pengurus pada administrasi, namun dalam kenyataannya tidak menjalankan tugasnya dengan baik, contohnya kelompok Usaha Mandiri. Pada kelompok ini,
ketua mengurusi semua administrasi dan keuangan kelompok. Bendahara dan sekretaris tidak mengerjakan tugas yang seharusnya dilakukan.
Tampak anggota mempunyai rasa percaya yang besar terhadap pengurus karena kedekatan secara personal. Apabila terdapat potongan pinjaman untuk
membeli keperluan administrasi, para anggota tidak meminta daftar potongan secara rinci. Rasa saling percaya antara pengurus dan anggota menjadi landasan
dalam menjalankan kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan SPP.
5.4 Hubungan Faktor Internal dalam Kegiatan SPP
Terdapat hubungan yang nyata dan negatif antara umur dengan tingkat pendidikan perempuan. Artinya semakin lanjut usia, ternyata semakin rendah
tingkat pendidikan perempuan. Dahulu orang-orang desa kurang menyadari akan pentingkan pendidikan, apalagi untuk kaum perempuan sehingga kurang
mendapatkan kesempatan untuk bersekolah. Akibatnya, banyak perempuan yang hanya berpendidikan pada tingkat Sekolah Dasar SD atau bahkan tidak tamat
SD. Tidak jarang pula, perempuan yang tergolong dewasa lanjut kurang lancar dalam membaca dan menulis. Hubungan faktor internal dalam kegiatan Simpan
Pinjam Kelompok Perempuan SPP tampak pada Tabel 20. Tabel 20. Hubungan Faktor Internal dalam Kegiatan SPP PNPM Mandiri
Perdesaan Tahun 2011 Faktor Internal X1
Umur X1.1
Tingkat Pendidikan
X1.2 Tingkat
Pendapatan X1.4
Umur X1.1
1.000 -.464
.110
Tingkat Pendidikan X1.2
1.000 .133
Tingkat Pendapatan X1.4
1.000
Keterangan berhungan pada taraf nyata 0,01
Pata Tabel 20. tampak bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara umur dan tingkat pendapatan, maupun tingkat pendidikan dengan tingkat pendapatan.
Artinya tidak selalu semakin lanjut usia perempuan semakin tinggi pula tingkat pendapatannya. Tak sedikit perempuan yang tergolong dewasa lanjut memperoleh
pendapatan yang lebih rendah dari golongan usia yang lebih muda. Hal ini dikarenakan sebagian besar mereka hanya berjualan dengan jumlah dagangan
yang sedikit sehingga pendapatan yang diperolehnya pun sedikit, seperti yang diungkapkan oleh MNS anggota sebagai berikut
“Usaha di Desa Petir susah berkembangnya, ramainya kalau baru buka saja. Apalagi di sini banyak yang menjual makanan olahan, jadi
siapa yang menjual dengan harga murah itulah yang laku”. Keadaan serupa terlihat pada hubungan antara tingkat pendidikan perempuan
dengan tingkat pendapatannya. Tingkat pendidikan bukan faktor utama yang mempengaruhi pendapatan perempuan. Kemauan dan pengalaman untuk
menjalankan usaha pada perempuan anggota Simpan Pinjam Kelompok Perempuan SPP mempengaruhi tingkat pendapatan. Terdapat perempuan
anggota SPP yang hanya menamatkan pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar SD, namun tingkat pendapatannya sama dengan atau lebih dari perempuan yang
tingkat pendidikannya tinggi.
5.5 Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi