Deskripsi pelaksanaan Pembelajaran Hasil Penelitian

38 maksud dari gambaran yang diberikan itu. Siswa diminta untuk memikirkannya secara individu kemudian mendiskusikannya dengan teman kelompok pasangan empat orang, setelah itu guru memberikan kesempatan kepada pasangan empat orang untuk memberikan jawaban mengenai gambaran yang diberikan guru. Pada saat ini hanya beberapa pasangan saja yang berani memberikankan pendapatnya. Pembelajaran dilanjutkan hingga tahap berikutnya, yaitu guru membagikan daftar tebel peninggalan sejarah pasangan kepada setiap kelompok. Ketika guru meminta siswa menyebar membawa kartu pasangan tersebut untuk mencari pasangannya suasana kelas benar-benar gaduh dan tidak terkontrol. Ada yang bermain-main, ada yang masih bingung bagaimana menggunakan kartu tersebut untuk mencari pasangan kelompok mereka. Sambil jalan, guru memberikan bimbingan kepada siswa yang masih bingung dan siswa yang bermain-main. Setelah siswa mengetahui siapa pasangan kelompok mereka, sebagian siswa ada yang tidak mau bergabung dengan pasangan kelompoknya disebabkan karena mereka merasa tidak cocok dan malu bergabung dengan teman lawan jenis, walaupun demikian akhirnya mereka mau bergabung karena bimbingan dan bujukan halus dari guru. Setelah kelompok belajar ini terbentuk, guru memerintahkan siswa untuk melakukan diskusi kelompok mengenai isi tabel tersebut. Namun pada saat guru memerintahkan diskusi kelompok sebagian besar siswa terlihat engggan untuk bertukar pendapat, sebagian siswa mengeluhkan pasangan kelompoknya, sebagian lagi kelompok lain mengejek pasangan kelompok yang merasa tidak cocok sehingga suasana kelas menjadi gaduh lagi. Pada saat kegaduhan terjadi, guru selalu memberikan arahan positif 39 tentang belajar kelompok ini dan membimbing siswa untuk melakukan diskusi dengan baik sehingga kelas menjadi lebih terkontrol. Setelah selesai diskusi mengenai isi table pasangan tersebut, guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menjelaskan hasil diskusinya masing-masing kepada seluruh teman kelas yang bertujuan untuk berbagi jawaban kepada seluruh teman kelas. Pada saat guru memerintahkan ke depan kelas sebagian besar siswa merasa malu dan tidak berani untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Disela-sela kegiatan pembelajaran ini, sebelum guru melanjutkan kegiatan berikutnya siswa diminta untuk beridiri sejenak dan melakukan sedikit olahraga pelepasan penat, rasa lelah, dan rasa bosan. Sejenak guru mengalihkan pembicaraan pada hal-hal yang lucu sehingga siswa bisa tertawa dan tidak merasa bosan. Selanjutnya, guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok dimana sub pokok bahasan yang terdapat dalam masing-masing LKS adalah berbeda-beda tetapi tidak terlepas dari pokok bahasan Mengenal Makna Sejarah yang bercorak Hindu- Budha dan Islam di Indonesia. Ketika guru memerintahkan siswa untuk mendiskusikan LKS yang telah dibagikan, sebagian besar siswa enggan untuk bertukar atau berbagi pendapat disebabkan karena rasa malu yang besar terhadap lawan jenis dan disebabkan ejekan-ejekan dari kelompok lain, di sini terlihat jika LKS yang telah diberikan masih dikerjakan secara individu walaupun guru menginstruksikan untuk menyelesaikan LKS secara berkelompok. Hal tersebut menunjukkan pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan salah satu konsep pendekatan cooperative learning tipe think pair share bahwa 40 berbagi dalam kelompok akan lebih memudahkan siswa dalam belajar. Pada kegiatan ini, siswa tidak hanya diminta untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya saja, namun siswa diminta untuk melakukan diskusi antar kelompok. Pada saat yang bersamaan ada beberapa siswa yang masih sulit diatur dan tidak mematuhi peraturan yang telah disepakati, hal ini yang menyebabkan susana kelas menjadi tidak nyaman, namun pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share tetap dilaksanakan. Sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah dirancang sebelumnya, maka kegiatan pelaksanaan pembelajaran Siklus I pertemuan ke-I dicukupkan sampai kegiatan diskusi LKS tersebut. Sebelum menutup kegiatan pembelajaran, guru menginformasikan bahwa pembelajaran akan dilanjutkan pada pertemuan ke-II dengan kegiatan diskusi kecil lanjutan dari pertemuan ke-I, presentasi, dan evaluasi hasil belajar. Setelah itu guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi, namun pada saat kegiatan penyimpulan materi ini siswa terlihat enggan dan malu-malu untuk mengemukakan pendapatnya sehingga guru perlu memberikan motivasi atau dorongan yang lebih kuat pada pertemuan ke-II agar siswa menjadi lebih berani. b Pertemuan ke-II Sebagai kegiatan awal pada pelaksanaan tindakan pertemuan ke-II, guru melakukan kegiatan explorasi yaitu dengan mencoba untuk menggali pengetahuan siswa mengenai pembelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan melontarkan beberapa pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memberikan jawaban. Pada saat yang bersamaan pula, guru lebih extra memberikan 41 motivasi dengan ucapan “salah dalam belajar adalah hal yang wajar ”. Kata tersebut disepakati oleh guru dan siswa untuk dijadikan yel-yel setiap sebelum memulai pembelajaran. Selanjutnya, guru bersama siswa melanjutkan pembelajaran sesuai kesepakatan pada pertemuan sebelumnya, yaitu dilanjutkan dengan kegiatan presentasi masing-masing kelompok di depan kelas yang bertujuan untuk saling berbagi jawaban kepada semua teman kelas. Namun sebelum kegitan presentasi dimulai, guru memerintahkan kepada siswa untuk bergabung dengan kelompok semula dan memberikan kesempatan melakukan diskusi kecil untuk lebih menyiapkan mental siswa sebelum melakukan presentasi bersama kelompoknya. Selama proses diskusi berlangsung, guru tetap melakukan pemantauan, memberikan arahan dan bimbingan tentang bagaimana melakukan diskusi yang baik sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan, yaitu pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe think pair share. Disela-sela kegiatan diskusi ada beberapa siswa yang mengacungkan tangan untuk bertanya kepada guru tentang materi diskusi yang belum mereka pahami, namun tidak sedikit juga siswa yang terlihat tidak serius alias bermain- main. Pada kesempatan ini, guru memberikan motivasi dan penguatan dengan menepuk pundak siswa sambil berkata-kata dan memberikan acungan jempol serta pujian kepada salah satu kelompok yang bersemangat mengajukan pertanyaan mengenai materi LKS. Tujuan pemberian motivasi atau penguatan kepada salah satu kelompok yang berani mengajukan pertanyaan atau pendapat adalah agar siswa maupun kelompok yang lain termotivasi untuk melakukan hal 42 yang sama, selain itu juga siswa menjadi lebih bersemangat dalam menyelesaikan LKS. Ketika pembelajaran dilanjutkan ke tahap presentasi, guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk melakukan presentasi di depan kelas, namun apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan, siswa terlihat takut, malu-malu, dan enggan berdiri di depan kelas, terjadi saling tunjuk antar kelompok, sehingga suasana kelas menjadi gaduh dan tidak terkontrol. Sehubungan dengan hal tersebut guru terpaksa menagambil tindakan tegas, guru menggunakan kekuasaannya menunjuk kelompok manapun yang diinginkan. Seiring berjalannya kegiatan presentasi, guru meminta kelompok lain untuk menyimak dan memberikan tanggapan ataupun masukan kepada kelompok yang sedang presentasi, namun hanya beberapa siswa saja yang menyimak tetapi enggan memberikan tanggapan atau masukan, siswa lainnya tidak terlihat menyimak dan bermain-main, terutama kelompok yang duduk dibelakang. Setelah kegiatan presentasi dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atau untuk mengukur hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Selanjutnya, sebelum menutup pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan penyimpulan materi pembelajaran. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi tentang “Mengenal Makna Sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan Islam di Indonesia namun keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat masih belum optimal sehingga guru masih perlu menjadi peran utama dalam membimbing siswa untuk menyimpulkan materi. 43 3 Observasi a Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Kooperatif tipe think pair share. Pada tahap observasi ini, kegiatan yang dilakukan adalah pencatatan terhadap proses pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share yang berlangsung selama dua kali pertemuan dilakukan oleh dua orang observer, yaitu guru kelas V sendiri dan guru dari kelas lain. Pencatatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share meliputi aktivitas guru dan siswa yang dijadikan satu dalam lembar observasi. Pada saat kegiatan observasi ini berlangsung, lembar observasi dibagi mnjadi dua bagian, salah satu observer mencatat aktivitas guru dan satunya lagi mencatat aktivitas siswa dengan berpedoman pada masing- masing lembar observasi yang mereka pegang. Setelah data terkumpul, dilakukan rekapitulasi terhadap hasil pencatatan pelaksanaan pembelajaran pendekatan Kooperatif tipe think pair share. 4 Refleksi Seperti pada siklus I ini peneliti melakukan kegiatan refleksi bersama siswa, observer dan peneliti sendiri. Dari hasil refleksi yang dilakukan peneliti bersama siswa, banyak hal yang dapat dicatat peneliti, diantaranya: 1 sebagaian besar siswa merasa senang mengikuti pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share dan sebagian lainnya acuh-tak acuh alias cuek seolah tidak ada perubahan; 2 sebagian besar siswa bergairah dan merasa senang melakukan belajar secara kelompok dan sebagian pula enggan berkelompok; 3 sebagian siswa merasa senang dengan teknik guru dalam menggunakan kartu pasangan untuk mencari pasangan kelompok, 44 namun sebagian lain lagi ada yang merasa kecewa karena malu berkelompok dengan lawan jenis dan karena ejekan dari kelompok lain; 4 sebagian siswa lagi meminta peneliti untuk mengajarkannya pada waktu-waktu selanjutnya. Sementara hasil kegiatan refleksi yang dilakukan peneliti bersama kedua observer menyatakan bahwa, dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran siklus I yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe Think Pair Share tercatat sebesar 76 langkah- langkah pembelajaran dapat terlaksana. Angka tersebut menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share TPS belum mengalami peningkatan dari hasil refleksi atau perenungan yang dilakukan oleh peneliti sendiri merasakan bahwa masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share, karena dilihat dari hasil evaluasi belajar dinyatakan memang telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa apabila dibandingkan dengan siklus sebelumnya, namun ketuntasan secara klasikal hanya mencapai 76 dan belum memenuhi target indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Dari hasil pencatatan tersebut, maka pemberian tindakan melalui penerapan pendekatan Kooperatif tipe think pair share harus dilanjutkan kepada siklus ke-II. b. SIKLUS II Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini sebenarnya merupakan tuntutan perbaikan oleh siklus I, karena pada pelaksanaan pembelajaran siklus I hasil belajar IPS siswa secara klasikal belum memenuhi target yang telah ditentukan dalam penelitian ini, disamping itu masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang mesti diperbaiki. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pada dasarnya sama dengan pelaksanaan pembelajaran siklus I apabila 45 dilihat dari segi proseduralnya, namun pada siklus II ini diberikan tambahan-tambahan dan dilakukan perbaikan dengan cara yang lebih menarik pada kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk lebih memotivasi siswa agar hasil belajar IPS siswa dapat meningkat dan pelaksanaan pembelajaran dapat memenuhi target sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Siklus II juga dilaksanakan dua kali pertemuan selama 2 x 35 menit pada tanggal 19 Oktober 2015. Pada saat pelaksanaan pembelajaran siklus II materi yang dibahas sama dengan materi pada pelaksanaan pembelajaran siklus I. Adapaun rincian kegiatan pada siklus II juga sama dengan siklus I, yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. 1 Perencanaan a Menyusun Rencana Pelaksaan Pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share. b Membuat kartu-kartu pasangan untuk siswa agar siswa mencari sendiri pasangan kelompoknya. c Merancang daftar pasangan 2 kelompok dan menentukan kolaborasi dengan teman sejawat. d Membuat daftar nama kelompok berdasarkan persebaran kemampuan berfikir siswa.Menyusun lembar pengamatan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa. e Menyusun Soal Evaluasi. 2 Pelaksanaan Tindakan a Pertemuan ke - 1 Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini tidak ubahnya dengan pelaksanaan pembelajaran siklus I apabila dilihat dari segi prosedur pelaksanaannya. Pada awal pembelajaran, guru 46 memberikan masukan-masukan dan memberikan motivasi kepada siswa dengan menceritakan sejenak tentang kehidupan seseorang yang berakhlak mulia, berpendidikan, dan memiliki pengetahuan yang diperoleh melalui belajar sejak kecil. Ketika mendengarkan cerita, siswa terdiam dan terlihat serius menyimak cerita tersebut kemudian guru secara pelan-pelan menekankan hal-hal yang perlu dicontoh dari cerita tersebut dan secara pelan-pelan pula cerita tersebut mengarah kepada pembelajaran sehingga siswa tersugesti dan merasa tidak sadar bahwa mereka memasuki sebuah lingkungan belajar. Selanjutnya guru mulai menjelaskan tujuan-tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui proses belajar. Guru mulai memasuki kegiatan inti pembelajaran dengan memberikan gambaran-gambaran terkait tentang materi yaiitu “Peninggalan sejarah yang bercorak Hindu- Budha dan Islam di Indonesia ”. Pembelajaran siklus II ini mulai menunjukkan peningkatan dilihat dari akttivitas siswa yang antusias mengikuti proses belajar, sebagian besar siswa melakukan diskusi dengan teman sebangkunya kelompok 2 pasangan. Begitu guru bertanya “pasangan mana yang bisa menjawab?”, sebagian besar kelompok dua pasangan ini mengacungkan tangan dan guru mulai menunjuk satu-perastu pasangan yang akan menjawab. Hasil jawaban kelompok dua pasangan tersebut dikumpulkan dan dianalisis, ternyata sebagian besar jawabannya benar dan hampir benar. Selanjutnya guru mulai mengajak kepada sub bahasan selanjutnya mengenai gambar-gambar candi yang terdapat pada papan tulis. Siswa dipanggil satu-persatu untuk mengambil kartu pasangan masing-masing satu orang satu. Dalam hal ini, tentu guru telah memilah kartu yang mana dan 47 untuk siswa yang mana, dengan kata lain guru sudah mengetahui tingkat persebaran kemampuan belajar siswa sehingga terbentuklah kelompok belajar yang hetrogen dengan sendirinya. Dalam kartu pasangan tesebut terdapat hubungan keterkaitan antara beberapa kartu dengan beberpa kartu lainnya, kemudian guru memerintahkan kepada siswa untuk menyebar di dalam kelas untuk mencari pasangan- pasangan mereka dengan membawa kartu-kartu tersebut. Siswa terlihat sangat aktif mencari pasangan mereka, mereka terlihat bebas seolah-olah tidak ada tekanan dari guru. Ketika proses ini berlangsung, kelas memang manjadi gaduh tapi tidak apa-apa karena gaduhnya mereka dalam hal belajar. Seperti kenyataan yang terlihat pada pelaksanaan pembelajaran siklus I setelah mereka menemukan pasangannya, masih banyak terdapat siswa mengeluhkan kelompoknya dan enggan untuk bergabung dan berdiskusi untuk menyelesaikan tugasnya, namun hal ini dengan cepat teratasi karena sudah tidak ada lagi siswa atau kelompok lain yang memberikan ejekan tetapi mereka hanya merasa belum terbiasa untuk bergabung dengan kelompok baru dan masih merasa malu untuk berkelompok dengan lawan jenisnya. Guru segera memberikan arahan serta motivasi kepada siswa tersebut hingga siswa tersebut mau bergabung dan ikut aktif dalam berdiskusi mengenai isi kartu tersebut. Ketika proses diskusi berlangsung, guru berkeliling untuk memberikan bimbingan kepada setiap kelompok. Siswa terlihat serius berdiskusi bersama kelompoknya, namun masih ada terdapat beberapa orang siswa yang tidak serius dalam berdiskusi bahkan menganggu temannya, namun guru langsung memberikan tindakan. Setelah mereka berdiskusi bersama kelompoknya, guru memerintahkan lagi 48 untuk menyebar melakukan diskusi antar kelompok karena materi diskusi yang diberikan kepada setiap kelompok berbeda-beda. Saat diskusi antar kelompok dimulai, kegaduhan terjadi lagi namun guru melihat kegaduhan itu karena siswa saling memberikan masukan dan bertukar pendapat. Setelah diskusi selesai, guru meminta kepada setiap perwakilan kelompok untuk mengumpulkan hasil diskusinya. Selanjutnya, sebelum memasuki kegiatan akhir guru memerintahkan siswa untuk kembali kepada kelompok semula dan mengajak siswa untuk melakukan rileksasi agar siswa tidak merasa bosan. Siswa diperintahkan berdiri dan keluar dari bangkunya untuk melakukan gerakan-gerakan bebas agar siswa merasa rileks disamping guru sedang membagikan LKS untuk dikerjakan bersama kelompok. Masing-masing LKS inipun berisi materi yang berbeda-beda, yaitu meliputi: Peninggalan Sejarah yang bercorak Hindu- Budha dan Islam. Setelah kegiatan rileks tadi, LKS sudah menunggu di masing-masing meja kelompok. Siswa bersama kelompoknya mengerjakan LKS dengan serius dan tidak ada satupun yang terlihat bermain, tetapi ketika ditengah-tengah sedang mengerjakan LKS ada beberapa siswa dalam setiap kelompok yang terlihat tidak serius, tidak bersemangat, dan bahkan mereka terlihat tidur-tiduran sementara kelompok mereka sedang berdiskusi. Sesuai dengan alokasi yang telah ditentukan di RPP, maka kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan ke-II dicukupkan sampai kegiatan diskusi LKS dan sampailah kepada kegiatan akhir pembelajaran. Pada kegiatan akhir pembelajaran ini, guru memberikan penghargaan kepada siswa atau kelompok yang memiliki kinerja baik dan 49 memberikan penguatan serta motivasi kepada seluruh siswa di kelas. Setelah itu, guru meginformasikan kepada siswa bahwa pembelajaran akan dilanjutkan pada pertemuan ke-II, yaitu pada hari rabu. Pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan ke-II adalah lanjutan dari pertemuan sebelumnya, yaitu melanjutkan kegiatan diskusi kecil kemudian masing- masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya yang bertujuan untuk berbgai hasil diskusi kepada semua teman kelas. b Pertemuan ke-II Sebelum pembelajaran dimulai pada pertemuan ke-II ini, seperti biasa guru melakukan apersepsi terlebih dahulu untuk lebih menyiapkan siswa dengan melontarkan beberapa pertanyaan mengenai pembahasan pada pertemuan ke-I. Pada kegiatan ini sebagian besar siswa hampir menguasai materi- materi yang telah dibahas pada pertemuan ke-I. Selanjutnya, guru meminta untuk kembali kepada kelompok mereka masing-masing yang sudah ditentukan pada pertemuan ke-I untuk melanjutkan diskusi kecil mengenai LKS yang telah mereka kerjakan. Selama kegiatan diskusi berlangsung suasana kelas menjadi agak sedikit gaduh karena setiap setiap siswa serius mengerjakan LKS bersama kelompoknya. Disela-sela kegiatan diskusi, ada beberapa siswa dari salah satu kelompok mengacungkan tangan dan ingin segera menanyakan materi yang belum dimengertinya, guru langsung meresponnya dengan cepat dan segera menanggapinya dan memberikan bimbingan kepadanya. Sementara guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang bertanya, kelompok lain merasa terabaikan sehingga melakukan protes kepada guru, “pak guru kenapa kita nggak diajarin?”. 50 Setelah guru mendengar protesan itu, guru langsung meresponnya dengan positif sehingga guru tidak lagi terdiam di satu kelompok saja, guru mulai berkeliling kepada masing-masing kelompok untuk memberikan bimbingannya. Namun pada saat siswa tengah mengerjakan LKS dengan serius bersama kelompoknya masih ada sebagian siswa dalam setiap kelompok yang terlihat bermain-main, ada yang bersantai-santai, bahkan ada yang tidur-tidurandi meja. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya mereka yang bertujuan untuk berbagi jawaban kepada semua teman kelas karena setiap LKS yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda-beda sub pokok bahasannya. Sementara ada kelompok yang maju ke depan kelas, kelompok yang lain diminta untuk memberikan tanggapan atau masukan kepada kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat kesempatan presentasi hasil diskusi ini berlangsung masih ada beberapa siswa yang terlihat malu-malu, tetapi guru meminta kepada kelompok lain untuk memberikan dukungan, tepuk tangan kepada kelompok yang di depan kelas, bahkan siswa bernyanyi “ayo maju-maju jangan malu- malu” sehingga presentasi kelompok berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Pada saat presentase berlangsung, sebagian besar siswa mengacungkan tangan dan terlihat tidak sabar untuk memberikan tanggapan atau masukan kepada kelompok yang presentasi, disini guru memberikan acungkan jempol sebagai penguatan langsung baik bagi yang presentasi atau yang memberikan masukan atau tanggapan. Kelas menjadi gaduh tetapi siswa merasa senang dan tidak merasa bosan karena 51 yang satu dengan yang lainnya saling memberikan semangat dan dukungan. Seusai kegiatan presentasi, siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok mereka yang berupa Lembar Kerja Siswa LKS. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya paling baik dan memberikan penguatan kepada seluruh siswa agar mereka belajar dan mereka tetap bersemangat, termotivasi, dan rajin belajar baik di sekolah maupunn di rumah. Selanjutnya guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi dan akhirnya guru memberikan soal evaluasi hasil belajar. Pada saat siswa mengerjakan soal, semua siswa terlihat serius dan berkonsentrasi menyelesaikan tugasnya. Akhirnya bel berbunyi dan kegiatan pembelajaran segera ditutup. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan soal-soal yang sudah mereka kerjakan, setelah itu guru memaparkan kesan dan pesan selama proses pembelajaran berlangsung dan akhirnya guru mengucapkan salam. 3 Observasi a Pelaksanaan pembelajaran pendekatan Kooperatif tipe think pair share. Pada siklus II kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pairshare juga dilakukan oleh satu orang observer. Keterlaksanaan pembelajaran telah banyak mengalami peningkatan dan tergolong dalam kriteria sangat baik 4 Refleksi Seperti pada siklus-siklus sebelumnya, pada siklus II ini peneliti melakukan kegiatan refleksi bersama siswa, observer, dan peneliti sendiri. Dari hasil refleksi yang dilakukan peneliti bersama siswa, banyak hal yang dapat dicatat peneliti, 52 diantaranya: 1 Siswa merasa senang mengikuti proses pembelajaran, yang ditunjukkan dengan aktivitas mereka pada waktu pembelajaran, 2 Siswa merasa bergairah dan termotivasi untuk belajar, 3 Siswa meminta peneliti untuk mengajarkannya lagi pada waktu-waktu selanjutnya dengan metode yang sama. Sementara hasil kegiatan refleksi yang dilakukan peneliti bersama kedua observer menyatakan bahwa, dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran siklus II yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe Think Pair Share tercatat 94,44 langkah-langkah pembelajaran telah dilaksanakan, hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran masuk dalam kriteria sangat baik dan dinyatakan berhasil karena telah memenuhi indikator keberhasilan. Selanjutnya dari hasil perenungan oleh peneliti sendiri, pada siklus II ini peneliti merasa puas ketika berada di kelas melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share. Peneliti merasa sudah cukup optimal dan cukup maksimal berusaha untuk menerapkan pendekatan Kooperatif tipe think pair share TPS dengan sebaik- baiknya untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI. Manba ’ul Falah Kabupaten, Bogor. Hal ini terbukti dari hasil observasi terhadap keterlaksanaan pembelajaran cooperative learning tipe think pair share dimana pada setiap siklusnya terjadi peningkatan, mulai dari pada siklus II, dan 94,44. Disamping itu juga terbukti dari evaluasi hasil belajar, dinyatakan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya dengan nilai rata-rata ≥70 dan tingkat ketuntasannya diatas 80 dan telah mencapai target indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Dari hasil pencatatan tersebut, maka pemberian tindakan melalui penerapan pendekatan cooperative learning tipe think pair share dihentikan sampai dengan siklus II. 53

2. Hasil Belajar dan Pengamatan

a. Hasil Belajar IPS

Pada siklus I, evaluasi hasil belajar dilakukan pada kegiatan akhir pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dibelajarkan sebelumnya. Bahan evaluasi terdiri dari lima belas soal pilihan ganda, masing-masing soal isian memilki bobot nilai 1, adapun hasil tes pada siklus I ini disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini: Tabel 4.1. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Pada Siklus I No Interval Skor Jumlah Siswa orang Persentase Ketuntasan Persentase Ketidaktuntasan 1 90 – 100 2 80 – 89 5 21 3 70 – 79 11 46 4 60 – 69 6 25 5 50 – 59 2 8 6 40 – 49 - 7 30 – 39 - 8 20 – 29 - 9 10 – 19 - 10 – 9 - Total Jumlah Keseluruhan 24 67 33 Berdasarkan tabel hasil belajar di atas dapat dijelaskan bahwa 0 siswa mendapatkan interval skor 90 – 100, 21 siswa mendapatkan interval skor 80 – 89, 46 siswa mendapatkan interval skor 70 – 79, 25 siswa mendapatkan interval skor 60 – 69, 8 siswa mendapatkan interval skor 50 – 59, dan 0 siswa mendapatkan interval skor 0 – 49. Jadi persentase ketuntasan belajar pada siklus I ini adalah sebesar 67 dan persentase ketidak tuntasannya sebesar 33 . Angka tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa masuk dalam kriteria belum baik, karena belum memenuhi tuntutan indikator keberhasilan dalam penelitian ini , yaitu ketuntasan belajar klasikal siswa harus mencapai 80. 54

b. Hasil Belajar IPS Siklus II

pada siklus ke II, evaluasi hasil belajar dilakukan pada kegiatan akhir pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dibelajarkan sebelumnya. Bahan evaluasi terdiri dari masing soal pilihan ganda memiliki bobot nilai 1. Setelah dilakukan analisis data hasil belajar, ternyata hasil belajar IPS siswa yang ditingkatkkan melalui penerapan pendekatan Kooperatif tipe think pair share mengalami banyak peningkatan. Adapun hasil tes pada siklus II disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini: Tabel 4.2. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Pada Siklus II No Interval Skor Jumlah Siswa orang Persentase Ketuntasan Persentase Ketidaktuntasan 1. 90 – 100 4 17 2. 80 – 89 11 46 3. 70 – 79 7 29 4. 60 – 69 2 8 5. 50 – 59 6. 40 – 49 - 7. 30 – 39 - 8. 20 – 29 - 9. 10 – 19 - 10. – 9 - Total Jumlah Keseluruhan 24 92 8 Kriteria tingkat ketuntasan SANGAT BAIK Berdasarkan tabel hasil belajar di atas dapat dijelaskan bahwa 17 siswa mendapatkan interval skor 90 – 100, 46 siswa mendapatkan interval skor 80 – 89, 29 siswa mendapatkan interval skor 70 – 79, 8 siswa mendapatkan interval skor 60 – 69, dan 0 siswa mendapatkan interval skor 0-59. Jadi persentase ketuntasan belajar pada siklus II ini adalah sebesar 92 dan persentase ketidak tuntasannya sebesar 8. Angka tersebut menunjukkan bahwa 55 ketuntasan belajar siswa masuk dalam kriteria sangat baik dan hampir sempurna karena telah melebihi tuntutan indikator keberhasilan dalam penelitian ini , yaitu ketuntasan belajar klasikal siswa harus mencapai 80.

c. Hasil Pengamatan

Tabel 4.3. Data Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I No. Kegiatan Pembelajaran Deskriptor Yang Nampak Kegiatan Guru 1. 1. Kegiatan Awal 2 2. 2. Kegiatan inti 9 3. 3. Kegiatan akhir 3 Jumlah 14 Jumlah 14 Jumlah Maksimal Deskriptor 18 Persentase 77,77 Kriteria BAIK No. Kegiatan Pembelajaran Deskriptor Yang Nampak Kegiatan Siswa 1. Pengetahuan 19 2. Sikap 19 Jumlah 19 Jumlah 19 Jumlah Maksimal Deskriptor 24 Persentase 79,16 Berdasarkan tabel di atas, pada siklus ke I untuk hasil Observasi guru hanya 14 deskriptor yang nampak dari 18 deskriptor. Jadi, tingkat keterlaksanaan pembelajaran adalah jumlah deskriptor yang nampak dibagi dengan jumlah maksimal deskriptor.

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Role Playing Pada Pembelajaran IPS Kelas V MI Al-Falah Jakarta Timur

0 7 119

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS V SDN SEKARAN 01 SEMARANG

0 5 181

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERKALIAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE Peningkatan Hasil Belajar Perkalian Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas 3 SDN Gemampir Kecamatan Karan

0 1 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERKALIAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE Peningkatan Hasil Belajar Perkalian Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas 3 SDN Gemampir Kecamatan Karang

0 1 11

PENINGKATAN PERCAYA DIRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI SERANG KULON PROGO.

1 2 358

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS V SEMESTER II SD 2 PIJI KUDUS TAHUN PELAJARAN 20132014

0 0 26

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

0 0 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

0 0 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V

0 0 11