78
Dengan  demikian,  nilai sehingga  soal  dikatakan  reliabel.
Adapun secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 23 halaman 212.
3.6.3.3 Indeks Kesukaran
Indeks  kesukaran  merupakan  bilangan  yang  menunjukkan  sukar  dan mudahnya  suatu  soal.  Soal  yang  baik  adalah  soal  yang  tidak  terlalu  mudah  atau
tidak terlalu sukar. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,0 Arikunto, 2012:  223.  Indeks  kesukaran  dalam  penelitian  ini  dihitung  dengan  Microsoft
Excel. Uji tingkat kesukaran menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan: : P proporsi = indeks kesukaran
: jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok atas : jumlah  siswa  yang  menjawab  benar  pada  butir  soal  pada  kelompok
bawah : banyaknya siswa pada kelompok atas
: banyaknya siswa pada kelompok bawah Klasifikasi  indeks  kesukaran  menurut  Arikunto  2012:  225  adalah
sebagai berikut.   Soal dengan P 0,00 sampai dengan 0,30 adalah soal sukar
  Soal dengan P 0,31 sampai dengan 0,70 adalah soal sedang
= � + �
+
79
  Soal dengan P 0,71 sampai dengan 1,00 adalah soal mudah Dari hasil analisis uji coba soal, diperoleh indeks kesukaran sebagai berikut.
Tabel 3.4 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Uji Coba Soal
Data Jumlah
Butir Komposisi Indeks
Kesukaran Item Butir Soal Sesuai
Indeks Kesukaran
Soal Uji Coba  20 butir 16 butir sedang
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20
3 butir mudah 9, 17, 19
1 soal sukar 3
Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  pada  uji  coba  soal  yang  diberikan memiliki  indeks  kesukaran  yang  berbeda-beda  tiap  soalnya  sesuai  dengan
klasifikasi  indeks  kesukaran  yang  telah  ditentukan.  Secara  terperinci  tentang indeks kesukaran dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 213.
3.6.3.4 Daya Pembeda
Arikunto  2012:  226  mengartikan  bahwa  daya  pembeda  soal  adalah kemampuan  suatu  soal  untuk  membedakan  antara  siswa  yang  pandai
berkemampuan  tinggi  dengan  siswa  yang  bodoh  berkemampuan  rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskrimasi yang
berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Penghitungan daya pembeda dilakukan dengan Microsoft Excel dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan: :
= Daya pembeda
�� = � − �
80
: jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelompok atas : jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelompok bawah
: banyaknya siswa pada kelompok atas Arikunto  2012:  232  memberikan  penekanan  bahwa  butir-butir  soal
yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7 dan memberikan beberapa klasifikasi daya pembeda sebagai berikut.
 : 0,00
− 0,20 = jelek poor 
: 0,21 − 0,40 = cukup satisfactory
 : 0,41
− 0,70 = baik good 
: 0,71 – 1,00 = baik sekali excellent
 :  negatif,  semuanya  tidak  baik.  Jadi,  semua  butir  soal  yang  mempunyai
nilai D negatif sebaiknya dibuang. Dari  hasil  analisis  uji  coba  soal,  diperoleh  daya  pembeda  soal  sebagai
berikut. Tabel 3.5 Hasil Analisis Daya Pembeda Uji Coba Soal
Data Jumlah
Butir Komposisi Daya
Pembeda Soal Butir Soal sesuai Daya
Pembeda
Soal Uji Coba
20 butir 15 butir
baikcukup 1, 2, 4, 5, 6, 8, 10, 11,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 20 3 butir jelek
7, 12, 19 2 butir sangat jelek
3, 9 Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  pada  uji  coba  soal  yang  diberikan
memiliki  daya  pembeda  soal  yang  berbeda-beda  tiap  soalnya  sesuai  dengan
81
klasifikasi  daya  pembeda  soal  yang  telah  ditentukan.  Secara  rinci  tentang  daya pembeda soal dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 213.
3.6.4
AngketKuesioner
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup berskala Likert  dengan  5  pilihan  jawaban  yang  telah  ditentukan  untuk  menjawab
pertanyaan  yakni  sangat  setuju,  setuju,  kurang  setuju,  tidak  setuju,  dan  sangat tidak setuju. Adapun acuan pengisian skala dapat dilihat pada rubrik validasi ahli
yang  terdapat  pada  lampiran  7  halaman  167  dan  lampiran  9  halaman  175.  Para responden  hanya  membubuhkan  checklist  pada  angket  yang  disediakan.
Angketkuesioner ditujukan kepada ahli media, ahli materi, dan para siswa kelas 4 SD Negeri Srondol  Wetan 04 Semarang.  Ahli  media  dalam penelitian ini adalah
salah  satu  pengkaji  media  dari  Balai  Pengembangan  Multimedia  Pendidikan Semarang, sedangkan ahli materi dalam penelitian ini adalah satu guru kelas 4 SD
Negeri Srondol Wetan 04 Semarang. Pada  pengujian  kelayakan  Buku  Pintar  Elektronik  BPE  oleh  ahli  media
pembelajaran  mencakup  penilaian  terhadap  konten  BPE  sebagai  media pembelajaran  dan  program  Buku  Pintar  Elektronik  BPE,  sedangkan  pada  ahli
materi  mencakup  penilaian  terhadap  dasar  pertimbangan  pemilihan  Buku  Pintar Elektronik  BPE  dan  komponen  sistem  pembelajaran  dengan  Buku  Pintar
Elektronik  BPE.  Angket  yang  diberikan  kepada  siswa  berisi  tentang  minat belajar siswa dalam pembelajaran dengan Buku Pintar Elektronik BPE.
3.6.4.1 Validitas Angket