Pertanyaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

bagaimana orang lain merasakannya. Dengan demikian setidaknya terdapat tiga macam pendekatan Hasan, 2008, yaitu: a. Stres Sebagai Stimulus Pendekatan stres sebagai stimulus terfokus pada lingkungan, yakni bila individu yang bersangkutan mengidentifikasikan sumber atau penyebab stres yang dialaminya adalah karena kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa di sekitarnya. Kejadian atau peristiwa yang dianggap mengancam atau merugikan, dengan sendirinya akan ada perasaan tertekan yang disebut stressor. b. Stres Sebagai Respon atau Tanggapan Fokus pendekatan stres sebagai respon atau tanggapan, adalah pada reaksi individu terhadap stressor. Ketika seseorang menggunakan kata stres, maka yang dimaksudnya adalah keadaan tegangnya itu sendiri. Respon atau reaksi individu tersebut mengandung dua komponen yang saling berhubungan, yaitu psikologis dan fisiologis. Kedua jenis respon tersebut juga disebut ketegangan. c. Stres Sebagai Interaksi antara Keduanya Stres dapat dilihat sebagai proses yang mencakup stresor dan ketegangan dengan ditambah dimensi penting lain, yaitu hubungan di antara individu dan lingkungannya. Proses ini mencakup interaksi dan penyesuaian yang terus menerus di antara individu dan lingkungannya yang saling memengaruhi yang disebut transaksi. Menurut pendekatan ini, stres bukan hanya merupakan stimulus atau respon, tetapi lebih merupakan suatu proses dimana seseorang adalah agen yang aktif yang dapat memengaruhi dampak stressor melalui strategi perilaku, kognitif dan emosional yang dimilikinya. Oleh sebab itu, setiap individu akan memberikan reaksi stres yang berbeda terhadap stressor yang sama karena dipengaruhi oleh berbagai perbedaan yang dimiliki masing-masing individu, baik dari aspek biologi, mental, spiritual, maupun sosial.

2.1.3. Penyebab Stres

Menurut Grand 2000 dalam Sunaryo 2004, stres ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Penyebab Makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin dan kebangkrutan. b. Penyebab Mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antrian. Taylor merinci beberapa karakteristik kejadian yang berpotensi dan dinilai dapat menciptakan stressor Taylor, 1991 dalam Nasir Muhith, 2011, yaitu: a. Kejadian negatif agaknya lebih banyak menimbulkan stres daripada kejadian positif. b. Kejadian yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi lebih membuat stres daripada kejadian yang terkontrol dan terprediksi. c. Kejadian “ambigu” seringkali dipandang lebih mengakibatkan stres daripada kejadian yang jelas. d. Manusia yang tugasnya melebihi kapasitas overload lebih mudah mengalami stres daripada orang yang memiliki tugas lebih sedikit. Selain itu, menurut Yosep 2007, sumber stres yang lain pada umumnya meliputi beberapa hal, diantaranya: a. Hubungan Interpersonal Dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang mengalami konflik, konflik dengan kekasih, antara atasan dengan bawahan dan lain sebagainya. b. Lingkungan Hidup Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang, misalnya soal perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran dan lain-lain: c. Keuangan Masalah keuangan, misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat utang, kebangrutan usaha dan lain sebagainya. d. Perkembangan Masalah-masalah selama fase-fase perkembangan, misalnya perubahan fisik saat masa remaja. e. Lain-lain Stressor kehidupan lainnya, misalnya faktor keluarga, bencana alam, kebakaran, dan lain-lain.

2.1.4. Jenis Stres

Seorang pelopor besar dalam bidang stres, Selye dalam Lazarus 2006 menunjukkan bahwa ada dua jenis stres, yaitu: a. Distress, merupakan jenis yang destruktif, digambarkan dengan kemarahan, agresi dan merusak kesehatan. b. Eustress, merupakan jenis yang konstruktif, menghasilkan sesuatu yang positif.

2.1.5. Tahapan dan Tingkatan Stres

Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, maka Amberg psikiater mengemukakan petunjuk tahapan stres sebagai berikut Yosep, 2007, meliputi: a. Stres tahap pertama paling ringan, yaitu stres yang disertai perasaan semangat besar, penglihatan tajam, dan kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya. Pada tahap ini tanpa disadari sebenarnya cadangan energinya sedang menipis. b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi merasa letih, lekas lelah menjelang sore dan sesudah makan, tidak bisa santai, terkadang gangguan sistem pencernaan, jantung berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai. c. Stres tahap ketiga, yaitu tahap stres dengan keluhan keletihan semakin nampak disertai gejala, seperti gangguan pencernaan lebih terasa, otot semakin tegang, emosional, gangguan tidur, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan. d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keadaan yang lebih buruk yang ditandai, seperti untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sulit, aktivitas jadi terasa sulit, respon tidak adekuat, dan kegiatan rutin terganggu, gangguan tidur, konsentrasi menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan. e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan keletihan yang mendalam physical and psychological exhaustion, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana, gangguan pencernaan lebih sering, meningkatnya rasa takut dan mirip panik. f. Stres tahap keenam paling berat, yaitu tahapan stres puncak, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, pingsan atau collaps. Sementara itu, Potter Perry 2005 menjelaskan perbedaan tingkatan stres antara ringan, sedang dan berat. Stres ringan adalah stres yang dihadapi oleh setiap orang secara teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan, biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stres sedang adalah stres yang berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari, misalnya perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak sakit, atau ketidakhadiran anggota

Dokumen yang terkait

Gambaran Kebutuhan Perawatan Maloklusi Berdasarkan Malalignment Index Pada Santriwati Pondok Pesantren Modern Dengan Pondok Pesantren Tradisional;

0 7 17

Hubungan Tingkat Stres Dengan Gejala Gangguan Pencernaan Pada Santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang Tahun 2015

1 8 160

TEKNIK PEMBINAAN KEDISIPLINAN SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN PUTRI IMAM SYUHODO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Teknik Pembinaan Kedisiplinan Santriwati Di Pondok Pesantren Putri Imam Syuhodo Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 5 19

TEKNIK PEMBINAAN KEDISIPLINAN SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN PUTRI IMAM SYUHODO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Teknik Pembinaan Kedisiplinan Santriwati Di Pondok Pesantren Putri Imam Syuhodo Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA SYUKUR DENGAN STRES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODEREN ISLAM Hubungan Antara Syukur Dengan Stres Pada Santri Di Pondok Pesantren Moderen Islam Assalaam.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN GEJALA SOMATISASI PADA SANTRIWATI BARU KELAS Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Gejala Somatisasi pada Santriwati Baru Kelas VII SLTP di Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo.

0 0 18

PENDAHULUAN Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Gejala Somatisasi pada Santriwati Baru Kelas VII SLTP di Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo.

0 1 9

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA SANTRIWATI MUALLIMIN PONDOK PESANTREN AL-MUKMIN NGRUKI SUKOHARJO TAHUN 2009.

0 3 16

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUPPADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN WALISONGO Hubungan Religiusitas Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Santriwati Pondok Pesantren Walisongo Desawado Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora.

0 1 15

HUBUNGAN TINGKAT ANEMIA DENGAN TINGKAT DISMENORHEA PADA SANTRIWATI UMUR 17-20 TAHUN DI PONDOK PESANTREN NGRUKEM BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2009

0 0 9