BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Umur merupakan faktor internal dalam kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan SPP yang menunjukkan hubungan erat dengan
tingkat partisipasi perempuan. Walau pun sebenarnya keaktifan dalam pengurus kelompoklah yang lebih menentukan. Sebagian besar pengurus
pada kegiatan SPP adalah perempuan yang tergolong pada usia produktif, sehingga berpeluang besar untuk lebih aktif. Pengaruh peran KPMD, TPK,
Kepala Desa, dan BPD sebagai faktor eksternal tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan tingkat partisipasi perempuan. Perempuan
anggota SPP berpartisipasi karena kesadaran dari diri sendiri dan dukungan masing-masing anggota SPP. Sebagian besar perempuan
anggota SPP menilai bahwa pengaruh peran KPMD, TPK, Kepala Desa, dan BPD kurang efektif dalam kegiatan SPP. Pihak KPMD, TPK, Kepala
Desa, dan BPD kurang berhasil dalam memberikan motivasi bagi perempuan anggota SPP untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatan SPP.
2. Partisipasi perempuan anggota Simpan Pinjam Kelompok Perempuan SPP tidak serta merta meningkatkan keberhasilan kegiatan SPP.
Ketepatan dalam penggunaan pinjaman dan pengalaman usaha lebih menjadi faktor penentu dalam peningkatan pendapatan dibandingkan
tingkat partisipasi perempuan dalam kegiatan SPP. Partisipasi yang tinggi dalam kegiatan SPP tidak menjamin peningkatan pendapatan bila modal
usaha tidak digunakan secara tepat untuk keberlanjutan penggunaan pinjaman.
7.2 Saran
Beberapa hal menjadi rekomendasi dalam penelitian ini, bahwa di dalam implementasi kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan SPP PNPM
Mandiri Perdesaan: 1. Perlu adanya pendampingan baik dari desa maupun kecamatan dalam
penggunaan pinjaman dana bagi anggota Simpan Pinjam Kelompok Perempuan SPP yang relatif muda, sehingga pinjaman digunakan sesuai
tujuan kegiatan SPP yaitu untuk pendanaan usaha. 2. Perlu diadakan pelatihan-pelatihan usaha untuk meningkatkan ketrampilan
para perempuan anggota Simpan Pinjam Kelompok Perempuan SPP dalam bidang pengelolaan modal usaha, sehingga dapat memanfaatkannya
untuk menjalankan usaha. 3. Perlu diperketat seleksi dalam pemilihan anggota Simpan Pinjam
Kelompok Perempuan SPP dan menambah kesempatan bagi para perempuan yang tergolong Rumah Tangga Miskin RTM untuk
bergabung dalam kegiatan SPP. 4. Perlu adanya pendampingan yang menjadi suatu proses belajar peserta
kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan SPP, karena mengingat lemahnya percaya diri golongan perempuan miskin dan kurang mampu
menggunakan pinjaman secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Apandi AR. 2010. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Ekon
omi “Aku Himung Petani Banua” dari Perspektif Kapital Sosial Kasus PT Arutmin Indonesia Satui Mine Kalimantan Selatan [Skripsi]. Bogor
[ID]: Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Iinstitut Pertanian Bogor.
Aprianto Y. 2008. Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan Berbasis Masyarakat Kasus Kampung Hijau Rajawati RT 03, Kelurahan
Rajawati, Kec. Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta [Skripsi]. Bogor [ID]: Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Iinstitut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Data Penduduk Indonesia Per Maret 2010. [Internet]. [dikutip 14 Februari 2011]. Dapat diunduh dari: www.bps.go.id
Chozin M.A, Khomsan A, dan Sumardjo. 2010. Pembangunan Perdesaan. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor Press.
Cohen JM and Uphoff NT. 1979. Goldsmith, Arthur A. Feasibility and Application of Rural Development Participation: A State-of-the-Art paper.
New York [US]: Corell University. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2009. Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Jawa Tengah. [Internet]. [dikutip 16 Februari 2011]. Dapat diunduh dari http:www.pnpmjateng.blogspot.com
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2010. Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Perdesaan
Kabupaten Bulungan.[Internet].[dikutip 23 Februari 2011]. Dapat diunduh dari:
http:www.pnpm-bulungan.co.cc Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2008. Petunjuk Teknis
Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. [Internet]. [dikutip 16 Maret 2011]. Dapat diunduh dari:
http:www.pnpmperdesaan.or.iddownloadsPenjelasan_PTO09.pdf
Fadli GM. 2010. Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa di Kawasan Perbatasan Indonesia-Malaysia Kasus Pembangunan
Kesehatan di Desa Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat [Tesis]. Bogor [ID]: Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Huraerah A. 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. Bandung [ID]: Humaniora.
Ife J dan Tesoriero F. 2008. Community Development. Yogyakarta [ID]: Pustaka Pelajar.
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta [ID]: Raja Grafindo Persada. Kurniantara dan Pratikno. 2005 April. Partisipasi Masyarakat Timbulharjo
dalam Pembangunan Desa di Awal Penerapan Otonomi Desa. Sosiosains. 1802:311-324.
Kurniawati D. 2010. Tingkat Partisipasi dan Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya Kasus Posdaya Bina Sejahtera
Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Lugiarti E. 2004. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Proses Perencanaan Program Pengembangan Masyarakat di Komunitas Desa Cijayanti [Tesis].
Bogor [ID]: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Malta. 2008. Kompetensi Petani Jagung dalam Berusaha di Lahan Gambut: Kaus
Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Nasdian FT. 2006. Modul Kuliah Pengembangan Masyarakat. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Nugroho E.W Tri et al. 2005. Dimensi-Dimensi Masalah Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta [ID]: APMD Press Yogyakarta.
Rusli S. 1995. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta [ID]: Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.
Effendi S dan Singarimbun M. 1989. Metode Penelitian Survay. Jakarta [ID]: Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.
Soraya Z. 2009. Peranan Simpan Pinjam Perempuan SPP dalam PNPM PPK terhadap Pendapatan Rumah Tangga [Skripsi]. Bogor [ID]: Program Studi
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Suharto E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung [ID]: PT Refika Aditama.
Widodo WD. 2005. Jendela Cakrawala Kewirausahaan. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor Press.
Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian
Lampiran 2. Hasil Uji Hubungan 1. Hubungan Faktor Internal dalam Kegiatan SPP
Correlations
umur Tk.pendidikan Tk.pendapatan
Spearmans rho umur Correlation Coefficient
1.000 -.464
.110 Sig. 2-tailed
. .001
.445 N
50 50
50 Tk.pendidikan
Correlation Coefficient -.464
1.000 .133
Sig. 2-tailed .001
. .358
N 50
50 50
Tk.pendapatan Correlation Coefficient .110
.133 1.000
Sig. 2-tailed .445
.358 .
N 50
50 50
. Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
2. Hubungan Tingkat Keberhasilan Kegiatan SPP
Peningkatan pendapatan
Kesesuainan pinjaman
Spearmans rho Peningkatan
pendapatan Correlation Coefficient
1.000 .880
Sig. 2-tailed .
.000 N
50 50
Kesesuainan pinjaman
Correlation Coefficient .880
1.000 Sig. 2-tailed
.000 .
N 50
50 . Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed.
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
3. Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Kegiatan SPP
Correlations perencanaan pelaksanaan
Menikmati hasil
evaluasi tk.partisipa
si Spearman
s rho pendidikan Correlation
Coefficient -.017
-.348 -.095
-.218 -.252
Sig. 2-tailed .906
.013 .510
.127 .078
N 50
50 50
50 50
umur Correlation
Coefficient .304
.382 .207
.015 .326
Sig. 2-tailed .032
.006 .149
.916 .021
N 50
50 50
50 50
Pendapa tan
Correlation Coefficient
.168 .174
.148 -.255
.078 Sig. 2-tailed
.243 .226
.306 .074
.593 N
50 50
50 50
50
. Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
4. Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Kegiatan SPP
Correlations perencanaan pelaksanaan
Menikmati hasil
evaluasi tk.partisipa
si Spearmans
rho KPMD Correlation
Coefficient .242
.052 .159
.157 .144
Sig. 2-tailed .090
.720 .269
.276 .319
N 50
50 50
50 50
TPK Correlation
Coefficient -.212
.024 -.090
.005 -.052
Sig. 2-tailed .139
.870 .536
.975 .722
N 50
50 50
50 50
Kepala Desa
Correlation Coefficient
-.106 -.089
-.096 -.109
-.103 Sig. 2-tailed
.465 .539
.509 .452
.477 N
50 50
50 50
50 BPD
Correlation Coefficient
-.258 -.160
-.198 -.290
-.260 Sig. 2-tailed
.070 .267
.168 .041
.068 N
50 50
50 50
50 . Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed.
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
5.
Hubungan Tingkat Partisipasi Perempuan dengan Tingkat Keberhasilan Kegiatan SPP
Correlations
. Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
perencaan pelaksanaan Menikmati
hasil evaluasi
tk.partisipa si
Spearman’ s rho
Tingkat Keberhasilan
Kegiatan Correlation
Coefficient Sig. 2-
talled N
.124 -390
50 .286
.044 50
.239 .095
50 -.230
.108 50
-.009 .949
50 Peningkatan
pendapatan Correlation
Coefficient -.101
.009 .089
-.063 -.066
Sig. 2- tailed
.487 .952
.540 .666
.650 N
50 50
50 50
50 Kesesuainan
penggunaan pinjaman
Correlation Coefficient
-.041 .069
.084 -.059
.005 Sig. 2-
tailed .777
.632 .560
.684 .970
N 50
50 50
50 50
Lampiran 3. Kerangka Sampling Kelompok PKK
41 WGH
82 DAN B
1 RLH K
42 NTI
83 PYT
2 STY B
43 WTI
84 SWY
3 KRM
44 SWN
85 UKS
4 NYT
45 TRN
86 PUM
5 MEH
46 PNY
87 SKT
6 SNH S
Kel. Mugi Barokah 88
KWT 7
YTN 47
SPM K 89
SGT
Kelompok Usaha Jaya 48
SKT S 90
PIN 8
SIH K 49
SMH B 91
MNH 9
RTN 50
DYT 92
PRH 10
TRH B 51
NSM Kel. Mugi Rahayu
11 PIM
52 KTN
93 SHR K
12 RSI
53 SMT
94 MGR S
13 PJT
54 SPH
95 STT B
14 SRH
55 MNH
96 NAT
15 KSI
56 MNS
97 SNT
16 DTI
57 WRL
98 NHY
17 RTH
58 SKN
99 MJT
18 UIT S
59 SYT
100 SPM
Kelompok Bakti Usaha 60
JMY 101
KSH 19
BDI K 61
SPJ 102
DYT 20
JRH S
Kelompok Bina Usaha
103 JMN
21 KWI B
62 AYM K
Kelompok Kenanga
22 SPH
63 DNE S
104 MNH K
23 SMH
64 SPY B
105 EKW S
24 SPI
65 MNU
106 SKR B
Kel. Gelombang Cinta 66
WTN 107
SPJ 25
TMH K 67
WWT 108
KMN 26
NNK S 68
SSY 109
YLS 27
YRU B 69
RMN 110
JMH 28
RYI 70
BRH 111
FTR 29
SKH 71
RTN 112
SRY 30
TMH 72
SWN Kelompok Wirausaha
31 MRI
73 STY
113 PSI K
32 WNH
Kelompok KDI
114 SPT B
33 SIH
74 UMK K
115 SOH S
34 IDH
75 PWT S
116 MTH
35 MYI
76 HDY B
117 WBN
36 MTI
77 TKR
118 SMH
Kelompok Mugi Jaya 78
NSW 119
UMH 37
SMN K 79
TAT 120
SRT 38
RTI S
Kelompok Barokah
121 RMH
39 ANH B
80 KMY K
40 PWN
81 STN S
Kel. Usaha Mandiri Kel. Mugi Rahayu V
122 LYT K
143 PWY K
123 RHM
144 MTN S
124 PJI B
145 KRY B
125 MNS
146 KTY
126 RHY S
147 SNT
127 MTN
Kel. Bongas Putri
128 RMH
148 NSM K
129 STH
149 FTY S
130 MRT
150 RSM B
Kelompok Karya Usaha 151
KMN 131
MHY K 152
SRT 132
SIT S 153
HMN 133
SSW 154
SMT 134
STM 155
SYT 135
SLM 156
MSM 136
SBN 157
TSM 137
KPH 158
RMT 138
DIK B 139
UKL 140
IHN 141
MYN 142
ATR Keterangan :
= Responden Terpilih K
= Ketua S
= Sekretaris B
= Bendahara
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan SPP
Penyerahan Dana Kegiatan SPP yang diwakili oleh ketua TPK
Pengarahan kegiatan SPP dari UPK
Kegiatan pembuatan proposal pengajuan pinjaman yang pandu oleh ketua kelompok
ABSTRACT
RIPNA TRI CAHYANI. Women Participation in Women Group Saving and
Loan: A Case of PNPM Independent Rural Areas in a Village in Banyumas Regency Supervised by SUMARDJO
Population of poor in Indonesia is not significantly decreasing. In consequence, Government perform strategies to overcome the problem. One of
them is by launching the National Program for Community Empowerment PNPM Independent Rural Areas. There are three activities suggested in PNPM
Independent Rural Areas, they are Women group Savings and Loans SPP, Facilities and Infrastructure Developments and the Life Quality Improvements.
This research focuses on the activities in the SPP and is expected to contribute women in improving their welfare. The purposes of this research are to analyze
the internal and external factors which are closely related to the level of women participation in the Women Group Savings and Loans and to analyze the
relationship between the women participation with the success rate of SPP activity. Meanwhile, the determination of the respondents number is set by non-
proportional method. This research operated survey method with quantitative which is supported by qualitative approach. Quantitative data obtained by
interviewing the women of SPP members based on planned questionnaire guide. While, the qualitative data is obtained by interviewing the parties who were
involved in the activities. The results showed that age was the only internal factor in the activities of SPP which is closely linked to women participation. However,
external factors did not closely linked with women participation level dan participation level with the sucsess rate of the SPP activity.
Keyword: Women Participation, Women Group Saving and Loan, National
Program for Community Empowerment Independent Rural Areas
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang sangat kompleks. Kemiskinan dapat dilihat dari dua sudut, yaitu material dan kultural.
Dua sudut pandang tersebut mempunyai asumsi yang berbeda tentang cara penanganan kemiskinan. Strategi penanganan kemiskinan tidak hanya mempunyai
nuansa material saja namun juga ada makna perubahan kultural Huraerah 2008. Jadi penanganan kemiskinan tidak hanya menggunakan strategi untuk
penambahan material semata, namum diiringi juga pemberdayaan masyarakatnya. Jumlah penduduk miskin penduduk yang berada dibawah garis
kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta orang 14,15 persen. Sebagian besar 63,38 persen penduduk miskin berada di daerah
perdesaan. Tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, pada bulan Maret 2010 menyebutkan bahwa penduduk miskin sebesar 31,02 juta 13,33 persen dan
64,23 persen berada di daerah perdesaan.
1
Pembangunan desa dibutuhkan untuk penanggulangan masalah kemiskinan di perdesaan.
Pemerintah telah banyak melaksanakan program untuk menangani masalah kemiskinan. Salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk
menanggulangi kemiskinan yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri. Pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah
khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Latar
belakang adanya PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan PPK yang selama ini dinilai berhasil. Pada
tahun 2008 di Provinsi Jawa Tengah, alokasi dana bantuan PNPM Mandiri Perdesaan digunakan untuk mendanai 29 kabupaten, 224 kecamatan, dan
1
Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret 2010. www.bps.go.id. Diakses 14 Februari 2011
dikompetisikan di 3.536 desa yang bertingkat partisipasi. Program ini memberikan kebebasan pada masyarakat untuk menjadi aktor utama dalam
pengambilan keputusan dalam setiap kegiatan yang diusulkan pada musyawarah. Hal tersebut dimaksudkan agar memperkuat pola pembangunan yang partisipatif,
sehingga masyarakat merasa memiliki kegiatan pembangunan yang ada di desanya. Swadaya dari masyarakat sangat diharapkan untuk kelancaran kegiatan
yang dilaksanakan.
2
PNPM Mandiri Perdesaan didanai oleh Bantuan Langsung Masyarakat BLM. Terdapat beberapa usulan kegiatan yang dilaksanakan pada Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Perdesaan yaitu pembangunan sarana untuk masyarakat, Simpan Pinjam Kelompok Perempuan
SPP untuk membuka atau mengembangkan usaha, peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan dilaksanakannya pengembangan keterampilan masyarakat,
pelayanan dalam bidang kesehatan dan pendidikan.
3
Sejauh ini masih banyak program pembangunan desa dari pemerintah yang bersifat top down, pembangunan yang dilaksanakan di perdesaan belum
sepenuhnya melibatkan masyarakat, sehingga masih banyak program pembangunan desa yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tingkat
partisipasi masyarakat semestinya tidak hanya dalam tahap pelaksanaan, namum pada tahap perencanaan dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, tingkat partisipasi
masyarakat dalam suatu kegiatan sangat dibutuhkan untuk menggali kebutuhan masyarakat. Sedangkan tahap evaluasi bermanfaat untuk mengetahui masalah-
masalah yang terjadi pada tahap pelaksanaan kegiatan sehingga ada perbaikan- perbaikan yang dilakukan untuk memaksimalkan kegiatan. Selain itu, kolaborasi
antara pihak pengelola dan masyarakat yang baik juga akan menimbulkan peluang yang besar dalam tingkat keberhasilan pembangunan di perdesaan. Menurut
Kartasasmita 1997 dalam Fadli 2010 menyebutkan bahwa kegagalan pembangunan atau pembangunan tidak memenuhi sasaran karena kurangnya
2
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Jawa Tengah. http:www.pnpmjateng.blogspot.com
. Diakses 16 Februari 2011
3
http:www.pnpmperdesaan.or.iddownloadsPenjelasan_PTO09.pdf. Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. Diakses 16 Maret 2011