21
Sejarah Indonesia
3. Kreatif, agak mirip dengan inovatif, guru harus mengembangkan
kegiatan belajar yang beragam, menciptakan pembelajaran baru yang penuh tantangan, pembelajaran berbasis masalah sehingga
mendorong peserta didik untuk merumuskan masalah dan cara pemecahannya
4. Efektif, guru harus secara tepat memilih model dan metode
pembelajaran sesuai dengan tujuan, materi dan situasi sehingga tujuan dapat tercapai dan bermakna bagi peserta didik
5. Menyenangkan, guru harus berusaha dan menciptakan proses
pembelajaran sejarah Indonesia itu menjadi menyenangkan bagi peserta didik. Kalau suasana menyenangkan maka peserta didik
akan memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Melalui pendekatan tersebut banyak model pembelajaran yang dapat dikembanglkan, misalnya: STAD Student Teams-Achievement Divisions dan
TGT Team-Game-Turnament, TAI Team-Assisted Individualization, CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition, Group Investigation,
Jigsaw, dan lain-lain selengkapnya baca Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.
Dalam proses pembelajaran Sejarah Indonesia, untuk kelas X guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Setiap awal suatu pembelajaran, peserta didik harus membaca teks
yang tersedia di buku teks pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X. 2.
Peserta didik dapat diberikan petunjuk penting yang perlu mendapat perhatian seperti istilah, konsep atau kejadian penting sejarah yang
pengaruhnya sangat kuat dan luas dalam peristiwa sejarah berikutnya.
3. Peserta didik dapat diberikan petunjuk untuk mengamati gambar, foto,
peta atau ilustrasi lain yang terdapat dalam bacaan. 4.
Guru dapat menyiapkan diri dengan membaca berbagai literatur yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Peserta didik dapat
diberikan contoh-contoh yang terkait dengan materi yang ada di buku dengan daerah di sekitarnya, bila di daerah sekitar tidak terdapat
pengaruh Hindu-Buddha maka dapat mengambil contoh-contoh dari daerah lain, ataupun lain provinsi. Guru dapat memperkaya materi
dengan membandingkan buku teks pelajaran Sejarah Indonesia dengan buku literatur lain yang relevan.
22
Buku Guru Kelas X SMAMASMKMAK Edisi Revisi
5. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif ada
baiknya guru dapat menampilkan foto-foto, gambar, denah, peta, dan dokumentasi audiovisual film yang relevan. Sebagai contoh untuk
guru yang berada di Kabupaten Magelang dapat mendokumentasikan relief Candi Borobudur dan juga candi-candi di sekitarnya. Begitu pula
dengan di daerah lain dapat mengambil contoh kasus di daerahnya masing-masing jika ada.
b. Pembelajaran Berbasis Nilai
Dalam model pembelajaran kurikulum 2013 juga perlu dikembangkan pada pembelajaran berbasis nilai. Pembelajaran Sejarah Indonesia terkait
dengan pengembangan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme, persatuan, patriotisme, rela berkorban, suka menolong, dan toleransi, juga perlu
dikembangkan nilai-nilai kejujuran, kearifan, kedisiplinan serta nilai lainnya. Nilai-nilai tersebut dapat dikembangkan untuk diamalkan dan dihayati dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Pendekatan Scientific
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum dikembangkan
dengan penyempurnaan sejumlah pola pikir yang dikembangkan pada kurikulum sebelumnya. Salah satu diantaranya adalah pola pembelajaran
pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari.
PPola pikir yang berubah, menuntut juga perubahan dalam pendekatan pembelajarannya. Pendekatan scientific atau pendekatan ilmiah dipilih
sebagai pendekatan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas ilmiah
yaitu mengamati observing, menanya questioning, menalar associating, mencoba exsperimenting, dan membentuk jejaring networking. Mengenai
pendekatan scientific dapat dilihat dalam Permendikbud 103 tahun 2014 yang menjelaskan adanya lima pengalaman belajar, sebagai berikut.
1. Mengamati Observing
Kegiatan mengamati dapat dilakukan dalam dua cara yaitu pengamatan langsung di lapangan atau di luar sekolah terhadap objek
yang dipelajari misalnya situs dan peninggalan sejarah seperti candi, benteng, istana da sebagainya. Kemudian pengamatan secara tidak