Jenis Stres Tahapan dan Tingkatan Stres

a. Sistem Kardiovaskuler Jantung dalam keadaan normal berdetak untuk memompakan darahnya. Otak bekerjasama dengan jantung untuk menjaga kestabilan detak dan TD Tekanan Darah. Ketika seseorang mengantisipasi sebuah situasi negatif takut, khawatir, cemas atau memasuki situasi penyebab stres yang negatif, zat-zat hormon mempercepat detak jantung, dan TD secara otomatis akan naik. Jantung memompakan lebih banyak darah ke organ-organ vital tubuh dalam rangka mempersiapkan pertahanan atau pelarian. Ketika TD terus naik karena mengalami stres untuk waktu yang lama, maka akan menimbulkan hipertensi Losyk, 2007. Stres dapat meningkatkan TD, yang pada gilirannya melemahkan dan merusak lapisan pembuluh darah, menyediakan tempat bagi mengendapnya lipid sehingga terbentuk plak kolesterol Jan, 2000. Bila hal itu terjadi berulang-ulang, pembuluh-pembuluh darah lama-lama akan tersumbat. Jika penyumbatannya terjadi pada pembuluh darah jantung, hal itu mengakibatkan terjadinya serangan jantung. Penyumbatan juga dapat terjadi di organ-organ lain, seperti otak dan ginjal Losyk, 2007. b. Sistem Pencernaan Ketika seseorang sedang dilanda stres berat, maka kelenjar air liur dapat menghentikan aliran air liur atau mengalirkannya berlebihan. Lambung meningkatkan sekresi asamnya sehinggga menimbulkan zat asam, rasa mual, dan luka. Akibat lain dari stres, dan mungkin yang paling umum adalah diare. Banyak juga orang yang mengeluhkan tentang kekejangan otot atau kram di daerah perut Losyk, 2007. Stres dapat berakibat iskemia mukosa lambung dan sekresi asam lambung. Akibat lain adalah konstipasi, kolitis ulserativa, dan penyakit Crohn Hartono, 2007. c. Sistem Imun Sinyal stres dirambatkan mulai dari sel di otak hipotalamus dan pituitari, sel di adrenal korteks dan medula, yang akhirnya disampaikan ke sel imun Kurniawati Nursalam, 2007. Hipotalamus-Pituitari-Adrenal HPA axis menghubungkan sistem saraf dan hormon-hormon stres. Salah satu hormon stres yang dilepas adalah kortisol, yang mana mencegah pelepasan senyawa-senyawa kimia yang menguatkan sistem imun. Kadar tinggi kortisol akan menekan sistem imun dan menurunkan kemampuan tubuh melawan infeksi Roizen Oz, 2009. Selain itu, penurunan respon imun akibat stres juga disebabkan oleh peningkatan glukokortikoid oleh korteks adrenal. Efek utamanya ditujukan pada limfosit-T, yang pada gilirannya menurunkan respon imun seluler, karena terjadi limfopenia Jan, 2000. d. Otot dan Tulang Dengan adanya reaksi ‘fight or flight’ stres menjadikan otot- otot menegang ketika tubuh bersiap-siap melakukan aksi. Otot-otot secara kronis menegang akan berkontraksi dan mengerut. Ketika ini terjadi, otot-otot tersebut menarik ligamen jaringan ikat, tendon, dan urat sendi, menyebabkan rasa sakit Losyk, 2007. Dalam kasus yang parah, hal ini dapat menyebabkan kejanggalan dan kelainan postur tubuh, selain kelabilan sendi. Seiring dengan rangsangan stres yang berulang, ketegangan otot dapat muncul dalam bentuk sakit kepala akibat tegang, kaku leher, nyeri pungggung bawah dan kram perut National Safety Council, 2004. e. Sistem Lain Kulit adalah organ sasaran terhadap reaktivasi stres, dan bila stres terjadi, pembuluh darah konstriksi dan aliran darah perifer menurun. Gangguan lain yang dihubungkan dengan stres meliputi ekzem, urtikaria, psoriasis dan jerawat Jan, 2000. Sistem pernapasan berpartisipasi dalam reaksi stres akut melalui hiperventilasi. Stres dapat ditunjukkan juga dengan sinusistis alergis yang diperberat dan episode asma bronkial. Awitan serangan asma akut dapat terjadi pada kekurangan tidur, kekhawatiran, dan berkabung Jan, 2000.

2.1.8. Cara Mengatasi Stres

Menurut Selye bahwa untuk mengatasi stres dapat dilakukan dengan berbagai cara Azhari, 2004, diantaranya: a. Lakukan sesuatu yang membutuhkan kekuatan fisik dan membantu timbul suatu semangat yang positif. b. Lakukan latihan-latihan jasmani atau olahraga yang sesuai dengan keadaan fisik, bertujuan untuk meregangkan ketegangan dalam otak.

Dokumen yang terkait

Gambaran Kebutuhan Perawatan Maloklusi Berdasarkan Malalignment Index Pada Santriwati Pondok Pesantren Modern Dengan Pondok Pesantren Tradisional;

0 7 17

Hubungan Tingkat Stres Dengan Gejala Gangguan Pencernaan Pada Santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang Tahun 2015

1 8 160

TEKNIK PEMBINAAN KEDISIPLINAN SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN PUTRI IMAM SYUHODO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Teknik Pembinaan Kedisiplinan Santriwati Di Pondok Pesantren Putri Imam Syuhodo Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 5 19

TEKNIK PEMBINAAN KEDISIPLINAN SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN PUTRI IMAM SYUHODO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Teknik Pembinaan Kedisiplinan Santriwati Di Pondok Pesantren Putri Imam Syuhodo Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA SYUKUR DENGAN STRES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODEREN ISLAM Hubungan Antara Syukur Dengan Stres Pada Santri Di Pondok Pesantren Moderen Islam Assalaam.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN GEJALA SOMATISASI PADA SANTRIWATI BARU KELAS Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Gejala Somatisasi pada Santriwati Baru Kelas VII SLTP di Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo.

0 0 18

PENDAHULUAN Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Gejala Somatisasi pada Santriwati Baru Kelas VII SLTP di Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo.

0 1 9

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA SANTRIWATI MUALLIMIN PONDOK PESANTREN AL-MUKMIN NGRUKI SUKOHARJO TAHUN 2009.

0 3 16

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUPPADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN WALISONGO Hubungan Religiusitas Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Santriwati Pondok Pesantren Walisongo Desawado Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora.

0 1 15

HUBUNGAN TINGKAT ANEMIA DENGAN TINGKAT DISMENORHEA PADA SANTRIWATI UMUR 17-20 TAHUN DI PONDOK PESANTREN NGRUKEM BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2009

0 0 9