43
Sejarah Indonesia
b. Bahasa dapat diukur melalui pemilihan kata-kata yang tepat, jelas,
menarik, dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar.
c. Keaktifan peserta didik dalam memberikan masukan dapat diukur
melalui relevansi dengan materi yang dibahas, sistematis, dan jelas. d.
Kemampuan mengeksplorasi informasi dapat diukur dari, atau kemampuan peserta didik untuk mengkaitkan hubungan antara
peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain dengan menggunakan berbagai literatur dan sumber yang relevan.
e. Kemampuan menganalisis dapat diukur dari kemampuan peserta didik
untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan dan mengkaitkan kondisi masa lalu dengan kondisi saat ini. kemampuan ini dapat dilihat
ketrampilan peserta dalam menuangkan cara berpikir dan pemahaman tentang fakta dan kemampuran berpikir sejarah, dalam mengerjakan
tugas-tugas secara tertulis.
4. Pendekatan Penilaian Hasil Belajar Sejarah
Penilaian hasil belajar sejarah perlu mengubah tradisi yang sudah menjadi kebiasaan bagi penilaian mata pelajaran sejarah bagi peserta didik. Pada
prinsipnya penilai dalam pembelajaran sejarah tidak lagi pada intrepertasi tunggal, akan tetapi penilai lebih pada ke prinsip penilaian kelas classroom
assessment yang menjadikan tindakan penilaian untuk mengetahui kelemahan mereka dan menjadi dasar bagi guru untuk membantu peserta
didik mengatasi kelemahan peserta didik dalam belajar sejarah.
Penilaian hasil belajar sejarah lebih difokuskan pada penilaian perilaku kejujuran dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam hal ini
dalam menguraikan tugas-tugas dengan mencantumkan sumber-sumber yang jelas, serta pertanggungjawaban terhadap keabsahan sumber yang
digunakan dalam setiap menyelesaikan tugas. Penilaian juga dilakukan terhadap kemampuan berpikir, ketrampilan, dan sikap peserta dengan
pemahaman sejarah yang berkesinambungan kesinambungan apa yang terjadi di masa lampau dengan kehidupan masa kini.
Penilaian secara tes tertulis dalam pembelajar sejarah digunakan secara terbatas untuk mengetahui penguasaan mengenai pengetahuan sejarah baik
fakta, konsep, dan prosedur. Untuk kemampuan berpikir dan keterampilan sejarah serta nilai dan sikap digunakan instrumen yang dikembangkan
dengan pendekatan otentik dan instrumen lainnya.
44
Buku Guru Kelas X SMAMASMKMAK Edisi Revisi
Angka yang diberikan adalah 1-4 D-A di mana 1 D adalah angka terendah dan 4 A angka tertinggi. Antara D – C digunakan D
+
dan C
-
, antara C – B digunakan C
+
dan B
-
, antara B-A digunakan B
+
dan A
-
. Keseluruhan angka tersebut adalah D, D
+
, C
-
, C, C
+
, B
-
, B, B
+
, A
-
, dan A.
NILAI DAN KRITERIA
5. Penilaian Otentik
a. Pengertian
Penilaian autentik Authentic Assessment adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah otentik merupakan
sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian otentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan
ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian otentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria
yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Nilai A
B
C
D Kriteria
Data cukup, analisis berdasarkan data, ada pendapat yang dikemukakan
Data cukup, analisis berdasarkan data, tidak ada pendapat yang dikemukakan
Data memadai, analisis belum menggunakan data secara maksimum
Data memadai, analisis masih belum jelas