjakan. Ulangan harian diberikan jika materi tiap bab sudah diajarkan seluruhnya. Hasil ulangan akan dibagikan kepada siswa jika seluruh kelas paralel sudah melaksanakan ulangan agar kerahasiaan soal ulangan tetap terjaga. Namun tidak seluruh hasil ulangan dikembalikan kepada siswa karena sekolah mengharuskan guru mempunyai arsip hasil belajar siswa yang disertai tanda tangan orang tua sehingga dapat dipastikan orangtua mengetahui hasil belajar anaknya di sekolah. Tidak semua siswa mendapat nilai memuaskan. Sebagian siswa masih mendapat nilai yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah. Setiap proses belajar mengajar di dalam kelas tidaklah selalu berjalan sesuai yang direncanakan. Ada beberapa kendala yang biasanya sering terjadi seperti pembagian jam pembelajaran. Guru mengatakan bahwa beliau sering mengalami kendala jika jam pelajaran matematika berada pada akhir pembelajaran sebelum pulang sekolah. Terlihat ketika peneliti melakukan observasi di jam terakhir pelajaran sekolah, siswa sudah kelihatan lelah dan kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Siswa menjadi sulit untuk diajak berpikir kompleks. Selain itu sikap siswa juga pasif dalam mengikuti proses pembelajaran matematika. Jika minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika kurang membuat siswa menjadi malas untuk berpikir karena merasa sudah sangat lelah. Akibat dari malasnya siswa ini jangkauan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut menjadi tidak tercapai seluruhnya. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, beberapa siswa merasa cara guru dalam menyampaikan materi sudah cukup jelas dan mudah untuk mereka pahami. Namun siswa lain mengatakan bahwa mereka menemui beberapa kesulitan jika materi tersebut sudah semakin banyak rumusnya. Terkadang siswa juga merasa bosan dengan pembelajaran guru yang monoton di dalam kelas. Siswa tersebut menjadi mudah mengantuk karena bosan dengan penggunaan model pembelajaran yang selalu sama. Hal ini dibenarkan oleh guru karena dalam proses belajar mengajar guru memang belum pernah menerapkan model-model pembelajaran kooperatif di dalam kelas. Guru merasa materi pembelajaran matematika pada Kurikulum 2013 ini terlalu banyak sehingga guru belum berani mencoba menggunakan model- model pembelajaran lain di dalam kelas karena takut waktu tidak cukup memadai. Penggunaan model pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat memberikan motivasi baru bagi siswa sehingga membuat siswa lebih aktif dan tidak bosan lagi dalam belajar matematika meski pada jam akhir sekolah. Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang motivasi dan hasil belajar matematika pada pokok bahasan geometri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT pada kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean tahun ajaran 20142015.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Godean. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain : 1. Siswa belum mendapatkan kesempatan belajar secara mandiri pada saat mengumpulkan informasi dan menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajari dalam pelaksanaan model pembelajaran discovery learning . 2. Siswa menjadi pasif dan kurang termotivasi untuk belajar ketika mereka harus mengikuti pembelajaran matematika pada akhir jam sekolah. 3. Hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. 4. Siswa kesulitan menemukan konsep ketika materi matematika sudah masuk kedalam sub bab yang lebih kompleks. 5. Siswa merasa bosan dengan cara mengajar guru yang monoton, selalu menggunakan model pembelajaran discovery learning saja. 6. Terlalu banyaknya materi pelajaran matematika pada Kurikulum 2013 yang harus disampaikan kepada siswa sehingga membuat guru belum berani mencoba model-model pembelajaran lain di dalam kelas.

C. Pembatasan Masalah

Beberapa masalah telah teridentifikasikan, tetapi karena adanya keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, maka penelitian ini dibatasi pada tingkat motivasi dan hasil belajar matematika pada pokok bahasan geometri siswa kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT. Diharapkan dengan adanya pembatasan masalah tersebut dapat membuat penelitian menjadi lebih terarah.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ? 2. Bagaimanakah tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT? 3. Bagaimanakah tingkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT?

Dokumen yang terkait

Pengaruh pembelajaran matematika menggunakan media cai (Computer-asssited insruction) dengan tipe tutorial terhadap hasil belajar matematika siswa

0 10 199

Perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS

2 6 151

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating exchange (RTE) terhadap minat belajar matematika siswa

3 51 76

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchangnge terhadap hasil belajar matematika siswa

0 5 203

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan bilangan pecahan melalui pembelajaran kontekstual pada siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 6 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada materi ruang dimensi tiga untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Baubau

1 3 12

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 28

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25