Cara Mengatasi Stres Konsep Stres 2. Pengertian
primer yang terlibat dalam reaktivitas stres adalah hipotalamus dan locus ceruleus. Aktivitas hipotalamus oleh stres kemungkinan dimediasi
sebagian oleh otak limbik khususnya amigdala dan hipocampus dan sebagian oleh locus ceruleus di batang otak. Jalur neural dan
neuroendokrin di bawah kontrol hipotalamus akan diaktifkan. Pertama, akan terjadi sekresi sistem saraf simpatis kemudian diikuti oleh sekresi
simpatis-adrenal-moduler, dan akhirnya bila stres masih tetap ada, sistem hipotalamus-pituitari akan diaktifkan Smeltzer, 2001 ;Mertz, 2006.
Respon sistem saraf simpatis bersifat cepat dan singkat kerjanya. Norepinefrin dikeluarkan pada ujung saraf yang berhubungan langsung
dengan ujung organ yang dituju, mengakibatkan peningkatan fungsi organ vital dan perangsangan tubuh secara umum. Peningkatan curah jantung
dan ventilasi serta pengalihan aliran darah dari bagian yang aktivitasnya ditekan dan mengalami vasokonstriksi, misalnya saluran cerna dan ginjal
ke otot rangka dan jantung yang lebih aktif, yang mempersiapkan tubuh melakukan respon lawan atau lari. Secara bersamaan, sistem simpatis
mengaktifkan hormon penguat dalam bentuk pengeluaran epinfrin dari medula adrenal untuk melakukan fungsi lain, misalnya mobilisasi
simpanan karbohidrat dan lemak Smeltzer, 2001 ;Sherwood, 2011. Bila stres masih tetap ada, sistem hipotalamus-pituitari akan
diaktifkan memicu pelepasan CRF Corticotropin Releasing Factor, ACTH
Adreno-Corticotropic Hormone
dan kortisol
yang mempengaruhi fungsi usus, komposisi dan pertumbuhan microbiota, dan
juga merangsang sistem saraf simpatik. Stres mengubah jumlah sel mast,
EC sel, limfosit serta neurotransmitter yang diproduksi, yang semuanya terlibat dalam aktivasi kekebalan mukosa dan selanjutnya berinteraksi
dengan gut microbiota dan gut function Qin, dkk., 2014. Stres yang parah atau jangka panjang dapat mengakibatkan
perubahan jangka panjang dalam respon stres plasticity, yang menyebabkan peningkatan sintesis CRF. CRF adalah mediator kunci dari
respon pusat stres yang merangang usus secara langsung melalui reseptor CRF-1 dan CRF-2. Reseptor CRF-1 merangsang kontraksi kolon,
sedangkan reseptor CRF-2 mengurangi aktivitas usus bagian atas Bathia Tandon, 2005;Mertz, 2006.
Enteric Nervous System ENS terhubung secara dua arah ke otak membentuk ‘brain-gut axis’. Secara umum, sumbu ini terdiri dari reseptor,
dan serat aferen yang memproyeksikan ke integratif daerah pusat dan serat eferen memproyeksikan ke otot polos dan kelenjar saluran cerna untuk
secara langsung mempengaruhi motilitas saluran cerna, sekresi getah pencernaan dan hormon pencernaan. ENS merupakan pleksus saraf
instrinsik yaitu dua anyaman utama serat saraf pleksus submukosa dan pleksus mienterikus yang seluruhnya berada di dalam dinding saluran
cerna dan berjalan di sepanjang saluran cerna Bathia Tandon, 2005; Sherwood, 2011.
ENS dapat berfungsi secara independen pada SSP Susunan Saraf Pusat, sebuah komunikasi dua arah antara dua organ ini memungkinkan
sinyal dari saluran gastrointestinal misalnya sensasi visceral untuk
mempengaruhi otak berkaitan dengan refleks regulasi dan suasana hati.