Pembahasan Univariat 1. Gambaran Demografi Santriwati di Pondok Pesantren Sirojul
6.1.2. Gambaran Tingkat Stres Santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang
Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama
boarding school. Kehidupan di boarding school biasa disebut pondok pesantren memberikan banyak tantangan bagi siswa yang belajar di sana.
Berbagai kondisi telah ditetapkan oleh sekolah selama 24 jam sebagai permintaan yang harus dipenuhi setiap harinya. Maka tidak jarang kondisi
tersebut bisa menjadi sumber tekanan stressor sehingga dapat menyebabkan stres Haris dkk., 2013. Namun, pondok pesantren adalah
salah satu institusi pendidikan yang ada dalam masyarakat yang mempunyai peran penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
daya manusia SDM. Pendidikan pesantren tidak saja memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis tetapi yang jauh lebih penting adalah
menanamkan nilai-nilai moral dan agama Ahmad dkk., 2005. Berdasarkan tabulasi data dari tabel 5.5 didapatkan sebagian besar
73,2 santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang adalah stres sedang dan sebagian kecil 12,7 adalah stres
berat, serta 14 adalah stres ringan. Namun, dari jumlah keseluruhan antara jumlah responden yang mengalami stres sedang dan berat, maka
kejadian stres pada santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang cukup tinggi 86. Dimana stres merupakan keadaan
yang dialami ketika ada sebuah ketidakseimbanganantara tuntutan dan kemampuan untuk mengatasinya Lazarus Folkman, 1984.
Hal diatas dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya dapat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan santriwati yang masih masa
remaja. Menurut WHO 2015c batasan usia seseorang dikatakan remaja adalah diantara usia 10-19 tahun. Dan hasil dari data umum responden
didapatkan bahwa 69,4 adalah remaja awal 12-15 tahun dan 30,6 adalah remaja akhir 16-19 tahun.Masa remaja adalah sebagai periode
“badai dan tekanan” atau “ storm stress” suatu masa dimana ketegangan emosi meningkat sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar,
perspektif yang diperkenalkan oleh Hall 1904 dan didukung oleh teori psikoanalitik Freud 1958 dan Erikson 1968 bahwa remaja adalah
sebagai masa krisis identitas dalam Beeck, 2009. Apabila dilihat tingkat stres santriwati di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang berdasarkan usianya, didapatkan ditribusi frekuensi bahwa yang memiliki tingkat stres berat, sedang dan
ringan cenderung lebih tinggi pada usia remaja awal yaitu sebesar 70 yang memiliki tingkat stres berat, 67 yang memiliki tingkat stres
sedang, dan 81,8 yang memiliki tingkat stres ringan. Sedangkan pada usia remaja akhir tingkat stres cenderung menurun dibandingkan pada
remaja awal, yaitu sebesar 30 yang memiliki tingkat stres berat, 33 yang memiliki tingkat stres sedang, dan 18,2 yang memiliki tingkat
stres ringan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Stuart dan Laraia 2005
yang menyatakan bahwa usia berhubungan dengan pengalaman seseorang dalam menghadapi berbagai macam stressor, kemampuan memanfaatkan
sumber dukungan dan keterampilan mekanisme koping. Sehingga semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan seseorang
dalam pengelolaan stres. Selain itu penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Seiffge-Krenke dkk. 2009 tentang perubahan perkembangan stres
dan koping selama awal dan akhir masa remajapada 200 remaja, juga didapatkan hasil bahwa tingkat stres meningkat pada masa remaja awal
dan menurun pada masa remaja akhir. Menurut Nihayah dkk. 2006, periode remaja awal adalah dimana
seseorang berada pada tahap pencarian identitas. Fokusnya adalah bagaimana mereka mencari identitas dirinya baik di lingkungan rumah
ataupun sekolah. Mereka menjadi lebih dekat dengan teman-temannya. Dalam proses pencarian identitas dirinya, remaja menjadi lebih sensitif,
serba salah, serta masih ditandai dengan egosentrisme. Sedangkan remaja akhir tidak berbeda jauh dengan periode remaja awal, hanya saja pada
periode ini remaja diharapkan sudah sampai pada satu pencapaian identitas tertentu.
Santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang merupakan santriwati yang sedang menempuh pendidikan
diniyah formal wustha I, II, dan III MTs dan pendidikan diniyah formal ulya I, II, dan III MA. Apabila dilihat proporsi tingkat stresnya
berdasarkan tingkat pendidikan, didapatkan hasil bahwa yang berada pada tingkat pendidikan diniyah formal wustha tingkat stres baik berat, sedang
maupun ringan lebih tinggi daripada yang berada pada tingkat pendidikan diniyah formal ulya, yaitu 55 yang memiliki tingkat stres berat,