umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan, dan kondisi daerah yang tanpa keberdayaannya akan tidak terungkap; 4 Pembangunan dilaksanakan
lebih baik dengan dimulai dari mana rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki; 5 Partisipasi memperluas kawasan penerimaan proyek pembangunan; 6
Memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh masyarakat; 7 Partisipasi menopang pembangunan; 8 Partisipasi menyediakan lingkungan
yang kondusif baik bagi aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia; 9 Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan
masyarakat untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas daerah; 10 Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis
individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri. Sulaiman 1985 dalam Huraerah 2008 bentuk-bentuk partisipasi sosial
sebagai berikut: 1 Partisipasi langsung dalam kegiatan bersama secara fisik dan tatap muka; 2 Partisipasi dalam bentuk iuran uang atau barang dalam kegiatan
partisipasi, dana, dan sarana sebaiknya datang dari dalam masyarakat sendiri; 3 Partisipasi dalam bentuk dukungan; 4 Partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan; dan 5 Partisipasi representatif dengan memberikan kepercayaan dan mandat kepada wakil-wakil yang duduk dalam organisasi atau panitia.
Ife dan Tesoriero 2008 menjelaskan kondisi-kondisi yang mendorong partisipasi: 1 Orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau
aktivitas tersebut penting; 2 Orang harus merasa bahwa aksi-aksi mereka akan membuat perubahan; 3 Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai;
4 Orang harus bisa berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya; 5 Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan.
2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut Pangestu 1995 dalam Aprianto 2008 sebagai berikut:
1 Faktor internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban
keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok. 2
Faktor eksternal, yaitu hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran yang dapat mempengaruhi partisipasi. Sasaran akan
dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan
pelayanan pengelolaan kegitan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam
proyek tersebut. Menurut penelitian Kurniantara dan Pratikno 2005 efektivitas partisipasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1
Basis informasi yang kuat. Sumber informasi dan fasilitas komunikasi yang memadai pada suatu daerah akan menunjang masyarakat dalam memperoleh
informasi tentang pembangunan yang dilaksanakan di desanya. Sumber informasi dan fasilitas komunikasi telah ada sejak jaman pemerintahan
sentralisasi, tetapi perkembangan tajam terjadi pasca krisis atau di masa otonomi desa. Penguasaan informasi memungkinkan masyarakat bersikap
kritis, mampu berinisiatif, berkreasi, dan dinamis serta mampu mengikuti proses perubahan yang terjadi.
2 Kepemimpinan Kepala Desa. Kepemimpinan Kepala Desa memberikan
pengaruh yang besar terhadap ketersediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa. Kepala Desa akan menentukan tipe dan pola
kepemimpinan yang digunakan untuk menjalankan pemerintahan. 3
Peranan organisasi lokal. Peranan organisasi lokal juga berpengaruh dalam pembangunan desa. Lembaga Kemusyawaratan Desa LKMD sebagai
lembaga korporatis ternyata tidak hanya sebagai lembaga yang mendukung kebijakan pemerintah tetapi juga mampu menyalurkan aspirasi dan
mengartikulasikan kepentingan-kepentingan warga masyarakat. Lembaga LKMD jauh lebih berperan dalam pembangunan desa dibandingkan
lembaga LKMD pada masa pemerintahan yang sentralistik. 4
Peranan Pemerintah Desa. Peranan pemerintah desa mengalami perubahan pada masa sentralistik dan masa desentralistik. Pada masa otonomi desa,
pemerintah lebih mengembangkan pola hubungan yang fasilitatif dengan memberikan ruang publik bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Kesediaan
Pemerintah Desa untuk melakukan mediasi, menyampaikan aspirasi
masyarakat kepada pemerintah supra desa, serta menyerap dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.
Menurut Sahidu 1998 dalam Lugiarti 2004 faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemauan masyarakat untuk berpartisipasi adalah motif,
harapan, needs, rewards, dan penguasaan informasi. Faktor yang memberikan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi adalah pengaturan dan pelayanan,
kelembagaan, struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal, kepemimpinan, sarana, dan prasarana. Sedangkan faktor yang mendorong adalah pendidikan, modal, dan
pengalaman yang dimiliki.
2.1.2 Pemberdayaan Masyarakat